spot_img

Riyadhussholihin “Muraqabatullah” Hadist Jibril (Islam, Iman, Ihsan, Kiamat) Beriman Kepada Kitab dan Rasul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Beriman Kepada Kitab – Kitabnya

Kitab – kitab yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wata’ala baik secara umum maupun secara khusus yang kita tahu namanya seperti taurat, zabur, injil, shuhuf Ibrahim dan musa yang merupakan kitab hidayah dan semuanya diakhiri oleh Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap Nabi dan Rasul dibekali dengan mu’jizat namun mu’jizat mereka terputus seiring dengan kematiannya kecuali mu’jizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Al-Qur’an karena Al-Qur’an akan di jaga oleh Allah Subhanahu wata’ala sampai hari kiamat, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr : 9).

Ulama kita mengatakan salah satu diantara cara Allah menjaga kitabnya yaitu ketika kita menghafalkannya, terkadang kita menghafal Al-Qur’an kita tidak tahu kapan kita menghafalnya, jadi sudah terpatri didalam hati bahwasanya Al-Qur’an dijaga oleh Allah Subhanahu wata’ala, kadang kita hafal ayat kita tidak tahu surah apa dan ayat ke berapa, Allah menjaga Al-Qur’an dari lafadznya juga ayat – ayatnya, jika ada salah seorang yang pernah mengambil ijazah dari salah seorang syaikh, ijazah pertanda bahwa anda membacanya sesuai dengan yang Allah turunkan kepada jibril kemudian kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sanad yang bersambung sehingga panjang dan pendeknya juga diukur oleh seorang guru atau syaikh, olehnya sampai panjang dan pendek tajwidnya dijaga oleh Allah Subhanahu wata’ala,

Dalam Mu’jam Al Kabir disebutkan ada salah seorang murid Ibnu Mas’ud membaca firman Allah di depannya:

 إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin”. (QS. At-Taubah : 60).

Ibnu Mas’ud kemudian berkata:”Berhenti, Bukan begini kami diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam “, adapun maknanya sudah benar, beliau kemudian ditanya:” Bagaimana anda dibacakan oleh Nabi”, beliau kemudian membaca ayat tersebut dan beliau memanjangkan

لِلْفُقَرَاءِ

(mad wajib mu’tasil), ayat ketika dibaca panjang atau pendek tidak mengubah maknanya namun Ibnu Mas’ud mengatakan:”Bukan begini kami diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”, jadi ada qaidah ada tajidiyah dan ada ijazah, tilawah adalah sunnah yang di ikuti, begitulah Allah menjaga kitabnya sampai hari kiamat, jika kita tadabburi Al-Qur’an maka tidaklah ada yang terjadi dizaman ini apapun melainkan telah disebutkan didalam Al-Qur’an, Allah mensifatkan Al-Qur’an dengan tafsila kulli sya’i padahal Al-Qur’an dengan ayat yang terbatas namun sudah menjadi qaidah umum di dunia dan akhirat, oleh karenanya kembali kepada Al-Qur’an, kita memperbanyak  membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya, bulan sya’ban adalah bulan para pembaca Al-Qur’an,  para salaf mengatakan:”Jika masuk bulan Sya’ban jangan padamkan pelita – pelita kalian dimalam hari“, maksudnya adalah perbanyak membaca Al-Qur’an.

Beriman Kepada Rasul-Rasulnya

Beriman kepada Rasul secara umum dan khusus, secara umum kita tidak tahu berapa jumlah Rasul dan Nabi – Nabi Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata’ala:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil”. (QS. Al-Mukmin: 78).

Jumlah Nabi – Nabi Allah sangat banyak, ada Nabi yang diutus oleh Allah mereka ini adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah, mereka diutus kepada kaum yang membangkang perintah Allah Subhanahu wata’ala disebut dengan Rasul dan ada Rasul yang diutus kepada kaum yang menerima dakwah mereka disebut dengan Nabi, olehnya inilah perbedaan antara Nabi dan Rasul, ada juga yang mengatakan Rasul adalah Nabi yang diutus oleh Allah Subhanahu wata’ala dengan syariat yang baru untuk menghapuskan syariat sebelumnya adapun Nabi adalah yang melanjutkan atau yang menyampaikan syariat Nabi sebelumnya, ini beberapa perbedaan yang disebutkan oleh para ulama kita, jadi ada Nabi yang diutus pada suatu kaum dan dakwanya diterima langsung oleh kaum tersebut adapula Rasul yang ditentang oleh kaumnya, setiap Nabi adalah Rasul dan tidak setiap Rasul adalah Nabi,

Adapun jumlah mereka wallahu a’lam, adapun riwayat dari Abu Dzar al Ghifari ketika beliau bertanya kepada Nabi:”Berapa jumlah Nabi Ya Rasulullah“, namun riwayat ini lemah yang disebutkan oleh para ulama kita dalam kitab – kitab hadist bahwasanya dalam sanadnya ada kelemahan yang sangat lemah salah satu periwayatnya bernama Hisyam yang tidak bisa dijadikan sebagai landasan yang mengatakan jumlah Rasul adalah 313 orang kemudian jumlah Nabi sebanyak 124.000  semua ini tidak ada keterangan yang shahih dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam namun kita beriman secara rinci sebagaimana yang disebutkan nama – namanya didalam Al-Qur’an dan hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, secara umum kita beriman bahwa mereka diutus oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk menyampakan hidayah, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. An-Nahl : 36)

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.