spot_img

Kitabul Jami’ (Hadist 38) Meninggalkan Yang Tidak Bermanfaat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Hadist selanjutnya dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakr Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”.(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Nabi tidak mengatakan meninggalkan sesuatu yang diharamkan atau sesuatu yang didalamnya ada kemurkaan dan pelanggaran karena memang wajib untuk ditinggalkan hal yang seperti ini. Tingkatan yang lebih tinggi dari meningalkan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah ketika seseorang meninggalkan sesuatu yang kelihatannya bermanfaat untuk mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat, ini sebagaimana perkataan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:”Bukanlah orang yang berakal yang mampu membedakan yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat tetapi orang yang berakal itu adalah yang mampu mengerjakan yang lebih bermanfaat dari 2 hal yang kelihatannya bermanfaat”, mengapa demikian karena umur dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita terbatas dan tidak ada penyesalan yang lebih besar yang dirasakan oleh orang yang beriman dihari kemudian dibandingkan sedetik atau sesaat waktunya berlalu tanpa ia isi dengan ketaatan, olehnya para As Salaf As Sholeh tidak mau melewatkan waktunya tanpa amalan yang bisa memberatkan timbangannya dihari kemudian bahkan sampai mereka beristirahatpun mereka ikhtisab mengharapkan ganjaran disisi Allah sebagaimana perkataan Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu:”Sungguh aku harapkan pahala ketika saya tidur sebagaimana saya mengharapkan pahala ketika saya terjaga”, jadi sampai ketika tidur dia niatkan untuk mengumpulkan tenaga agar tenaga itu membuatnya lebih giat untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, makan juga demikian, makan mubah tidak ada dosa dan tidak ada pahala didalamnya tetapi jika diniatkan untuk mendapatkan kekuatan agar kita fokus beribadah maka itu bisa berpahala disisi Allah Subhanahu wata’ala.

Jadi orang yang beriman seperti itu, sampai ketika ia baring – baring atau ketika ia bersama dengan keluarganya lisannya tidak pernah futur untuk senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala, banyak amalan – amalan sederhana yang bisa kita kerjakan tidak butuh tempat , tidak butuh waktu, tidak butuh tenaga namun pahalanya sangat besar disisi Allah, terutama dzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Ketika salah seorang sahabat yang datang kepada Nabi dan berkata:”Ya Rasulullah sesungguhnya syariat islam bagi saya sangat berat dan banyak sekali, tunjukkan aku satu amalan yang dengannya saya rutin mengerjakannya”, Rasulullah berkata:”Usahakan lisanmu senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala”, kemudian Nabi juga berkata:”Adapun perkara yang bermanfaat minta tolonglah kepada Allah Subhanahu wata’ala”. ’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah Radhiyallahu ‘anha:Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?”, Aisyah menjawab:

لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ

Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau Shallallahu ’alaihi wasallam lakukan”.(HR. Muslim no. 783). Nabi ketika sudah menetapkan suatu amalan beliau tidak meninggalkannya.

Qaidah: Mengerjakan amalan yang sedikit tapi berkesinambungan lebih baik dari pada banyak tapi terputus, Nabi pernah bersabda:”Pelan – pelan saja kalian akan sampai”. Oleh karena itu jangan tergesa – gesa, anarkis dan ekstrem. Rasulullah mempermisalkan:”Sesungguhnya orang – orang yang tergesa – gesa ibaratnya orang yang menunggang seekor kuda saking cepatnya dia mau sampai dia pukul kuat – kuat kudanya lalu mati, dia tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan dan tidak ada lagi kendaraan yang bisa ia naiki”. begitupun dengan kita rutinkan setiap hari membaca Al-Qur’an biar sedikit asal terus menerus dan itu yang akan menguatkan sebagaimana dalam hadist dari ’Aisyah –Radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit”. (HR. Muslim no. 783).

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 18 Rajab 1440 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/


Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.