spot_img

Tadabbur Surah Al-Insyirah Ayat 2-4, Ampunan Dosa dan Kemuliaan Nama Rasulullah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah berfirman:

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ

“dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu”. (QS. Al-Insyirah: 02).

Tafsiran ayat (Dan Kami telah menghilangkan) telah melenyapkan (darimu dosamu.), sebagaimana firman Allah dalam surah Al Fath pada awal ayat, Allah berfirman:

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا ,لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus”. (QS. Al-Fath: 1-2).

الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ

“Yang memberatkan punggungmu?”. (QS. Al-Insyirah: 03).

Dosa akan menjadi beban bagi kita dihari kemudian, lalu apa yang dimaksud dengan dosa yang membebani pundak Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah berfirman:

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۙ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ

“(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu”. (QS. An-Nahl: 25).

Jadi dosanya ia pikul sendiri ditambah lagi dengan dosa yang dipikul oleh orang lain karena menjadi sebab orang itu terjatuh dalam perbuatan dosa, olehnya jika tidak mampu meninggalkan amal jariyah maka jangan meninggalkan dosa jariyah atau dosa yang bisa ditiru oleh orang lain. Memperlihatkan contoh yang buruk kemudian di ikuti oleh orang lain maka dia memikul dosanya dan dosa orang lain tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.

Olehnya Nabi mengatakan tidaklah terjadi pembunuhan di dunia ini sampai hari kiamat melainkan anak Adam yang pertama yang mencontohkan pembunuhan itu memikul dosanya sampai hari kiamat, itulah bahayanya mencontohkan sesautu yang buruk karena dapat ditiru dan diikuti oleh orang lain.

Sebagian ulama kita ada yang mengatakan dosa yang dimaksudkan disini bukan dosa besar karena Nabi dilindungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dari dosa baik sebelum beliau diangkat menjadi Nabi bahkan setelah beliau diangkat menjadi Nabi karena buktinya sampai orang – orang kafir quraisy yang memusuhi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah ada yang kemudian mencela Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka semua sepakat akan sifat amanah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka semua sepakat akan kesucian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, makanya ketika beliau mengumpulkan orang – orang arab, semua suku dan kabilah arabiah termasuk dari kalangan keluarga dekat beliau dan mendakwahkan islam secara terang – terangan untuk yang pertama kali beliau memberikan muqaddimah seperti ini:”Wahai kaum andaikan saya mengabarkan kepada kalian ada musuh yang siap menyerang kalian dari balik bukit ini apakah kalian percaya kepada saya”, mereka berkata:”Tentu kami percaya kepadamu wahai Muhammad kami tidak pernah mendapati engkau berdusta“. Akan tetapi setelah beliau menyampaikan dakwah tauhid barulah mereka murka dan marah.

Jadi ulama kita mengatakan dosa yang dimaksudkan disini adalah dosa yang di dalamnya ada ijtihad Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam jika keliru beliau langsung ditegur oleh Allah Subhanahu wata’ala seperti ketika beliau duduk dimajelis dihadapan para pembesar Quraisy beliau semangat untuk menyampaikan hidayah kepada mereka karena beliau berijtihad jika semua ini masuk islam maka semua kaumnya atau sukunya akan ikut, tiba – tiba masuk salah seorang lelaki buta yang bernama Abdullah ibn Ummi Maktum yang tidak bisa melihat dengan jelas dia ingin berjumpa dengan Nabi untuk bertanya dan beliau tidak tahu siapa yang hadir ditempat itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling dari Abdullah ibn Ummi Maktum dia hendak bertanya kepada Nabi tetapi seakan-akan Nabi mengatakan:”Sebentar, ini dulu yang dihadapi’, karena beliau tidak tahu jika ada tamu Rasulullah yang lain maka turunlah teguran dari Allah:

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ , أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ ,وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, Karena telah datang seorang buta kepadanya”. (QS. Abasa: 1-2). Setelah kejadian itu setiap kali Nabi berada dimajelis kemudian datang Abdullah ibn Ummi Maktum dimajelisnya maka beliau langsung berdiri menyambutnya kemudian menyuruhnya duduk dan berkata:”Selamat datang kepada orang yang sebab dia saya ditegur oleh Allah Subhanahu wata’ala”.  

Tapi apakah dengan jaminan ampunan dosa itu Nabi kemudian berleha – leha dan duduk sambil berpangku tangan dirumahnya dan tidak lagi beribadah karena sudah dijamin masuk surga, beliau tidak begitu, justru beliau semakin giat dalam beribadah sampai kaki beliau bengkak karena panjangnya beliau qiyam diwaktu malam, istrinya bertanya:”Ya Rasulullah anda telah mendapatkan ampunan dosa – dosa yang lalu dan yang akan datang mengapa anda sampai seperti ini”, Nabi berkata:”Tidak pantaskah saya menjadi hamba yang pandai bersyukur“, itulah suri tauladan dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

“Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu”. (QS. Al-Insyirah: 4).

Kata para ulama tafsir Allah selalu menyandingkan namanya dengan nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidaklah nama Allah disebut melainkan juga disebut nama Rasulullah, sebagaimana ketika seseorang masuk islam maka ia membaca syahadat yang didalamnya disebutkan nama Allah dan nama Rasulullah, begitupula dengan azan. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzaab: 56).

Makna yang lain yaitu didalam Al-Qur’an tidaklah Allah memanggil atau menyeru Nabinya melainkan disebut namanya secara langsung seperti Ya Adam , Ya Nuh, Ya Musa, Ya Isa dan seterusnya tetapi adakah di dalam Al-Qur’an kita mendapati Ya Muhammad, kita tidak akan menemukannya tetapi Allah memanggil dengan gelarnya ya Ayyuharrasul, Ya Ayyuhannabi, Ya Ayyuhal Muazzammil dan seteurusnya bahkan Allah melarang para sahabat untuk memanggil nama beliau secara langsung. Allah berfirman:

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”.(QS. An-Nur :63).

Para sahabat tidak ada yang memanggil dengan berkata:”Ya Muhammad tetapi selalu dengan gelar Ya Rasulullah, Ya Nabiyallah beliau dimuliakan oleh Allah di dunia dan di akhirat tetapi walaupun beliau mulia, diangkat namanya dan kemuliannya disisi Allah namun kita tidak boleh mengangkat Nabi kita melebihi kenabian beliau, jadi tidak boleh diangkat seperti tuhan atau manzilah ilahiah, beliau pernah berkata:

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya)“. (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi). 

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Jum’at, 22 Dzulhijjah 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim



Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.