spot_img

Riyadhusshalihin (Bab Bersungguh-Sungguh) Perintah Allah Dalam Hadist Qudsi Menjauhi Ke Dzaliman

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi’ah bin Yazid dari Abu Idris al-Khawlani dari Abu Dzar, yaitu Jundub bin Junadah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sesuatu hadits yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala, bahwasanya Allah berfirman ini adalah hadits Qudsi:

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezholiman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezholiman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.

Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya.

Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. (HR. Muslim no. 67).Kami juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah dan ia berkata:”Tidak sebuah pun hadits bagi ahli Syam yang lebih mulia dari hadits ini”.

Jarang Imam Nawawi dalam kitab Riyadhusshalihin menyebutkan sanad riwayat biasanya beliau menyebutkan nama sahabat saja kemudian menyebutkan hadist yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi dalam hadist ini beliau menyebutkan
Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi’ah bin Yazid dari Abu Idris al-Khawlani dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah Radhiyallahu ‘anhu, hal ini disebabkan karena hampir semua yang meriwayatkan hadist ini dari ulama fuqaha termasuk diantara Imam dari para ulama dan fuqaha olehnya Imam Nawawi menyebutkan disini dari Imam Ahmad bin Hanbal beliau berkata:”Tidak sebuah pun hadits bagi ahli Syam yang lebih mulia dari hadits ini”. Hadist ini menjadi andalan dan kebanggaan dari ahlu syam, makanya meriwayatkan juga syamiun seperti Abu Said bin Abdul Azis yang masyur dengan nama At Tanuhi beliau adalah ‘alim negeri Syam di zamannya dan termasuk mufti di negeri Syam beliau adalah murid dari Makhul Ad Dimasyqi beliau terkenal dalam kemahirannya ilmu qiraat dari ulama yang mahir dalam ilmu qira’ah, fiqih dan seterusnya. Beliau banyak menangis karena rasa takut kepada Allah terutama ketika beliau melaksanakan sholat beliau pernah ditanya mengapa setiap kali anda sholat anda menangis, beliau berkata:”Setiap kali saya sholat saya seakan dihadirkan dihadapan penduduk neraka jahanam”, ini diantara salah satu sebab yang dengannya kita bisa merasakan kekhusuan dalam sholat begitupula ketika sholat kita merasakan berdiri dihadapan Allah Subhanahu wata’ala atau mengingat kematian yang ada didepan kita, sebagaimana disebutkan dalam hadist, Dari Abu Ayub Al Anshari Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي وَأَوْجِزْ قَالَ إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعْ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Seorang laki-laki menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata:“Ya Rasulullah. Berilah aku nasehat yang ringkas”. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Kalau Engkau mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak meninggalkan (dunia). Jangan berbicara dengan satu kalimat yang esok hari kamu akan meminta udzur karena ucapan itu. Dan perbanyaklah rasa putus asa terhadap apa yang ditangan orang lain”.(Hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad (5/412), Ibnu Majah(4171).

Jadi kita sholat seakan – akan tidak ada lagi sholat setelahnya sehingga kita khusyu dan memperbaikinya.

Adapun Rabi’ah bin Yazid beliau juga salah seorang ulama dari negeri Syam bahkan dikatakan beliau ini lebih afdhal dari Makhul Ad Dimasyqi, ada yang mengatakan dia adalah muridnya yaitu murid dari
Makhul Ad Dimasyqi Rahimahullah kemudian Abu Idris al-Khawlani beliau seorang tabiin dan beliau lahir bertepatan dengan perang hunain setelah Fathul Makkah beliau mriwayatkan dari sahabat yang mulia Abu Dzar, Abu Dzar Al Ghifari salah seorang sahabat yang mulia yang terkenal dengan ibadahnya, pernah dalam perang tabuk beliau terlambat datang, beliau datang seorang diri tidak bersama dengan rombongan, dari kejauhan Rasulullah berkata:”Bayang – bayang hitam itu adalah Abu Dzar, semoga Allah merahmati Abu Dzar dia datang sendiri, dia meninggal sendiri dan nanti dia akan dibangkitkan sendiri”. ini adalah keutamaan yang Allah persaksikan buat sahabat yang mulia Abu Dzar yaitu Jundub bin Junadah Radhiyallahu ‘anhu.

Allah tabaraka wata’ala berfirman dalam hadist Qudsi:”Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan pada diriku sendiri akan berbuat zhalim dan perbuatan zhalim itu Kujadikan haram diantara kalian ”, Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata:”Orang yang memiliki kebebesan yang sifatnya parsial seperti makhluk saja yang bisa memerintahkan dirinya atau melarang dirinya“. Sama dengan kita yang memiliki irada bisa memerintahkan diri kita dan bisa melarang diri kita apalagi yang memiliki kebebesan dan kekuasaan yang mutlak seperti Allah Subhanahu wata’ala, Allah tidak bisa kita tanya dengan berkata:“Mengapa Allah bisa berbuat seperti itu”, justru kitalah yang akan ditanya oleh Allah Subhanahu wata’ala. Jadi Allah jika mengharamkan sesuatu pada dirinya maka ini adalah hak dari Allah Subhanahu wata’ala.

Allah mengatakan saya mengharamkan atas diriku kedzaliman, yang dimaksud dengan kedzaliman adalah meletakkan sesuatu pada bukan tempatnya dan kedzaliman yang paling besar adalah menyembah selain Allah, karena sesungguhnya ibadah semata – mata karena Allah namun dipalingkan pada yang lain makanya ini adalah kedzaliman yang paling besar sebagaimana kata Luqmanul Hakim kepada anaknya:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Lukman: 13).

Termasuk kedzaliman adalah maksiat yang kita lakukan. Kita dzalim kepada diri sendiri. Ketika kita bermaksiat maka kita mendzalimi diri sendiri karena dosa sekecil apapun yang kita kerjakan akan kita lihat balasannya:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8).

Termasuk kedzaliman juga kepada orang lain, semua kedzaliman diharamkan dalam agama kita. dalam haji wada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah beliau menyampaikan kepada seluruh ummat manusia:

عن جابر رضي الله عنه في سياق حجة النبي صلى الله عليه وسلم قال : « حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ، فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِي فَخَطَبَ النَّاسَ وَقَالَ: إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا… » الحديث . رواه مسلم 

Dari Jabi Radhiallahu ’anhu di tengah haji bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:”… sehingga saat matahari tergelincir, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar unta Al-Qashwa’ dipersiapkan. Ia pun dipasangi pelana. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tengah lembah dan berkhutbah:”Sesungguhnya darah dan harta kalian, haram bagi sesama kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini…‘“. (HR. Muslim).

Semua yang disebut dalah hadist diatas terhormat disisi Allah Subhanahu wata’ala, beliau berkhutbah dihaji wada pada tanggal 9 dzulhijjah ketika beliau menunaikan ibadah haji menyampaikan khutbah ini dihadapan para sahabat.

Kadzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat Rasulullah bersabda:

اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Hati-hatilah dari perbuatan zalim. Sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan yang sangat gelap di hari kiamat”. (HR. Muslim dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhu).

Allah berfirman:”Sungguh orang – orang yang berbuat dzalim itu akan mengetahui kemana mereka nanti akan dibinasakan”. kemana arah kehidupan mereka, jadi tidak ada orang yang selamat ketika ia berbuat kedzaliman, bahkan doa orang yang terdzalimi ketika diangkat ke langit, Allah berkata kepadanya:”Demi kekuasaanku dan demi kemuliaanku aku akan menolongmu walaupun setelah waktu yang lama”. Sebagaimana disebutkan dalam hadist:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

Tiga kelompok yang tidak akan ditolak doa mereka: Orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang imam yang berlaku adil, doa orang yang terzalimi. Allah mengangkatnya ke atas awan dan membukakan baginya pintu-pintu langit dan Rabb berfirman:”Demi kemuliaan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu, walaupun dalam jangka waktu yang lama”. (HR. At-Tirmidzi).

Jadi Allah tidak pernah lalai dari setiap kedzaliman yang terjadi, jika saja dihari kemudian seekor kambing yang tidak bertanduk pernah ditanduk oleh kambing yang bertanduk dibangkitkan hanya untuk di qisas. Setelah itu Allah berkata:”Jadilah engkau tanah”, apalagi jika kedzaliman itu terjadi diantara manusia”.

Salah seorang salaf ketika ia dalam keadaan sakit keras ia memanggil anaknya dan berkata:”Wahai anakku tolong ke tetangga sebelah engkau mintakan maaf untukku darinya“, anaknya kemudian heran dan berkata:”Wahai bapakku, saya tidak pernah mengetahui engkau pernah berbuat buruk kepada siapapun selama hidupmu apalagi kepada tetangga”, beliau kemudian berkata:”Wahai anakku minta maaf darinya karena pernah suatu ketika tangan saya berminyak kemudian untuk mengeringkannya  saya melapkan di dinding rumah tetangga kita dan berjatuhan debu- debunya saya khawatir jangan sampai itu adalah kedzaliman“.  

Jadi orang – orang sholeh senantiasa takut akan kedzaliman karena ini akan menjadi sebab kebangkrutan dihari kemudian, dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang pernah menzalimi seseorang baik kehormatannya maupun lainnya, maka mintalah dihalalkan hari ini, sebelum datang hari yang ketika itu tidak ada dinar dan dirham. Jika ia memiliki amal saleh, maka diambillah amal salehnya sesuai kezaliman yang dilakukannya, namun jika tidak ada amal salehnya, maka diambil kejahatan orang itu, lalu dipikulkan kepadanya”. (HR. Bukhari)

Jadi yang pernah berbuat dzalim kepada saudaranya, baik pada hartanya, atau badannya, tubuhnya, fisiknya atau pada kehormatannya, pernah menggibahinya dan seterusnya kata Nabi hendaknya ia meminta kehalalan darinya. Pada hari kiamat kita membayar kedzaliman bukan dengan harta yang kita miliki akan tetapi dengan kebaikan dan keburukan yang pernah kita kerjakan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”. Para sahabat menjawab:”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda”. Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim).

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Jum’at, 14 Rajab 1440 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.