spot_img

Detik Menjelang Kematian Rasulullah Sesi 3

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Fathimah Radhiyallahu ‘anha berkata:“Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda surga Firdaus adalah tempat kediamannya.

Berdasarkan perkataan ‘Aisyah diatas maka tidak ada keraguan bahwa Rasulullah berada disurga dan tidak ada yang meragukan Rasulullah berada disurga kecuali orang – orang jahil. Bahkan Rasulullah mengabarkan beberapa sahabat yang dijamin masuk surga. Firdaus artinya kebun yang semua buah-buahan ada didalamnya. Surga Firdaus adalah surga yang paling tinggi dimana atapnya adalah arsy Allah Subhanahu wata’ala .

Aduhai ayahanda kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya

Mengabarkan kematian seseorang ada yang dibolehkan dan ada yang tidak dibolehkan (haram), yang dibolehkan ketika mengabarkan kematian seseorang dimasjid dengan maksud agar orang – orang datang mensholatinya akan tetapi jika tujuannya hanya untuk berbangga – bangga sebagaimana yang termuat dalam koran semua keluarga ditulis hanya untuk dikatakan sebagai keluarga yang terpandang maka yang seperti ini haram.

Berdasarkan perkataan ‘Aisyah diatas sebenarnya malaikat Jibril sudah mengetahui kematian Rasulullah tapi mengapa ‘Aisyah berkata demikian jawabannya adalah karena Jibril yang senantiasa membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diantara sebab para sahabat bersedih ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal karena dengan meninggalnya Rasulullah maka terputus wahyu dari Allah sedang para sahabat selalu rindu dengan diturunkannya wahyu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, suatu hari Abu Bakar as Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu mengajak Umar dan beberapa sahabat untuk mensyarahi Ummu Aiman agar mengingat masa – masa ketika bersama dengan Rasulullah karena beliau sering istrahat dirumah Ummu Aiman. Ummu Aiman adalah pengasuh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika Abu Bakar as Shiddiq tiba dirumah Ummu Aiman beliau mendapati Ummu Aiman dalam keadaan menangis lalu berkata:”Wahai Ummu Aiman apakah engkau tidak ridha dengan takdir Allah, kita sedih akan tetapi beliau lebih memilih untuk kembali kepada Tuhannya, dan ini sudah menjadi ketetapan dan ketentuan dari Allah”, Ummu Aiman berkata:”Bukan itu yang membuat saya sedih Ya Abu Bakar, yang membuat saya sedih bahwa dengan kematian Nabi maka terputus wahyu dari langit”.

Terkadang Allah Subhanahu wata’ala mengakhirkan menurunkan wahyu kepada Rasulullah agar para sahabat semakin rindu dengan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, terutama dalam keadaan dan kondisi yang sangat genting yang membutuhkan wahyu, sebagaimana kisah yang panjang yaitu kisah Kaab bin Malik Radhiyallahu ‘anhu begitupula dengan kisah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ketika dituduh berselingkuh oleh orang – orang munafik, maka turunlah wahu, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar“. (QS. An Nur:11)

Oleh karenanya jika kita dirundung masalah jangan melihat awal dari masalah yang terjadi akan tetapi lihatlah dari akhir masalah tersebut. Rasulullah mengajarkan kepada kita doa agar mendapatkan kebaikan diakhir masalah yang kita hadapi:

Ya Allah perbaikilah akhir dari segala urusanku dengan akhir yang baik, dan selamatkan aku dari kehinaan didunia dan akhirat”. Setelah membaca doa ini maka beban yang ada dalam diri kita menjadi ringan.

 Kemudian Setelah Beliau Dikebumikan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dikuburkan ditempat beliau meninggal, ketika Rasulullah meninggal para sahabat berselisih tentang dimana Rasulullah dikuburkan maka datanglah Abu Bakar as Shiddiq beliau berkata:”Saya pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Para Nabi – Nabi dikuburkan dimana dia meninggal”,  setelah Rasulullah meninggal ranjang ‘Aisyah digeser kemudian Rasulullah dikuburkan ditempat tersebut. Perlu ketahui bahwa rumah ‘Aisyah berada diluar bangunan masjid tidak seperti yang dipahami sebagian kaum muslimin dimana mereka menguburkan keluarga mereka berada didalam masjid tanpa pemisah. Apalagi terdapat dalil yang melarang menguburkan jenasah didalam masjid bahkan perbuatan tersebut dilaknat oleh Allah Subhanahu wata’ala, diakhir – akhir hidup Rasulullah beliau berpesan:

لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الَْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

Semoga laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah (masjid)”. (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha).

Adapun yang kita lihat sekarang ini dimana kuburan berada didalam masjid telah diingkari dizaman tabi’in ketika masjid nabawi terpaksa harus diperluas dan perluasan masjid nabawi kearah kubur Rasulullah dan diantara tabi’in yang mengingkari adalah Said bin Musayyid  Rahimahullah namun ulama pada zaman itu tidak mampu untuk berbuat apa- apa karena keputusan ada pada penguasa.

Ketika fathul Makkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mengubah bentuk ka’bah karena bangunan asli ka’bah tidak seperti yag kita lihat sekarang , dahulu ka’bah rapat dengan tanah dan memiliki 2 buah pintu, dan hijir ismail berada didalam bagunan ka’bah, dan setelah dilanda banjir besar berulah direnovasi namun dana masih kurang untuk merenovasi  sehingga ka’bah direnovasi hanya dengan satu pintu agar yang menjaganya mengizinkan masuk dan tidak mengizinkan masuk suatu kabilah. Ka’bah diangkat lalu keluarlah hijir ismail, Rasulullah sempat berkata kepada ‘Aisyah:

Wahai ‘Aisyah andaikan kaummu (orang – orang Quraisy) bukan orang yang baru masuk islam dan belum kuat keimanan mereka, saya akan merobohkan ka’bah kemudian membangunnya kembali diatas qawaid ibrahim dan saya memberikan 2 pintu“, Rasulullah meninggalkan hal tersebut karena beliau khawatir jangan sampai terjadi fitnah, oleh karenanya salah satu qaidah ketika mengingkari keburukan sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

Barangsiapa yang mengingkari kemungkaran yang kemungkarannya menimbulkan kemungkaran yang lebih besar, maka kemungkaran itu adalah kemungkaran yang harus dingkari”.

Di zaman Imam Malik Rahimahullah seorang gubernur madinah yang taat kepada Imam Malik dia menawarkan kepada Imam Malik:”Bagaimana jika kita merubah ka’bah ini kemudian kita bangun seperti yang diinginkan oleh Nabi”, Imam Malik kemudian berkata:”Biarkan seprti itu, saya khawatir jangan sampai kelak ka’bah menjadi permainan para penguasa”.

Adapun kuburan Rasulullah ketika perluasan masjid nabawi dipisahkan oleh jalan sehingga antara kuburan Rasulullah dan masjid nabawi terpisah, dan ditempat tersebut dijaga ketat , jika ada yang sholat langsung menghadap ke kuburan Rasulullah tanpa batas mereka diusir dan jika ada yang berdoa menghadap ke kuburan Rasulullah mereka disuruh berbalik menghadap ke kiblat. Tujuannya agar tidak terjadi kesyrikan ditempat tersebut karena kebanyakan orang – orang menulis sesuatu pada lembaran kertas kemudian melemparnya ke dalam kuburan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Fatimah pernah menuntut warisan setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal namun Abu Bakar as Shiddiq berkata:”Saya pernah mendengar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Para Nabi tidak memiliki mewariskan, harta yang ia tinggalkan menjadi sedekah untuk kaum muslimin“, andaikan dibolehkan maka Fatimah akan datang kekuburan bapaknya dan mengadu, akan tetapi beliau tidak melakukan hal tersebut.

Di zaman Umar bin Khattab ketika terjadi musim paceklik beliau keluar bersama dengan kaum muslimin sholat istisqa meminta hujan akan tetapi beliau tidak pergi meminta hujan dikuburan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Umar kemudian berkata:”Ya Allah dulu ketika hujan lama turun kami bertwassul kepada Nabimu dan sekarang saya bertawassul kepada paman Nabimu”, Umar berkata:”Wahai Abbas berdirilah”, Abbas kemudian berdoa maka setelah berdoa turunlah hujan

Mensyarahi kuburan secara umum disyariatkan dengan mendoakan dan memberi salam kepada penghuni kubur serta tujuannya untuk mengingat kematian, Rasulullah tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat . Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?“. (QS. Al An’am: 50). 

Dalam Firman Allah yang lain:

قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا

Katakanlah:“Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan“. (QS. Al Jin: 21).

قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah (wahai Muhammad):”Saya tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya saya mengetahui yang ghaib, tentulah saya membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan saya tidak akan ditimpa kemudharatan. Saya tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.

Rasulullah pernah berkata kepada puterinya:”Ya Fatimah, mintalah dariku apa saja yang engkau mau, namun saya tidak mampu membelamu pada hari kiamat nanti”. Maksudnya Rasulullah memerintahkan Fathimah untuk beramal jangan sampai ia tidak beramal disebabkan karena Rasulullah adalah ayahnya. Juga Rasulullah berkata kepada pamannya:”Ya Abbas, minta dari ku apa yang engkau mau dari urusan dunia, tetapi beramallah karena saya tidak mampu menyelamatkanmu diakhirat”.

Fathimah Radhiyallahu ‘anha berkata:“Hai Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam itu?“.

Para sahabat tentu tidak tega namun mereka melakukannya atas perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Ketika Rasulullah dimandikan oleh Ali dan beberapa sahabat mereka kemudian berselisih apakah baju Rasulullah dibuka sebagaimana yang beliau ajarkan atau tidak dibuka. Tiba – tiba terdengar suara dan berkata:”Biarkan dan mandikan ia dengan pakaiannya”, Ali kemudian memandikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa membuka pakaian beliau.

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin 26 Muharram 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

 

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.