spot_img

Tafsir Surah Al-Hujurat Ayat 16-17

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Orang arabi yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mereka menganggap dirinya tidak sama dengan arabi yang lain yang masih dalam kekafiran sehingga mereka mengira telah berjasa dengan masuknya mereka ke dalam islam. Maka turunlah firman Allah Subhanahu wata’ala:

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar“. (QS. Al Hujurat : 17).

Faedah :Jangan sama sekali sedikitpun tertipu dengan ketaatan kita karena sesungguhnya ketaatan merupakan hidayah dari Allah Subhanahu wata’ala, datangnya kita ke tempat ibadah bukanlah suatu kebetulan melainkan petunjuk dari Allah Subhanahu wata’ala, Allah tidak pernah butuh kepada hambanya akan tetapi hamba itulah yang butuh kepada Allah Subhanahu wata’ala, Disebutkan bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala menangkan agama yang mulia ini dengan 2 orang, yang pertama Abu Bakar as Shiddiq dan yang kedua Imam Ahmad ibn Hanbal karena keduanya kokoh dan teguh dalam situasi ketika fitnah bergejolak, adapun ketika dizaman Abu Bakar as Shiddiq yaitu ketika beliau memerangi orang – orang murtad dan memerangi orang – orang yang tidak mau membayar zakat dan beliau tidak disetujui oleh para sahabat untuk memeranginya, dikatakan kepada beliau:”Bagaimana mungkin kita memerangi orang – orang yang berkata:”Laailaaha illallah”, beliau berkata:”Saya akan memerangi orang – orang yang memisahkan antara sholat dan zakat demi Allah andaikan mereka mengikatku untuk saya tidak melakukan itu, bagaimana mungkin mereka tidak membayarnya sekarang sedangkan dahulu mereka membayarnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah agama ini berkurang sedangkan saya masih hidup”, perkataan ini harus kita torehkan dalam hati kita, apa gunanya kita beragama islam ketika agama kita dicaci dan dihina kemudian kita hanya duduk dengan santai saja dan tidak melakukan sesuatu, Allah Subhanahu wata’ala mampu menolong agamanya baik dengan adanya kita maupun tanpa adanya kita, Allah tidak butuh kepada kita melainkan kita yang butuh Allah Subhanahu wata’ala.

Kedua, Imam Ahmad ibn Hanbal beliau sampai dimasukkan ke dalam penjara bahkan disiksa dan dicambuk berulang kali karena mempertahankan aqidah Ahlusunnah wal jama’ah bahwasanya Al-Qur’an itu kalamullah (Perkataan Allah) bukan makhluk, dan diantara yang ajaib yaitu ketika beliau keluar dari penjara beliau mengingat nama salah satu orang yang selalu beliau sebut dimajelisnya kemudian mendoakannya dengan kebaikan dan ampunan, ketika ditanya:”Siapa dia ya Imam”, beliau berkata:”Dia adalah teman saya dipenjara, salah seorang narapidana”, Kisahnya, orang ini adalah seorang pencuri yang berulang kali masuk penjara dan dicambuk karena mencuri dan ia berkata kepada Imam Ahmad:”Ya Imam Ahmad, anda ini adalah pemuka, anda adalah pemimpin agama yang mulia ini, jika anda mengatakan:”Al-Qur’an Makhluk semuanya akan mengikuti perkataan anda , bersabarlah”, saya adalah seorang pencuri berulang kali masuk penjara dan dicambuk akan tetapi saya bersabar, lantas mengapa anda tidak bersabar”, nasehat seorang pencuri kepada Imam Ahmad ibn Hanbal, inilah yang membuat Imam Ahmad selalu mendoakan orang tersebut.

Orang – orang berkata kepada Imam Ahmad:”Semoga Allah membalas kebaikan anda karena jasa – jasa anda kepada agama islam”, Imam Ahmad berkata:”Tidak, justru islam yang telah berjasa kepada saya, siapa saya dan apa saya ini”. Imam Ahmad merasa bahwa dia bukanlah apa-apa, kita mendapatkan hidayah karena Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu wata’ala tidak butuh dengan kita, disebutkan dalam hadist Qudsi:

 يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .

Wahai hamba-hambaKu, seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, mereka semua berada pada taraf ketakwaan seorang paling tinggi tingkat ketakwaannya di antara kalian, hal itu takkan menambah kerajaanKu sedikit pun. Seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari kalangan bangsa jin dan manusia, mereka semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling tinggi tingkat kedurhakaannya di antara kalian, hal itu takkan mengurangi kerajaanKu sedikit pun. Wahai hambaKu, seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, semuanya berdiri di atas tanah yang tinggi, lalu mereka semua meminta kepadaKu, lalu aku penuhi permintaan mereka, untuk yang demikian itu, tidaklah mengurangi apa-apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum jika dimasukkan ke dalam lautan. Wahai hambaKu, sesungguhnya itu hanyalah amalan kalian. Aku menghitungnya untuk kalian, kemudian Aku memberikannya secara sempurna kepada kalian, maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapatkan yang selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri“. (HR. Muslim).

Kadang kita mengajak seseorang untuk mengerjakan sholat namun ia berkata:”Urus dirimu sendiri dan jangan mengurus diriku”, betapa sombonnya ia berkata demikian, jangan pernah merasa dengan masuknya kita ke dalam islam merasa telah berjasa akan tetapi dialah Allah Subhanahu wata’ala yang telah berjasa memberikan hidayahnya kepada kita, oleh karenanya ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membagikan harta perang pada perang hunain dan orang – orang sholeh tidak diberi mereka kemudian protes, Rasulullah berkata kepada mereka:”Bukankah dahulu kalian tersesat dan karena saya kalian mendapatkan hidayah”, mereka berkata:”Benar Ya Rasulullah, kami beriman Ya Rasulullah”, ini hidayah taufik dari Allah Subhanahu wata’ala yang harus kita syukuri bukan untuk dibanggakan dan disombongkan apalagi ketika untuk menyesatkan orang lain atau memvonis orang lain. Kisah salah seorang yang terus menasehati saudaranya yang larut dalam kemaksiatan, ia terus nasehati namun nasehatnya tidak didengar akhirnya ia mengatakan:”Allah tidak akan mengampunkan dosamu”, Allah kemudian murka dan marah:”Siapa gerangan yang lancang berkata seperti itu, saya telah mengampunkan dosanya dan saya telah menghapuskan amalanmu”.

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis, 01 Ramadhan 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.