mim.or.id – Kisah Nabi Adam ‘Alaihissalam Bapak Umat Manusia (Bag. 3)
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly
Keengganan Iblis dan Penolakannya terhadap Perintah Allah
Maka semua malaikat segera bersujud. Di antara mereka terdapat Iblis, yang juga diperintahkan untuk bersujud bersama mereka. Iblis bukan dari golongan malaikat, tetapi dari golongan jin yang diciptakan dari api yang sangat panas nār as-samūm api yang berada di antara langit dan bumi, api yang mana kilat berasal, Iblis menyembunyikan kekafirannya kepada Allah dan iri kepada manusia yang telah Allah beri kemuliaan. Kesombongannya mendorongnya untuk menolak perintah sujud.
Penolakan Iblis untuk bersujud kepada Adam bukan hanya sekadar tidak menaati perintah, tetapi juga merupakan kekufuran kepada Allah dan kesombongan yang jelas. Tidak cukup dengan hanya menolak, Iblis juga secara terang-terangan menentang dan mengkritik hikmah dari perintah Rabbnya. Iblis berkata,
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
“Aku lebih baik daripadanya. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS. Al-A’raf: 12).
Ini adalah qiyas (analogi) yang paling rusak, karena qiyasnya batil dari beberapa sisi,
- Pertama, Iblis menggunakan qiyas untuk menolak perintah langsung dari Allah agar bersujud. Dalam Islam, jika qiyas bertentangan dengan nash (Al-Qur’an atau Hadis), maka qiyas tersebut adalah qiyas batil. Tujuan qiyas seharusnya adalah untuk menyesuaikan perkara yang tidak ada nashnya dengan perkara yang telah ada nashnya, agar mengikuti hukum yang telah ditetapkan. Namun, jika qiyas digunakan untuk menentang nash, itu adalah qiyas yang paling buruk.
- Kedua, pernyataan Iblis, “Aku lebih baik daripadanya,” sudah cukup untuk menunjukkan kekurangan dan kehinaan Iblis. Dengan kalimat ini, ia menunjukkan kesombongannya, kekaguman pada dirinya sendiri, serta berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Apakah ada kekurangan yang lebih besar dari ini?!
- Ketiga, Iblis berbohong ketika menganggap bahwa api lebih unggul daripada tanah. Sesungguhnya, tanah memiliki sifat ketundukan, ketenangan, dan kestabilan. Dari tanah tumbuh berbagai jenis tanaman dan pohon yang membawa berkah bagi bumi. Sedangkan api, sifatnya ringan, gegabah, dan membakar.
Lalu Allah berfirman kepada Iblis,
يَإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ
“Hai Iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan tangan-Ku sendiri? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang tinggi?” (QS. Shad: 75).
Kekufuran, kesombongan, dan penolakan Iblis, serta kebenciannya yang mendalam, menjadi alasan utama dia diusir dan dilaknat oleh Allah. Allah berfirman kepada Iblis,
فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
“Maka turunlah kamu dari surga. Tidak pantas bagimu menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk golongan yang hina” (QS. Al-A’raf: 13).
Namun, si laknat ini tidak tunduk kepada Rabbnya, tidak pula bertaubat kepada-Nya, melainkan semakin menantang dengan permusuhan. Iblis bertekad bulat untuk memusuhi Adam dan keturunannya. Setelah mengetahui bahwa nasibnya telah ditetapkan dengan kesengsaraan abadi, ia memutuskan untuk menggoda keturunan Adam dengan perkataan, perbuatan, dan bala tentaranya agar tersesat.
Iblis bertekad untuk menggoda dan menjadikan sebagian besar keturunan Adam termasuk golongannya, yaitu golongan yang telah ditetapkan akan menempati darul bawar (tempat kehancuran yaitu neraka). Iblis berkata kepada Allah,
رَبِّ فَأَنظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Wahai Tuhanku, maka berilah aku penangguhan sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al-Hijr: 36), agar dia bisa fokus untuk menunaikan permusuhannya terhadap Adam dan keturunannya.
Karena hikmah Allah menghendaki manusia memiliki tabiat yang beragam dan sifat-sifat baik atau buruk, maka perlu adanya penyaringan melalui ujian dan cobaan. Salah satu ujian terbesar adalah memberikan kesempatan kepada musuh ini untuk mengajak manusia kepada segala keburukan. Allah menjawab,
فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ * إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ
“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi penangguhan * Sampai hari yang telah ditentukan” (QS. Al-Hijr: 37-38).
Iblis kemudian menyatakan kedurhakaannya dan permusuhannya kepada Adam dan keturunannya dengan berkata,
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ﴾
“Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan menghadang mereka di jalan-Mu yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” (QS. Al-A’raf: 16-17).
Iblis mengucapkan kalimat ini berdasarkan dugaannya, karena dia mengenal tabiat manusia. Allah berfirman,
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan sungguh Iblis telah membenarkan dugaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian dari orang-orang yang beriman” (QS. Saba’: 20).
Allah memberikan kesempatan kepada Iblis untuk melakukan apa yang dia inginkan terhadap Adam dan keturunannya. Allah berfirman kepada Iblis,
اذْهَبْ فَمَن تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا * وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُم بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ
“Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasan kamu semua, sebagai balasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu, kerahkanlah pasukan berkudamu dan pasukan berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka dalam harta dan anak-anak” (QS. Al-Isra’: 63-64).
Artinya, jika kamu mampu, buatlah mereka menyimpang dalam mendidik anak-anak mereka dengan cara yang merusak. Buatlah mereka menggunakan harta dalam hal yang merugikan, mencari nafkah dengan cara yang tidak halal. Juga, ikutlah dalam urusan mereka ketika mereka makan, minum, atau menikah tanpa menyebut nama Allah. Dengan begitu, kamu ikut terlibat dalam harta dan anak-anak mereka. Janjikanlah mereka, yaitu perintahkanlah mereka untuk mendustakan kebangkitan dan pembalasan, serta menghalangi mereka dari melakukan kebaikan. Takut-takutilah mereka dari para walimu, dan buatlah mereka takut untuk berinfak yang bermanfaat dengan menanamkan kebakhilan dan perbuatan keji dalam diri mereka.
Ini semua adalah bagian dari hikmah dan rahasia Allah yang sangat besar. Sedangkan kamu, wahai musuh yang nyata, tidak akan meninggalkan satu pun dari kemampuanmu untuk menyesatkan mereka. Yang jahat di antara mereka akan menampakkan keburukannya, dan kejahatan mereka akan terlihat jelas. Namun, Allah tidak peduli dan tidak memperhatikan mereka.
Adapun keturunan Adam yang istimewa, yaitu para Nabi dan pengikut mereka yang setia, seperti para shiddiqin, orang-orang terpilih, wali, dan orang-orang beriman, Allah tidak memberikan musuh ini kekuasaan atas mereka. Allah telah membangun benteng kokoh di sekitar mereka berupa perlindungan dan penjagaan-Nya. Allah juga membekali mereka dengan senjata yang tidak bisa dihadapi oleh musuh mereka, yaitu kesempurnaan iman kepada Allah dan kekuatan tawakal mereka kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah,
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانُ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya syaitan tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan mereka” (QS. An-Nahl: 99).
Selain itu, Allah juga membantu mereka dalam menghadapi musuh yang nyata ini dengan berbagai cara. Dia menurunkan kitab-kitab-Nya yang berisi ilmu-ilmu yang bermanfaat, nasihat-nasihat yang memengaruhi hati, dorongan untuk melakukan kebaikan, serta ancaman dari melakukan keburukan. Allah mengutus rasul-rasul-Nya untuk memberikan kabar gembira bagi yang beriman dan taat kepada Allah dengan pahala yang segera, serta memberi peringatan kepada yang kufur, mendustakan, dan berpaling dengan berbagai bentuk hukuman.
Allah menjamin bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk-Nya yang diturunkan melalui kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya, bahwa mereka tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat. Mereka juga tidak akan merasa takut atau sedih. Allah telah membimbing mereka dalam kitab-kitab-Nya dan melalui lisan rasul-rasul-Nya tentang cara-cara melindungi diri dari musuh yang nyata ini, serta menjelaskan kepada mereka apa yang dihasutkan oleh setan dan jalan-jalan yang digunakannya untuk menjerat umat manusia.
Sebagaimana Allah menjelaskan dan memperjelas tipu daya setan, Allah juga membimbing hamba-Nya menuju jalan keselamatan dari kejahatan dan fitnahnya. Allah memberikan bantuan di luar kemampuan mereka. Ketika mereka berusaha dengan sungguh-sungguh dan memohon bantuan kepada-Nya, Allah memudahkan setiap jalan yang mengantarkan mereka kepada tujuan yang diinginkan.