spot_img

Kitabul Jami’ (Hadist 37) Orang-Orang Yang Dicintai Allah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya  Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, kaya (hatinya), dan tersembunyi (yakni: orang yang fokus beribadah dan mengurusi dirinya sendiri-pent)”. (HR. Muslim, no. 2965).

Di sini Nabi menyampaikan bahwasanya ada beberapa golongan manusia yang dicintai oleh Allah, tentu ketika mendengar hadist yang seperti ini membuat kita bersemangat agar kita termasuk golongan tersebut yang dicintai oleh Allah karena jika Allah cinta kepada seorang hamba maka Allah akan mengumumkan kecintaan itu dilangit dan disampaikan kepada seluruh malaikat dan ditanamkan kecintaan itu dibumi.

Disebutkan yang pertama adalah takwa

Allah Subhanahu wata’ala berfirman didalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS Ali Imran : 102)

Umar bin Abdul Azis Rahimahullah berkata:”Kalimat atau wasiat takwa ini banyak disampaikan namun jarang sekali atau sedikit yang mengamalkan”.

Sebenar-benar takwa kata Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu:”Yaitu ketika seseorang selalu ingat kepada Allah dan tidak lupa, kemudian yang kedua selalu bersukur kepada allah dan tidak kufur kepadanya dan yang ketiga selalu taat kepada Allah dan tidak bermaksiat kepadanya”. Jadi jika ada yang bertanya apa hakikat ketakwaan maka ini jawabannya.

Yang kedua, Hamba Yang Kaya

Kekayaan yang dimaksudkan disini adalah kekayaan jiwa yang memiliki sifat qana’ah yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya baik ketika dzahirnya adalah kaya maupun tidak kaya dimata manusia karena ukuran kekayaan apa yang ada di dalam jiwa sebagaimana kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya(ghina’) adalah hatiyang selalu merasa cukup”. (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).

Dia senantiasa ridho kepada Allah dengan apa yang Allah berikan kepadanya, sebagaimana dalam hadist Rasulullah bersabda:

وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ

“Ridholah dengan apa yang Allah bagikan untukmu maka engkau akan menjadi manusia yang terkaya”. (HR At-Tirmidzi). Adapun ketika dia tidak pernah merasa cukup karena sifat manusia adalah sifat ketamakan maka dia adalah orang yang miskin.

Dan Yang Ketiga, Tersembunyi

Maksudnya adalah dia selalu berusaha menyembunyikan amalan sholeh yang ia kerjakan daripada menampakkannya dan barangsiapa yang ingin dikuatkan hidayah dan keistiqamahannya maka perbanyaklah amalan – amalan yang tersembunyi yang tidak dilihat oleh orang lain sehingga yang mengetahuinya adalah antara dirinya dengan Allah.  Akar pada sebuah pohon semakin kuat akarnya yang tersembunyi dibawah tanah maka semakin kokoh batangnya begitupula amalan-amalan sholeh yang rahasia, semakin banyak amalan rahasia yang kita miliki yang tidak diketahui oleh siapapun hanya antara kita dengan Allah Subhanahu wata’ala maka ini akan mengokohkan hidayah dan keistiqamahan yang Allah Subhanahu wata’ala berikan kepada kita, walaupun tentunya sebagaimana yang pernah kita jelaskan bahwasanya tidak tercela menampakkan sebagian amalan yang utama yang memang harus ditampakkan.

Jangan setelah mendengar dari hadist sahabat Saad bin Abi Waqqash diatas kemudian tidak pergi ke masjid sholat berjama’ah, ketika ditanya mengapa tidak ke masjid..? ia berkata:”Saya menyembunyikan amalan saya”. Ini adalah pemahaman yang keliru, jadi amalan yang wajib yang bisa ditampakkan maka tampakkan sebagai bentuk syiar sambil menjaga niat dan keikhlasan kita, seperti sholat 5 waktu, mengeluarkan zakat untuk memberi motivasi kepada orang lain sebagaimana yag dikerjakan oleh sebagian sahabat, begitupula menunaikan ibadah haji dan umrah yang tidak bisa dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi.

Adapun amalan – amalan yang sunnah hendaknya disembunyikan karena itu lebih afdhal sebagaimana disebutkan dalam hadist, dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ

“Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib”. (HR. Bukhari no. 731 dan Ahmad 5/186, dengan lafazh Ahmad).

Sholat sunnah rawatib yang lebih afdhal adalah sholat yang dikerjakan selang – seling yaitu sesekali dirumah dan sesekali di masjid dan ini cara untuk memadukan semua keutamaan apalagi jika dikhawatirkan muncul bisikan didalam jiwa untuk sholat sunnah dirumah kemudian ketika kembali dari masjid terhalang dengan banyak urusan sehingga lalai untuk tidak melaksanakan sholat sunnah dirumah.

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Sabtu, 09 Rajab 1440 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.