spot_img

Pintu Kesibukan

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat-Nya atas nikmat kesempatan, hingga kita mampu duduk dalam majelis ini. Bersama nikmat keimanan. Serta salam shalawat kepada Nabiullah dan para salaf yang senantiasa berada dijalannya.

Disebutkan dalam sebuah atsar: sesungguhnya pada waktu malam dan siang, seperti dua lemari yang di dalamnya perbuatan-perbuatan dan tunggulah apa yang dihasilkan di dalamnya.

Celaan terhadap dunia dinilai dari amalan-amalan yang terjadi antara waktu malam dan siang.

Kenapa dunia dicela?

Sungguh, bukan karena penciptaan yang jelek. Karena ketika kita membicarakan dunia, maka kita berbicara tentang bumi, ciptaan Allah. Berbicara tentang matahari yang selalu bersinar, bulan yang begitu indah, sungai-sungai yang mengalir, lembah-lembah yang memberikan kehidupan kepada binatang-binatang yang hidup didalamnya, laut yang luas nan biru, embun yang menetes menghalau galau di pagi hari, dedaunan hijau yang menyegarkan mata, bukan ini yang dicela!

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda,“Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. NiscayaIah tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir,meskipun hanya seteguk air”. (HR. Tirmidzi. Syeikh Al bani menshahihkan hadis ini).

Celaan terhadap dunia disebabkan karena perbuatan bani Adam di dunia. Dimana terdapat didalamnya orang-orang yang berlebihan dalam mencintai dunia,hingga melakukan perbuatan yang tidak diperintahkan oleh Allah Jalla wa’Ala.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) adaazab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. al-Hadîd[57]:20).

Jika kita melihat kebanyakan dari manusia hari ini, maka pantaslah kiranya dunia tercela. Dimulai dari banyaknya yang merusak ciptaan Allah, bumi ini sendiri. Contoh kecil yang berdampak besar adalah membuangsampahsembarangan. Mungkin saja kita berfikiran hanya sebuah pembungkus permen, tapi jika seluruh pengguna jalan berfikiran sama, maka alangkah pantasnya jika banjir yang terjadi disebabkan tumpukan sampah dari pembungkus permen yang asalnya kecil.

Ditambahkan kerusakan moral dan terlebihnya kemusyrikan yang terjadi dimana-mana.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). (QS. Ar-Rûm[30]:41).

Sehingga terkadang, kita harus muhasabah diri atas musibah-musibah yang terjadi di bumi. Bukan mengevaluasi pemimpin saja, tapi lebih tepatnya ke diri kita sendiri. Bukankah tangan-tangan kita pun berkompoten berbuat sebab terjadinya musibah tersebut, maka perbanyaklah menengok kedalam diri kita.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’râf [7]:179).

Orang-orang yang diberikan nikmat indera tetapi tidak digunakan untuk tunduk dan ta’at kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dan semoga kita tidak termasuk di golongan seperti ini. Wal’iyyadzubillah.

Salah satu celaan dunia karena dia menipu. Hamba dunia senantiasa tertipu oleh kefatamorganaannya. Letih dan semu. Hanya menghabiskan waktunya, memperoleh kesenangan sesaat, lalu berakhir dengan kesengsaraan.

Sebuah kisah yang terjadi pada masa Nabi Isa ‘alaihis salaam, yang dituliskan dalam kitab DzamadDunyaa yang dituliskan oleh Ibnu Abi Dunya. Pada waktu itu seorang laki-laki meminta kepada Nabi Isa untuk menemaninya melakukan perjalanan. Maka berangkatlah mereka, sampai tiba waktu singgah untuk makan, maka bekal yang dibawanya dibuka, tiga potong roti. Nabi Isa memakannya sepotong, laki-laki itu pun sepotong dan tersisa sepotong lagi. Nabi Isa beranjak ke sungai untuk minum dan ketika kembali ketempatnya roti sepotong itu tidak ada. Lalu, beliau menanyakannya pada laki-laki yang menemaninya,”Saya tidak tahu.” Jawabnya.

Merekapun melanjutkan perjalanan. Di sana mereka melihat seekor rusa dan anaknya, maka ditangkap dan disembelih anaknya, lalu mereka memakannya. Setelah kenyang, Nabi Isa melihat kebangkai rusa tersebut dan berkata, “Dengan izin Allah, hiduplah kembali wahai rusa.”Dan hiduplah rusa tersebut. Nabi Isa lalu bertanya kepada laki-laki itu,”Demi Allah yang memperlihatkanmu keajaiban ini siapakah yang memakan roti itu? “Dan jawaban laki-laki itu tetap sama, dia tidak tahu.

Kembali mereka melanjutkan perjalanan sampai bertemu dengan lembah yang berisi air. Nabi Isa menggandeng tangan laki-laki tersebut dan mereka berjalan di atas air. Nabi Isa bertanya kembali,”Jawablah, siapa yang memakan roti itu? “Jawabannya tetap sama. “Saya tidak tahu.”

Perjalanan terus dilanjutkan, mereka tiba di padang pasir. Nabi Isa mengumpulkan pasirnya dan mengubahnya menjadi emas. Lalu membagi tiga dan berkata,”Satu bagian untuk saya, satu bagian untuk kamudan satu bagian untuk yang memakan roti tadi.”Tiba-tiba lelaki itu mengakui bahwa dialah yang memakan roti tersebut. Nabi Isa pun memberikan seluruh emas yang ada kepadanya, lalu meninggalkannya sendirian di sana.

Setelah kepergiannya, datanglah dua orang lelaki hendak mengambil emas tersebut. Laki-laki ini ketakutan dan berkata,”Bagaimana jika emas ini kita bagi tiga saja.”Dan kedua lelaki itu setuju. Merekapun akhirnya berteman. Selang itu, mereka merasa lapar. Diutusnya seorang dari mereka ke pasar membeli roti. Di perjalanan, lelaki yang diutus ini berfikir mengapa dia harus membagi emas-emas itu, maka dia melakukan kejahatan dengan memberi racun pada roti yang dibawanya. Sedang di padang pasir sana, dua orang yang lain pun berfikiran sama. Mereka berencana membunuh temannya agar emas itu hanya menjadi milik mereka berdua.

Maka, apa yang terjadi? Setiba temannya dari pasar, mereka membunuhnya hingga mati, lalu memakan roti yang dibawanya,dan kemudian menyusul kematian temannya.

Nabi Isa ketika kembali melewati padang pasir tersebut berkata,”Inilah dunia, berhati-hatilah!”

Dunia memang menipu. Terlihat begitu indah, cantik, memberikan kesenangan. Tapi, pada akhirnya kesengsaraan yang berada di penghujungnya.

Dunia ibarat laut dan kita berada di tepiannya. Kita merasa tertarik untuk merasakan airlaut, lalu kita membasahi ujung kaki kita. Terlena dan terbuai dengan nikmatnya, kita semakin melangkah jauh, pada akhirnya terjerat pada kedalamannya, bahkan tenggelam di lautan tersebut. Semakin jauh kita melangkah, semakin sulit buat kita selamat dari jeratannya.

Bentuk Kecintaan Terhadap Dunia:

  1. Kecintaan padanya menjadikan orang mengagungkan dunia, sedang dia hina di sisi Allah.
  2. Kecintaan padanya menjadikan dunia sebagai tujuannya. Hingga tujuan penciptaan di dunia untuk beribadah menjadi berubah disebabkan karena segala amalannya diperuntukkan untuk dunia.

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ. أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS.Huud:15-16)

  1. Kecintaan padanya akan menghalangi dari perbuatan akhirat. Dia akan disibukkan dengan perkerjaan dunia saja.
  2. Kecintaan padanya akan menjadikan orang bergantung padanya.
  3. Kecintaan padanya akan mengutamakan dunia dari pada akhirat. Padahal dunia hanya sementara, sedang tempat yang abadi hanya di akhirat.

Sikap Terbaik Seorang Muslimah TerhadapDunia.

Dunia hanyalah tempat persinggahan. Sebaik-baik persinggahan, seletih-letihnya seorang yang singgah, pasti akan berlalu dari tempat tersebut, tidak tinggal di dalamnya. Olehnya, waktu singgah digunakan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan bekal.

Dunia penjara bagi mukmin.

Rasulullah Shallallahu‘AlaihiWasallam mengabarkan, dalam sabdanya;

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim).

Maka berbahagialah, karena penjara ini akan berakhir dengan masuknya kita di surga. Namun, bagi yang kafir, penjaranya di akhirat abadi selamanya.

Jangan keluhkan siksa yang kita rasakan demi menegakkan agama kita, karena semua itu akan berbalas.

Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang senantiasa memenjarakan dirinya di dunia ini dengan batasan-batasan syariat. Allah senantiasa bersama dengan hamba-hamba-Nya yang bersabar.

إنّ اللَّهَ حدَّ حُدُوداً فلا تَعْتَدُوْهَا وفَرَضَ فَرَائِضَ فلا تُضَيِّعُوْهَا وحَرَّمَ أشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا وتَرَكَ أشْيَاءَ مِنْ غَيْرِ نِسْيَانٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَلكِنْ رَحْمَةً مِنْهُ لَكُمْ فَاقْبِلُوْهَا وَلتَبْحَثُوْافِيْهَا

“Sesungguhnya Allah telah menentukan batasan-batasan, janganlah kalian melampauinya. Juga menetapkan perkara-perkara wajib, janganlah kalian menyia-nyiakannya. Selain itu, juga mengharamkan beberapahal, jangan pula kalian melanggarnya. Dan mendiamkan beberapa macam perkara, bukan karena lupa, tapi sebagai bentuk kasih sayang kepada kalian, maka terimalah dan janganlah kalian mencari-carinya” (HR. Hakim).

Dunia harus dijauhkan dari hati.

“Jika dunia dan akhirat berkumpul dalam satu hati,” begitulah Sayyar Abu Hakam memaparkan yang kemudian dinukil Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Dzammad-Dunyâ, “Maka salah satunya akan saling mengalahkan yang lainnya. Siapapun yang kalah ia akan ikut dan tunduk kepada pemenangnya,”

Muslimah sekalian,

Dunia adalah tempat kita tinggal saat ini. Hingga dunia tidak bisa dihilangkan dari hidup kita. Tidak mengapa kita mengambil apa-apa daridunia, selama tidak berlebihan. Dan lebih baik adalah menjadikan dunia sebaik-baik tempat untuk membekali akhirat kita.

Ibnu Abi Dunya dari kitabnya Dzamad-Dunya menulis, suatu ketika, Ali bin Abi Thalib mendengar seseorang mencaci maki dunia. Sertamerta beliau pun menegurnya seraya menasihati,

“Dunia ini adalah sebenar tempat bagi yang membenarkannya, sebenar kesehatan bagi yang memahaminya, dan sebenar kekayaan bagi yang berbekal darinya. Tempat dimana masjid-masjid didirikan untuk para pencari kecintaan Allah. Tempat diturunkannya wahyu. Dunia ini adalah mushalanya para malaikat, dan tempat perniagaannya para kekasih Allah. Untung yang mereka dapatkan adalah rahmat Allah dan laba yang mereka peroleh adalah surga-Nya. Lantas siapakah engkau hingga berani mencela dunia?”

Hingga akhirnya beliau pun berkata, “Wahai manusia yang terjangkiti penyakit dunia, yang tertipu oleh tipuan dunia. Ketahuilah, kapan saja engkau tergoda maupun tertipu oleh rayuan dunia, itu sama saja engkau tertipu oleh tanah tempat pembaringan bapakmu, atau musibah yang merenggut nyawa ibumu. Seberapa sering engkau menyesal dan putus asa dari mencari kesembuhan, namun engkau tetap tidak dapat menemukan obatnya, meskipun semua dokter telah engkau datangi. Sungguh, dunia ini telah menggambarkan tempat dimana kematian menjemputmu, yaitu besok ketika tidak berguna lagi tangisanmu, dan tidak berdaya lagi kekasihmu”.

Akhir kata, letakkan dunia di tangan kita dan akhirat di hati kita.

Hasanal-Bashri berkata, seperti yang diungkap Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Dzammad-Dunyâ, “Berhati-hatilah kalian dari menyibukkan diri dengan perkara dunia, karena ia dipenuhi kesibukan. Sesiapa yang berani membuka salah satu pintu kesibukan itu, niscaya akan terbuka untuknya sepuluh pintu kesibukan lainnya, tidak seberapa lama kemudian.”

Tutuplah pintu kesibukan tersebut, dan fokuslah pada pintu-pintua khirat. WallahuA’lam

————————————————————————————————-

Oleh: Ustadzah Rosdiana AR,  S.Pd.I, Lc, M.Pd.I

(Ketua Unit Muslimah Markaz Imam Malik)

Bagi yang di luar daerah dapat menyimak kajian Live Muslimah MIM setiap pekannya melalui Group khusus Muslimah, untuk bergabung di Group Muslimah MIM silahkan Klik linkberikut ini GROUP KAJIAN MUSLIMAH MIM

Dokumentasi:

WhatsApp Image 2017-04-02 at 15.52.49 WhatsApp Image 2017-04-02 at 15.53.36 WhatsApp Image 2017-04-02 at 15.54.14

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.