mim.or.id – Kami kembali menyajikan Khutbah Jum’at yang berjudul ‘Hakikat Kemerdekaan Seajti’ (Edisi 025, Jum’at 11 Safar 1446 H).

Naskah selengkapnya:
HAKIKAT KEMERDEKAAN SEJATI
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Hanya kepada Allah Ta’ala semata, kita mengungkapkan segala bentuk pujian tak terbatas, atas semua keMahasempurnaanNya, atas semua kasih sayangNya yang Mahaluas, atas semua karuniaNya yang tak pernah putus. Kita memujiNya, kita mengungkapkan syukur sebesar-besarnya atas semua kemerdekaan yang diberikanNya untuk kita, yang seharusnya kita gunakan dengan sebaik-baiknya untuk membuktikan ketundukan kita hanya kepadaNya, untuk memperbanyak amal shalih dan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Sejak awal, Islam telah mengukuhkan dan menetapkan hak kemerdekaan pada setiap insan. Oleh Allah Ta’ala, bahkan manusia itu diberikan pilihan antara mau beriman atau tidak kepada Allah, antara mau taat dan patuh pada Allah Ta’ala atau sebaliknya lebih memilih membangkang dan durhaka kepada-Nya.
Tetapi, sebagai bentuk keMahadilan Allah Ta’ala, sejak awal pula, saat memberikan kemerdekaan dan kebebasan memilih itu, Allah Ta’ala sudah meng-ingatkan kita semua bahwa “setiap pilihan pasti ada konsekwensinya masing-masing”. Apapun akhirnya pilihan yang kita ambil, maka pilihan itu harus siap kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta’ala.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
Artinya:
“Dan katakanlah (wahai Muhammad): ‘Kebenaran itu dari Tuhan kalian, maka siap yang mau (beriman), hendaklah ia beriman. Namun siapa yang mau (kufur), biarlah ia kufur…” (Surah al-Kahfi: 29).
Namun ayat ini tidak berhenti di situ saja! Allah Ta’ala melanjutkan ayat ini dengan menjelaskan apa konsekwensi memilih kufur dan durhaka kepada Allah Ta’ala. Allah Azza wa Jalla mengatakan:
إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٍ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ٢٩
Artinya:
“…Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Surah al-Kahfi: 29)
Sebaliknya, bagi hamba yang memilih jalan keimanan dan amal shalih, Allah Ta’ala juga menjelaskan apa yang menjadi konsekwensi dari pilihan itu. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ مَنۡ أَحۡسَنَ عَمَلًا ٣٠ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُ يُحَلَّوۡنَ فِيهَا مِنۡ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلۡبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِۗ نِعْمَ الثَّوَابُۗ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا ٣١
Artinya:
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik. Mereka itulah yang memperoleh surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Dalam surga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal. Mereka duduk-duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah.” (Surah al-Kahfi: 30-31)
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Pada akhirnya, jika kira renungkan dalam-dalam, maka meskipun Allah Ta’ala telah mengaruniakan kemerdekaan kepada setiap kita, para manusia ini, namun kenyataannya kita akhirnya tidak benar-benar bisa disebut sebagai manusia merdeka.
Manusia yang konon memilih untuk tidak beriman dan durhaka kepada Allah Ta’ala, sebenarnya tidak pernah benar-benar merdeka. Kenapa? Karena saat ia memilih durhaka dan bermaksiat kepada Allah Ta’ala, sebenarnya ia telah memperbudak dan meng-hambakan dirinya kepada hawa nafsunya. Hawa nafsu itulah yang menjadi tuhannya. Wal ‘iyadzu biLlah.
Para manusia pengejar kedudukan dan kekuasaan, tidak pernah bisa disebut sebagai manusia merdeka, selama hidup mereka dikuasai nafsu berkuasa yang tak habis-habisnya hingga meng-halalkan segala macam cara.
Para manusia pengejar harta, tidak pernah bisa disebut sebagai manusia merdeka, selama pikiran, hati dan hidup mereka dikuasai oleh nafsu tak habis-habisnya pada harta, hingga tidak ada lagi batas halal dan haram.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ، وَالدِّرْهَمِ، وَالْقَطِيفَةِ، وَالْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
Artinya:
“Celakalah hamba dinar, dirham, permadani dan pakaian. Jika ia diberi, ia akan ridha. Namun jika tidak diberi, ia tidak ridha.” (HR. Al-Bukhari)
Termasuk manusia-manusia yang katanya memilih hidup bebas tanpa terikat pada agama atau tidak percaya terhadap adanya Tuhan sekalipun, sebenarnya mereka tidak pernah benar-benar bebas dan merdeka. Kenapa? Sekali lagi karena pada akhirnya mereka hidup mengikuti ke mana hawa nafsunya berbisik. Zahirnya mereka melepaskan diri dari Allah Ta’ala, melepaskan diri dari agama, tapi faktanya mereka membelenggu diri dengan agama nafsunya sendiri!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Kita, makhluk bernama manusia ini, takkan pernah mendapatkan kebahagiaan sejati selama kita masih menghamba dan memperbudak diri kepada sesama makhluk. Menghamba pada matahari. Menghamba pada malaikat. Menghamba pada berhala. Meng-hamba pada para wali dan orang yang dianggap shalih. Menghamba pada dunia. Menghamba pada kekuasaan dan jabatan. Menghamba pada nafsu.
Manusia yang bisa merdeka dan merasakan kebahagiaan sejati yang abadi dunia dan akhirat hanya mereka yang menghambakan diri kepada Dzat yang menciptakan semua makhluk itu, Allah Azza wa Jalla. Menghamba hanya pada Allah Ta’ala itulah jalan cahaya yang sesungguhnya, sementara menghamba kepada sesama makhluk itulah jalan kegelapan yang membinasakan.
Allah Ta’ala berfirman:
ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥٧
Artinya:
“Allah-lah Sang Penolong orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan menuju cahaya. Sementara orang-orang kafir, para penolong mereka adalah thaghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju berbagai kegelapan. Mereka itulah para penghuni Neraka, mereka kekal selamanya di dalamnya.” (Surah al-Baqarah: 258).
Sejalan dengan ayat inilah, seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab pertanyaan penguasa tertinggi Imperium Persia tentang misi kedatangan mereka:
وَاللَّهُ جَاءَ بِنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَمِنْ ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سِعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الإِسْلامِ
Artinya:
“…Dan Allah menghadirkan kami untuk mengeluarkan hamba-hamba yang dikehendakiNya dari penghambaan kepada sesama hamba menuju penghambaan hanya kepada Allah, (mengeluarkan mereka) dari sempitnya dunia menuju kelapangannya, dari kezhaliman semua agama menuju keadilan Islam.” (Lih. Tarikh al-Thabari, 3/519).
Karena itu, jamaah Jum’at yang berbahagia, kemerdekaan sejati seorang manusia adalah ketika melepaskan segala bentuk ketergantungannya kepada sesama makhluk, dan hanya bergantung serta berserah diri hanya kepada Allah Ta’ala.
Kemerdekaan sejati seorang manusia adalah ketika ia melepaskan semua harapan dan rasa takutnya kepada sesama makhluk, dan menyandarkan seluruh harapan serta rasa takutnya kepada Dzat yang menciptakan semua makhluk itu, yaitu Allah Azza wa Jalla.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa intisari kemerdekaan seorang manusia hanya dapat dia miliki saat ia mentauhidkan Allah Ta’ala dan tidak menduakan atau menyekutukanNya dengan apapun dan siapapun.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Allah Ta’ala memberikan kita kesempatan hidup di dunia ini untuk memakmurkannya dengan keimanan dan amal shalih, bukan diperbudak olehnya. Banyak manusia yang seringkali gagal memahami orientasi utama ini. Banyak di antara kita yang tertipu dan justru melakukan yang sebaliknya: menghamba dan memperbudak diri pada dunia hingga lupa menyiapkan bekal keimanan dan amal shalihnya.
Allah Azza wa Jalla mengatakan:
بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ١٦ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ ١٧ﵞ
Artinya:
“Bahkan kalian justru lebih mendahulukan kehidupan dunia, padahal Akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Surah al-A’la: 16-17).
Maka, jika hari ini kita masih terbelenggu menghamba pada dunia, karir, jabatan, harta, atau apapun; segeralah nyatakan tekad untuk me-merdekakan diri dari semua perbudakan itu. Merdekakan diri kita dari semua perbudakan duniawi yang sangat menggoda itu, agar kelak di Akhirat, Allah Ta’ala berkenan memerdekakan kita dari kekelaman Neraka Jahannam.
Itulah kemerdekaan yang sebenarnya. Itulah ke-merdekaan yang sejati.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أ نْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Mari mendukung program ini dengan berdonasi di:
BSI: 2422554558 atas nama Media MIM