spot_img

Menemukan Cahaya Allah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. Hidayah Nikmat Terbesar

Nikmat yang paling besar adalah hidayah dan petunjuk yang Allah berikan kepada sebagian hambanya yang ia kehendaki,  kita bersyukur kepada Allah jika termasuk yang mendapatkan hidayah dan petunjuk tersebut yang senantiasa menuntun hati – hati kita untuk tunduk dan patuh kepadanya, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya Diantara kasih sayangnya Allah ialah memudahkan kita untuk menuju ke tempat yang diridhoinya yaitu masjid, Allah senantiasa menuntun hati – hati kita ditengah kesibukan dan aktifitas mengejar kehidupan dunia dan perhiasannya dalam keadaan demikian Allah Subhanahu wata’ala masih menggerakkan hati – hati kita melangkah ke masjid untuk menjawab panggilan dan seruan  Allah. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٩﴾ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿١٠﴾ وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allâh dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allâh dan ingatlah Allâh banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allâh lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allâh sebaik-baik pemberi rezeki. (QS. Al Jumuah:9-11).

Hidayah dan petunjuk adalah merupakan milik Allah Subhanahu wata’ala, Allah berfirman:

۞ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada yang mampu memberikan cahaya dan petunjuk kepadanya”. (QS. An Nur :35).

Dalam ayat lain:

اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (Iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (َQS. Al-Baqarah: 257).

2. Cara Menemukan Hidayah

Bagaimana cara kita untuk mendapatkan cahaya Allah dipermukaan bumi ini salah satu diantara tempat yang dengannya Allah memberikan kita cahaya yaitu melalui masjid – masjid Allah Subhanahu wata’ala. Allah berfirman:

نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. An Nur : 35)

Dalam ayat ini menjadi jelas bahwasanya yang memberikan kepada kita petunjuk dan hidayah dialah Allah Subhanahu wata’ala. Sedangkan para nabi tidak mampu memberi petunjuk kepada siapapun. Allah berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Qashas : 56).

Jika Allah Subhanahu wata’ala menyampaikan kepada Nabinya hal ini menunjukkan bahwasanya para Nabi tidak mampu memberi petunjuk kepada ummatnya melainkan Allah Subhanahu wata’ala.

Dalam lanjutan ayat pada surah An Nur, Allah menyebutkan tempat untuk menemukan cahaya (Hidayah). Allah berfirman:

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”. (QS. An Nur: 36).

Kata para ulama tafsir yang dimaksudkan dengan buyuts dalam ayat ini secara khusus adalah masjid – masjid Allah Subhanahu wata’ala.

Dimasjid Allah disanalah tempat bagi kita untuk mendapatkan hidayah dan petunjuk sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan masjid – masjid Allah sebagai tempat tinggal yang paling diridhoi dan paling dicintai oleh Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya”. (HR. Muslim).

3. Anjuran Memakmurkan Masjid

Dimasjid kita diperintahkan oleh Allah untuk memakmurkannya dan menjaga kehormatannya. Dimasjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang kita untuk berjual beli dan mengumumkan barang yang hilang. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيْعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِيْ الْمَسْجِدِ فَقُولُوا: لاَ أَرْبَحَ اللهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُم مَنْ يُنْشِدُ فِيْهِ ضَالَةً فَقُولُوا: لاَ رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ

Bila engkau mendapatkan orang yang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya, ‘Semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada perniagaanmu.’ Dan bila engkau menyaksikan orang yang mengumumkan kehilangan barang di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya, ‘Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang”. (HR. Tirmidzi no. 1321. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). 

Diantara memakmurkan masjid adalah mengerjakan sholat tahiyatul masjid, diriwayatkan oleh Abu Qatadah Radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ

Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk”. (HR. Al-Bukhari no. 537 & Muslim no. 714).

Masjid kita dilarang untuk menjadikannya jalan umum, mengangkat suara, membicarakan urusan dunia, mengeluarkan pedang dan senjata, membuang kotoran. dll.

Ketika Rasulullah melihat seorang arabi yang datang dari pedalaman ke masjid Rasulullah bersama dengan para sahabat, dan orang arabi ini yang tidak mengenal adab dan sopan santun langsung menuju ke sudut masjid untuk buang hajat (Air kecil), para sahabat berdiri dan geram kepada orang arabi tersebut, akan tetapi Rasulullah mencegah mereka karena jika dibiarkan oleh Rasulullah maka akan menimbulkan mudharat yang lebih besar.

Setelah ia menyelesaikan hajatnya Rasulullah mendatangi orang arabi tersebut dengan berkata:”Wahai saudaraku dari bangsa arab, sesungguhnya masjid ini dibangun bukanlah untuk kotoran seperti ini namun ia dibangun untuk dzikir kepada Allah, tasbih dan menunaikan sholat”.  orang arabi tersentuh dengan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ia kemuidan berkata:”Ya Allah rahmati aku dan rahmati muhammad dan jangan engkau rahmati selain kami berdua”, Rasulullah tersenyum dan berkata:”Sungguh engkau mempersempit sesuatu yang luas wahai saudaraku”. 

Membersihkan masjid termasuk bagian dari memakmurkan masjid yang merupakan amalan yang mulia  yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulnya. ketika seorang wanita yang bernama Ummu Mihjan dizaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau senantiasa membersihkan masjid Rasulullah dan memberikan wewangian. beliau meninggal diwaktu malam ketika Rasulullah telah beristirahat.

Para sahabat enggan untuk membangunkan beliau apalagi dimata para sahabat Ummu Mihjan adalah seorang wanita yang biasa, mereka para sahabat menyegerakan menyelenggarakan jenazahnya dan menguburkannya, ke’esokan harinya ketika Rasulullah mencari Ummu Mihjan sahabat mengatakan:”Ya Rasulullah ia telah meninggal semalam dan kami telah menguburkannya”, Rasulullah kemudian marah dengan mengatakan:”Mengapa kalian tidak menyampaikan kabar itu kepadaku, beliau segera mendatangi kubur Ummu Mihjan mensholatinya bahkan mendoakan Ummu Mihjan Radhiyallahu ‘anha. Padahal ia adalah seorang wanita yang pekerjaannya membersihkan masjid Allah Subhanahu wata’ala.

Mungkin sebagian kaum muslimin menganggap membersihkan masjid sebagai pekerjaan yang sederhana dan pekerjaaan yang tidak ada nilainya, namun disisi Allah Subhanahu wata’ala ia adalah pkerjaan yang sangat mulia yang pahalanya besar.

Ketika Allah memuji orang – orang yang memakmurkan masjid, Allah menyebutkan dengan rijal (merekalah lelaki – lelaki pilihan), merekalah pilihan Allah yang memakmurkan masjid. sesibuk apapun mereka, ketika azan berkumandang mereka meninggalkan aktivitas mereka demi untuk menghadap kepada Allah Subhanahu wata’ala, untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka dan untuk memperbaharui keimanan mereka serta untuk mengangkat derajat mereka disisi Allah Subhahahu wata’ala.

4. Nama dan Keutamaan Masjid

Masjid memiliki keutamaan disisi Allah Subhanahu wata’ala, sehingga ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke madinah yang pertama kali beliau lakukan bukanlah membangun rumah, akan tetapi yang beliau lakukan adalah membangun masjid untuk mengumpulkan kaum muslimin. Masjid memiliki beberapa nama dan setiap nama memilki kemuliaan dan keutamaannya:

  1. As Sujud

Masjid dari kata As sujud yang merupakan perbuatan dan amalan yang barangsiapa seorang hamba melakukannya maka ia sangat dekat dengan tuhannya, oleh karenanya ruku dan sujud tidak boleh dipersembahkan kecuali hanya kepada Allah. Dari Abu Hurairah, beliau berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah dalam keadaan dia sujud, maka perbanyaklah doa“. (HR. Muslim). Tidaklah seorang hamba sujud dengan satu sujud kepada Allah melainkan derajatnya akan diangkat disisi Allah Subhanahu wata’ala.

  1. Mushallah

Dari kata As Shalah dan As Shalah merupakan salah satu dari rukun islam yang paling agung  setelah mengikrarkan 2 kalimat Syahadat, As Shalah mengandung arti ad doa dan As Shilah (penghubung antara seorang hamba dengan tuhannya), oleh karennya dalam hadist disebutkan  bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ada masalah yang sulit beliau hadapi beliau segera menunaikan sholat, meminta pertolongan dari Allah. Allah berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 45-46).

  1. Jami’

Disebut jami karena mengumpulkan kaum muslimin didalamnya, kita berjumpa 5 kali sehari semalam, kita saling mengontrol, saling mencari, saling menanyakan kabar antara yang satu dengan yang lain, beginilah cara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membangun ukhuwah dizamannya lewat masjid yang ia bangun.

Dimasjid pula Rasulullah mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar, dan dimasjid kita menundukkan diri dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala, tidak ada perbedaan antara orang  kaya dan orang miskin, walaupun seseorang kaya, pangkat tinggi, jabatan tinggi namun jika terlambat masuk masjid maka ia berada dishaf yang belakang, akan tetapi walaupun dia adalah orang yang miskin, tidak terkenal, hidup serba sederhana namun jika datang dengan cepat maka ia berhak dishaf terdepan karena tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lain dihadapan Allah Subhanahu wata’ala kecuali ketakwaan. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al Hujurat: 13).

5. Masjid Sebagai Tempat Dzikir 

Didalam Masjid kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala, kata Dzikir memiliki beberapa makna diantaranya adalah As Sholah sebagaimana dalam firman Allah:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Taha : 14).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al Munafiqun :09). Jumhur ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dzikir dalam ayat ini adalah menunaikan sholat.

Dzikir juga mengandung makna majelis ilmu karena ilmu juga disebut dzikir sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui“. (QS. An Nahl : 43) Oleh karenanya menghadiri majelis – majelis ilmu dimasjid – masjid Allah merupakan dzikir mengingat Allah Subhanahu wata’ala.

Makna dzikir yang lain adalah berdakwah dijalan Allah Subhanahu wata’ala. Allah berfirman:

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ  لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ  إِلا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ  فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الأكْبَرَ  إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ  ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

“Berikanlah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah pemberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Namun,  orang yang berpaling dan kafir,  Allah akan mengazab dia dengan azab yang besar; Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. Kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka”. (QS al-A’la : 21-26).

Dalam ayat yang lain:

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At Taubah : 18). Ia tidak takut menyerukan kebenaran apapun resikonya karena ia bermuamalah dengan Allah dan Rasulnya.

Makna dzikir yang lain adalah dengan Tahlil, tahmid, takbir dan membaca Al-Qur’an. Allah berfirman:

لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”. (QS. Al Anbiya :11).

6. Kabar Gembira Bagi yang Rajin ke Masjid 

Tatkala Allah Subhanahu wata’ala menjadikan kita orang – orang yang ringan langkahnya menuju masjid disetiap waktu dikumandangkan adzan maka berbahagialah, walaupun kita diharamkan dari kenikmatan dunia dan isinya namun ketika mengenal masjid dan mengenal Allah, mengenal sholat maka berbahagialah, karena dunia ini fana dimana segala fasilitas dunia akan kita tinggalkan dan kita akan kembali kepada Allah pada hari kiamat dengan penuh kegelapan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan menuju masjid-masjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari kiamat. (HR. Abu Daud, no. 561; Tirmidzi, no. 223. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Mereka tidak diperbudak oleh perdagangan, jual beli dan bisnis  untuk senantiasa mengingat Allah Subhanahu wata’ala mereka adalah orang – orang yang menjadikan dunia berada ditangannya dan tidak memasukkan kedalam hatinya.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala menjadikan kita termasuk orang yang memakmurkan masjid – masjid Allah yang merupakan taman dari taman surga dan siapa yang senang ketika berada ditaman surga didunia ini maka ia berhak untuk dimasukkan kedalam surga pada hari kiamat nanti.

Wallahu A’lam Bish Showaab


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis, 19, Syawal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.