spot_img

Riyadhusshalihin, Menambah Ketaatan di Usia Senja Hadist Ke 113 dan 114 (Sesi 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Misalkan dia penuntut ilmu syar’i pergi ke sebuah kampung, dia memiliki hafalan kemudian tiba waktu sholat panitia masjid mencari siapa yang menjadi imam maka disini kita tampil dan jangan kemudian menjadi naif dengan mengatakan:Saya orangnya wara dan zuhud Allah suka yang tersembunyi dan tidak nampak, bukan demikian, bahkan kita harus menampakkan diri bahkan menawarkan diri dengan mengatakan:”Nanti saya yang menjadi imam pak”, jangan sampai posisi itu diduduki oleh orang yang tidak pantas menjadi imam sehingga kita yang akan menanggung dosa, jadi tidak mengapa menawarkan diri untuk kebaikan dalam kondisi tertentu dan ini boleh seperti Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.

Mulailah pembicaraan dimajelis itu, Umar bekata kepada mereka:”Apa yang kalian katakan atau pendapat kalian pada firman Allah:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat”. (QS. An-Nasr: 1-3).

Sebagian diantara mereka ada yang berkata:”Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan bersitighfar kepadanya jika Allah memberikan pertolongan kepada kita dan membukakan kepada kita sebuah negeri“, mereka menafsirkan secara dzahir, sebagian hanya diam dan tidak bisa mengomentari ayat tersebut dan tidak ada yang mereka sampaikan, Umar kemudian menengok kepada Ibnu Abbas dan berkata:”Pendapatmu sama dengan mereka wahai Ibnu Abbas”, Ibnu Abbas berkata:”Tidak”, disini Umar ingin membuktikan siapa Ibnu Abbas sebenarnya, Umar bertanya:”Apa pendapatmu tentang ayat ini”. Ibnu Abbas berkata:”Ini menunjukkan ajalnya Nabi diberitahukan oleh Allah kepada beliau”, maksudnya dengan diturunkannya surah ini atau ayat ini sekaligus menjadi isyarat dan berita dari Allah bahwasanya wahai Muhammad sebentar lagi engkau meninggal dunia,

Umar kemudian berkata:”Sampai saya juga tidak memahami ayat itu kecuali baru sekarang saya dengar darimu wahai Ibnu Abbas”, jadi ini membuktikan kefakihan Ibnu Abbas yang dibuktikan dihadapan para sahabat Radhiyallahu ‘anhu jami’ah, inti dari hadist ini yang disebutkan oleh Imam An Nawawi Rahimahullah dan ini diperkuat dengan hadist 114 hadist yang ke 3 dari bab ini:

Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, katanya: “Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. bershalat sesuatu shalat setelah turunnya ayat: Idzaja anashrullahi walfathu -Apabila telah tiba pertolongan dari Allah dan kemenangan, melainkan dalam shalatnya itu selalu mengucapkan: Subhanaka rabbana wa bihamdik, Allahummaghfirli -Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah berilah pengampunan padaku.” (Muttafaq ‘alaih). Dalam riwayat yang tertera dalam kedua kitab shahih -yakni Bukhari dan Muslim, disebutkan dari Aisyah pula demikian: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu memperbanyakkan ucapannya dalam ruku’ dan sujudnya yaitu: Subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, Allahummaghfirli -Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah, berikanlah pengampunan padaku,” beliau mengamalkan benar-benar apa-apa yang menjadi isi al-Quran. Makna: Yata-awwalul Quran ialah mengamalkan apa-apa yang diperintahkan pada beliau itu yang tersebut dalam Al-Quran, yakni dalam firman Allah Ta’ala: Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya: Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada TuhanMu dan mohonlah pengampunan kepadaNya.Dalam riwayat Muslim disebutkan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, yaitu: Subhanaka wa bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik -Maha Suci Engkau dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaMu. Aisyah berkata: Saya berkata: “Hai Rasulullah, apakah artinya kalimat-kalimat yang saya lihat Tuan baru mengucapkannya itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu dijadikan sebagai alamat -tanda- bagiku untuk umatku, jikalau saya telah melihat alamat -tanda- tersebut. Itu saya ucapkan apabila telah datang pertolongan dari Allah dan kemenangan.” Beliau membaca surat an- Nashr itu sampai selesai.Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyakkan ucapan: Subhanallah wabihamdih, astaghfirullah wa atubu ilaih -Maha Suci Allah dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaNya, saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaNya.Aisyah berkata: Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya lihat Tuan selalu memperbanyak ucapan: Subhanallah wa bihamdih, astaghfirullah wa atubu ilaih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Tuhanku telah memberitahukan kepadaku bahwasanya aku akan melihat sesuatu alamat -tanda- untuk umatku. Jikalau saya melihatnya itu, maka aku memperbanyakkan ucapan Subhanallah wa bihamdih astaghfirullah wa atubu ilaih. Kini aku telah melihat alamat tersebut, yaitu jikalau telah datang pertolongan Allah dan kemenangan yakni dengan dibebaskannya kota Makkah. Dan engkau melihat para manusia masuk dalam agama Allah dengan berduyun-duyun. Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat.”116. Kelima: Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu., katanya: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dibangkitkan setiap hamba itu -dari kuburnya, menurut -susuai keadaan- apa yang ia mati atasnya.” (Riwayat Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak untuk mengatakan dalam sujud dan rukunya:”Subhanaka rabbana wabihamdika allahummaghfirli“, beliau mengamalkan perintah di dalam Al-Qur’an, ini sunnah dan tidak mengapa kita baca dalam sujud dan ruku kita terutama bacaan bagi orang yang sudah tua, sebagaimana Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam diakhir – akhir hidupnya banyak membhaca dzikir ini dalam sujudnya dan rukunya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman didalam Al-Qur’an:

Perbanyaklah berdzikir menyebut nama Rabmu, dan sucikan Dia setiap sore dan pagi. (QS. Ali Imran: 41).

Disini banyak pelajaran yang bisa kita ambil, pertama: Bahwasanya seseorang itu diantara alamat amalannya diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala adalah dia tidak pernah merasa aman apakah diterima atau tidak amalan yang ia kerjakan sehingga dia memperbanyak istighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala, Allah sendiri yang menyuruh Nabinya padahal Nabi dituntun oleh Allah dalam menyampaikan risalah, beliau maksum jika ada kekeliruan beliau langsung diluruskan oleh Allah tapi Allah menyuruhnya untuk memperbanyak istighfar.

Oleh karenanya perbanyak istighfar kepada Allah, Nabi kita beristighfar dalam sehari semalam 70 sampai 100 kali itulah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam padahal beliau telah mendapatkan jaminan ampun dari Allah Subhanahu wata’ala, dalam riwayat muslim disebutkan bahwasanya Rasulullah banyak mengucapkan dzikir diatas sebelum beliau meninggal dunia dan dzahirnya beliau banyak menyebutkannya diluar sholat, jadi beliau mengucapkannya diluar sholat dan didalam sholat:”Subhana rabbika wabihamdika astaghfirullah wa ‘atubu ilahi”, ‘Aisyah berkata:”Perkataan apa ini yang banyak engkau ucapkan wahai Rasulullah yang baru saya dengar dari anda , beliau berkata:”Allah telah menjadikan untukku tanda pada ummatku jika saya telah melihatnya saya diperintahkan untuk mengucapkannya yaitu isaja anasrullahu wal fath hingga akhir surah jika datang pertolongan dari dari Allah dan Al fath yang dimaksudkan adalah penaklukan kota Makkah dan ayat ini turun setelah fathul Makkah, jadi alamat itu telah diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Mereka masuk ke agama Allah berbondong – bondong Pada tahun ke 9 disebut dengan tahun datangnya para delegasi – delegasi dari luar kota Madinah dari kabilah – kabilah arabiyah dari ditempat yang dekat maupun dari tempat yang jauh semua datang berbondong – bondong ke Madinah kemudian membaiat dan menyatakan keislamanannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, jadi dari fathul Makkah ke amul lufud turun Surah An -Nasr ini benar – benar menjadi tanda bahwa sebentar lagi ajal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah dekat dan akan tiba dan akan kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala karena beliau telah selesai menyampaikan amanah dari Allah Subhanahu wata’ala.

Wallahu a’lam bisshowab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 21 Rabiul Awal 1441 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.