spot_img

Riyadhusshalihin (Bab Mujahadah) Menghidupkan Malam

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah”. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Para salaf sebelum masuk bulan suci ramadhan beliau berdoa:

 الَلهمَ بلَغنا رمضان 

“Ya Allah Sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”

Bulan ramadhan merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala yang merupakan ghanimah bagi orang – orang yang beriman.

Ketika masuk malam 10 terakhir ramadhan Nabi menghidupkan malam – malamnya, beliau ber’itikaf tidak tidur diwaktu malam dan beliau membangunkan keluarganya, mengingatkan mereka walaupun ini sering dilakukan oleh Nabi bukan hanya dibulan suci ramadhan tetapi juga diluar bulan suci ramadhan. Dalam hadist yang masyur ketika Nabi mendatangi rumah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang sementara beristirahat diwaktu malam kemudian beliau membangunkan keduanya dan keduanya sedikit agak malas bahkan mengatakan:”Jiwa ini sesungguhnya ada ditangan Allah Subhanahu wata’ala”, Nabi kemudian meninggalkan keduanya dengan agak sedih dan kesal kemudian berkata:

 وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا

“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”. (QS. Al-Kahfi : 54).

Memerintahkan anak kita untuk menunaikan sholat itu lebih baik daripada dunia beserta isinya, Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Thaha : 131)

Kemudian ayat berikutnya Allah berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS. Thaha : 132).

Ayat ini memerintahkan kita untuk mengontrol sholat anak dan keluarga kita, ada sebuah kisah nyata seorang ibu membangunkan anaknya diwaktu subuh untuk sholat, anaknya tidak mau bangun dan ibunya ini seorang guru ia kemudian pergi ke kantor untuk mengajar, anaknya baru bangun jam 9 dan ia ada ujian dikampus jam 9 akhirnya dia sangat menyesal dan menelpon ibunya dan berkata:”Mengapa saya tidak dibangunkan hari ini, saya ada ujian yang sangat penting jam 9 saya lambat bangun”, ibunya berkata:”Nak, saya sudah bangunkan engkau sholat subuh namun engkau tidak bangun makanya saya tidak mau bangunkan engkau untuk ujian, jika saja ujian akhirat sudah kau gagal maka saya tidak peduli lagi walaupun engkau gagal dalam ujian dunia”.

Jika kita cinta kepada anak kita maka bangunkan mereka untuk sholat subuh, jangan ada rasa kasihan karena dia masih kecil sehingga tidak membangunkannya, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim :6).

Perintahkanlah keluarga kita untuk sholat dan bersabarlah kepadanya itu lebih baik dari pada dunia beserta isinya karena kita telah menyuruhnya dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Walaupun beliau di 10 terakhir bersungguh – sungguh mengharapkan lailatul qadr yang lebih baik daripada 1000 bulan kemudian di dalamnya ditentukan takdir satu tahun dan barangsiapa beribadah didalamnya maka ia beribadah kurang lebih 83 tahun lamanya.

Mengencangkan sarungnya

Ini kinayah dimana beliau meninggalkan berhubungan dengan keluarga, beliau beri’tikaf dan salah satu yang membatalkan I’tikaf adalah berhubungan dengan istri.

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“(Tetapi) janganlah kalian campuri istri-istri kalian, ketika kalian sedang beri’tikaf dalam masjid”. (QS. Al-Baqarah: 187).

Boleh keluar dari masjid ketika beri’tikaf jika sifatnya darurat misalnya untuk makan ketika tidak ada makanan dimasjid, buang hajat dan tidak boleh pulang untuk berhubungan dengan istri karena ini membatalkan I’tikaf.

Adapun istri boleh menjenguk suaminya misalkan untuk mengambil pakaian kotor suaminya kemudian mengambilnya dan mencucinya setelah itu ia bawakan pakaian baru, jadi istri boleh menjenguk suaminya asalkan jangan berlama – lama kemudian sebaiknya I’tikaf dimasjid yang tidak banyak mengenal kita, kadang kita I’tikaf seperti reunian walaupun ini bagus untuk saling menguatkana dalam ketaatan tetapi bukan ini tujuannya, adapun jika beri’tikaf hanya untuk bercerita, membicarakan bisnisnya kemudian handphonennya tidak pernah mati dan whatsapp nya jalan terus maka ini bukan I’tikaf karena I’tikaf itu adalah berkhalwat dengan Allah atau mengkhususkan diri beribadah kepada Allah, bahkan dalam I’tikaf disebutkan orang yang telah berada dalam I’tikaf misalkan dia membuat bilik diakhir masjid kemudian ada orang yang meninggal disholati dimasjid maka ia tidak ikut mensholati jenasah itu kecuali shaff sampai kepadanya.

Oleh karena itu selesaikan semua urusan dunia sebelum masuk I’tikaf setelah itu fokuskan diri untuk bermunajah kepada Allah Subhanahu wata’ala. 

Wallahu a’lam Bish Showaab 


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 29 Syawal 1440 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.