mim.or.id – Dalam hadistnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmiżi no. 2499, Ṣahih al-Targīb 3139).
Lantas pesan apa yang tersirat dan bisa dipetik dari hadist tersebut?
Baca Juga: Fenomena ‘Penipu atas Nama Agama’ kembali Mencuat, Apa Solusi untuk Menangkalnya?
Pertama, dimaknai bahwa setiap kita semua yang menjadi anak cucu dari nabi Adam merupakan makhluk yang memang pada tabiatmya selalu terjatuh dan tak luput dari kesahan atau dosa.
Dalam artian lain, terjatuh dalam perbuatan dosa telah menjadi tabiat mutlak dan dasar dari proses penciptaan manusia. Bahkan setinggi apapun level kesalihan kita dan sebanyak apapun ibadah seseorang, pasti dirinya tidak luput dari dosa.
Kedua, pesan yang penting dalam hadist ini ialah dibukanya pintu taubat selebar-lebarnya oleh Allah Ta’ala untuk setiap hamba yang selalu jauh dari dosa dan kemaksiatan.
Bahkan lebih lanjut, disebutkan bahwa hamba yang selalu bertaubat dan terus bertaubat dari dosanya, merupakan hamba-hamba yang terbaik. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa ta’ala:
Baca Juga: Darurat Judi Online, 3 Obsesi Syetan yang Menjerumuskan Manusia
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 110).
Tetapi perlu diingat baik-baik sekalipun Allah Subhanahu wa ta’ala maha pengampun bukan berarti kita menormalisasi atau meremehkan dosa-dosa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, melainkan ini pesan bahwa janganlah berputus asa dari Rahmat-Nya.