spot_img

Wanita Dunia Penghuni Surga

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab:”Ya” ia berkata:“Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata:”Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya”,

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu”, Wanita itu menjawab:”Aku pilih bersabar”, Lalu ia melanjutkan perkataannya:”Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap”. Maka Nabi pun mendoakannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan Atho bin Abi Rabah dan Abdullah Ibnu Abbas

Atho bin Abi Rabah adalah salah seorang tabi’in mantan budak berkulit hitam , berambut keriting, picak sebelah matanya, hidungnya pesek, perawakan pendek tetapi beliau adalah seorang ‘alim, gurunya adalah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhu , Abdullah ibn Abbas, Ummu  Haniy, Abdullah Ibnu Umar, Abdullah ibn Amr, bahkan dikatakan dalam sebuah riwayat bahwasanya beliau pernah berjumpa 200 sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

Di zaman beliau fatwa terhenti kepada Atho bin Abi Rabah maksudnya jika pertanyaan itu telah sampai kepada Atho bin Abi Rabah maka tidak usah lagi bertanya setelah itu karena beliau memberikan jawaban yang memuaskan  terutama di musim haji dimana banyak orang yang datang bertanya kepada beliau bahkan orang – orang antri demi mengajukan pertanyaan di kemah beliau. Atho bin Abi Rabah adalah seorang mantan budak tetapi dimuliakan oleh Allah Subhanahu wata’ala dengan ilmu, beliau pernah bersama dengan gurunya Abdullah ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhu, jadi ilmu yang baik adalah ilmu yang diriwayatkan dari guru kepada murid dan seterusnya dan ini keistimewaan  agama islam dengan sanad dan riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan.

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat yang ketika Rasulullah meninggal beliau masih berusia sangat belia tetapi beliau semangat didalam menuntut ilmu, beliau berkata kepada teman usianya ketika Rasulullah meninggal :”Mari kita menuntut ilmu kepada sahabat – sahabat Rasulullah yang masih hidup mereka banyak hari ini”, teman seusia Ibnu Abbas berkata:”Sungguh mengherankan engkau wahai Ibnu Abbas dan apakah orang – orang akan butuh yang seperti kita ini sedangkan mereka itu masih banyak”, Ibnu Abbas berkata:”Akhirnya saya meninggalkan teman – teman saya”,

Ibnu Abbas adalah sahabat yang semangat didalam menuntut ilmu, beliau terkadang mendatangi rumah salah seorang sahabat yang ia berguru darinya kemudian duduk didepan pintunya sambil menunggu sahabat (gurunya) yang ada didalam rumahnya keluar beliau tidak langsung masuk ke dalam rumah gurunya karena jangan sampai ia mengganggunya, dan ketika sahabat (gurunya) ini keluar ia melihat Ibnu Abbas dan berkata:”Andaikan engkau mengutus seseorang memanggil saya maka saya akan mendatangi anda“, Ibnu Abbas berkata:”Beginilah kita diperintah untuk menghormati dan menghargai para ulama”,

Dari kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu Allah Subhanahu wata’ala mengarunai beliau ilmu bahkan ketika salah seorang sahabat Zaid bin Tsabit yang kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam Zaid bin Tsabit orang yang ahli ilmu faraid, ketika Zaid bin Tsabit meninggal Abu Hurairah berkata:”Barangsiapa yang ingin melihat bagaimana ilmu itu dicabut maka lihatlah kematian Zaid bin Tsabit,  tetapi semoga Allah mengantikannya dengan Ibnu Abbas”, Alasan mengapa Abu Hurairah berkata demikian karena Abu Hurairah sudah melihat kesungguhan Ibnu Abbas dalam menuntut ilmu. Hasil dari kesungguhan Ibnu Abbas menuntut ilmu Allah Subhanahu wata’ala kemudian memberikan kepada beliau murid – murid  yang setia yang menukil ilmu beliau dan termasuk diantara yang menukil ilmu beliau adalah Atho bin Abi Rabah Rahimahullah beliau dari afrika dengan ilmu beliau dimuliakan oleh Allah. Atho bin Abi Rabah senantiasa berguru kepada Ibnu Abbas dan mengambil faedah dari beliau.

Dalam sebuah riwayat wanita yang dimaksud dalam hadist diatas sebagai penghuni surga  bernama Ummu Sufar Radhiyallahu ‘anha masih hidup akan tetapi telah dijamin oleh Allah Subhanahu wata’ala masuk surga, artinya tidak ada yang menghalangi antara dirinya dengan surga kecuali kematian.

Bolehkah Mempersaksikan Seseorang Masuk Surga.?

kita tidak boleh mempersaksikan seseorang masuk surga atau neraka kecauli dalil dari al-Qur’an dan Sunnah, msalah ini perlu diperinci dalam 2 point:

  1. Bisa dipersaksikan dengan sifat akan tetapi bukan orang per orang, misalkan kita katakan:”Orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah adalah penghuni surga“,

Jika ada seseorang yang meninggal kemudian ia beriman serta bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dan orang – orang sholeh  cinta kepadanya maka kita bisa mengatakan:”InsyaAllah dia termasuk penghuni surga”,  tidak boleh mengatakan dia itu penghuni surga

Begitupa sebaliknya tidak boleh mempersaksikan seseorang bahwa dia adalah penghuni neraka sehingga dia berkata:”Jika dia masuk surga maka saya keluar dari surga”,

Di zaman Rasulullah salah seorang pembantu ikut berjihad dan terlihat pada dirinya bagaimana semangatnya dalam berjihad memerangi musuh dan ketika jihad telah selesai orang – orang memujinya dan para sahabat mengatakan:”Sungguh beruntung ia dengan surga”, Rasulullah berkata:”Siapa yang memberitahukan hal itu kepada kalian”, sesunguhnya “As Syamla” (sejenis pakaian atau ganimah yang ia ambil sebelum dibagikan) maksudnya adalah dia mencuri ghanimah, Rasulullah berkata:”Ghanimah itu yang akan membakarnya nanti didalam neraka”, jadi wanita ini meninggal dalam keadaan mencuri ghanimah hasil rampasan perang.

Dalam kesempatan yang lain ketika sahabat memuji seseorang, Rasulullah berkata dia penghuni neraka sahabat kemudian heran dan ternyata betul ketika orang ini berjihad dan terkena senjata dari musuh karena tidak bersabar akhirnya bunuh diri, begitu pula ‘Aisyah berkata kepada Nabi :”Sungguh beruntung dia dengan surga, Rasulullah berkata:”Siapa yang memberitahukan itu kepadamu”,

Jadi untuk per orang tidak boleh tetapi andaikan ada orang yang sholeh, beriman dan bertakwa dan dilihat kesholehan dan ketakwaannya maka kita mempersaksikan untuknya surga tetapi kita ucapkan insyaAllah dia penghuni surga.

Rasulullah bersabda:”Kalian adalah saksi – saksi Allah dipermukaan bumi “, mengapa demikian  karena kita hanya melihat dari zahir seseorang adapun batinnya kita tidak tahu sehingga dia yang lebih tahu dirinya dengan Allah Subhanahu wata’ala, begitu pula kita yang lebih tahu diri dan kondisi kita dengan Allah daripada orang lain.

  1. Seseorang bisa dipersaksikan dengan surga orang per orang jika ada nash yang disebutkan baik didalam Al-Qur’an maupun hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam contohnya sebagaimana wanita penghuni surga yang kita jelaskan diatas begitupula dengan 10 sahabat yang dijamin masuk surga,

Ketika Rasulullah berada dalam sebuah kebun kemudian beliau melarang seorang masuk ditempat itu tiba – tiba sahabat yang lain berkata:”Ada seseorang yang minta izin untuk masuk”, Rasulullah berkata:”Siapa dia.?”, ia menjawab:”Abu bakar as Shiddiq”, Rasulullah berkata:”Izinkan ia masuk dan beri dia kabar gembira dengan surga”,   masuklah Abu Bakar as Shiddiq beliau lalu duduk bersama Nabi, tidak lama kemudian datanglah Umar Radhiyallahu ‘anhu, kemudian Rasulullah berkata:”Siapa.?” ia menjawab:”Umar ya Rasulullah“, ia kemudian berkata:”Izinkan  ia masuk dan berilah kabar gembira padanya surga”,  begitupula dengan sahabat yang lain dan Rasulullah menyebut satu persatu termasuk penghuni surga.

Jadi kita tidak boleh ragu bahwasanya mereka adalah Penghuni surga, mereka adalah orang – orang pilihan yang telah dipersaksikan surga oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, olehnya jika ada seseorang yang datang belakangan kemudian mencela mereka  apalagi melaknat mereka seperti syiah rafidhah yang melaknat Abu Bakar as Shiddiq dan Umar bin Khattab bahkan mereka memiliki dzikir pagi dan petang yang berfungsi untuk melaknat sahabat tersebut  dimana bunyinya adalah:”Ya Allah laknatlah kedua berhala Quraisy dan puteri mereka”, 2 berhala Quraisy yang mereka maksudkan adalah Abu Bakar dan Umar adapun 2 puterinya adalah ‘Aisyah dan Hafsah.

Begitupula dengan sahabat yang lain yang dijamin masuk surga Tsabit bin Qais bin Syammas sahabat yang mulia dipersaksikan untuknya surga oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari“. (QS. Al-Hujurat: 2).

Sahabat ini ada masalah pada pendengarannya sehingga ia selalu duduk di dekat tempat duduknya Nabi agar ia bisa mendengar apa yang diucapkan oleh Rasulullah, dan orang yang bermasalah pendengarannya terkadang suaranya keras ketika berbicara, olehnya ketika ayat diatas turun beliau tidak datang lagi ke majelis Rasulullah, apa yang terjadi beliau demam panas, Rasulullah berkata kepada sahabat:”Dimana Tsabit bin Qais bin Syammas”, sahabat berkata:”Kami akan mengeceknya”, mereka mendatangi rumahnya dan dia sedang menggigil beliau berkata kepada sahabat yang datang kepadanya:”Telah turun ayat kepada Nabi dan saya yakin yang dimaksudkan adalah saya karena saya selalu mengangkat suara dimajlis Nabi, saya adalah penghuni neraka dan sungguh amalanku telah terhapus“, ketika disampaikan kepada Nabi, Nabi berkata:”Bukan dia yang dimaksud , dia itu penghuni surga”, akhirnya beliau gembira dengan ucapan Rasulullah dan beliau datang lagi ke majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ayat Al Hujurat ayat 2 ini juga dijadikan dalil oleh para ulama tentang pentingnya adab didalam majelis ilmu karena para ulama adalah pewaris para Nabi dan di khawatirkan orang yang tidak beradab dalam majelis ilmu terhapus amalannya sebagaimana kata para ulama kita.

Bersambung (Wanita Dunia Penghuni Surga Sesi 2)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 08 Rabiul Awal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.