spot_img

AR-RAJA’ (Pengharapan) Silsilah Amalan Hati Sesi 2

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Hasan Al Basri Rahimahullah berkata:”Keimanan itu bukan sekedar angan – angan”, oleh karenanya  bedakan antara Ar-Raja dan At-Tamanni. Ar-Raja’ (pengharapan atau cita – cita) adapun At Tamanni (angan – angan) perbedaannya adalah Ar-Raja’ cita- cita yang dibarengi dengan usaha dan kesungguhan adapun At-Tamanni hanyalah angan – angan yang melahirkan kemalasan. Contoh seseorang yang berangan – angan punya anak, apakah dia harus duduk dan berharap saja, tentu tidak, maka yang harus ia lakukan adalah menikah karena dengan menikah ia bisa mendapatkan anak, jadi bukan sekedar angan – angan, begitu pula jika ingin menjadi penghafal Al-Qur’an hanya sekedar angan – angan saja maka ia tidak akan menjadi penghafal Al-Qur’an, oleh karena itu harapan dan cita – cita harus dibarengi dengan usaha.

Para Salafussholeh Rahimahullah mereka berdoa kepada Allah dengan penuh pengharapan dan rasa takut tetapi sebelumnya mereka berlomba-lomba dalam kebaikan, contoh: dimana seseorang menggaji beberapa pekerja untuk membangun rumahnya atau merenovasi rumahnya, maka datanglah para tukung dan ternyata para tukang ini merobohkan rumah tersebut yang semestinya ia renovasi sebagaimana perintah dari pemilik rumah, setelah ia robohkan dan merusaknya ia kemudian minta upah kepada pemilik rumah maka tentu hal ini membuat pemilik rumah marah kepada tukang tersebut.

Begitu halnya dengan Allah Subhanahu wata’ala yang menciptakan kita dimana jasad dan badan kita adalah milik Allah, jangan dirusak dengan maksiat karena Allah Subhanahu wata’ala dihari kiamat nanti akan menghisab kita. Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan“. (QS. Ali ‘Imran :185).  Jadi kita diperintah untuk memperbaiki diri bukan merusaknya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surah As-Sajdah:

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan“. (QS. As-Sajdah : 15-16). 

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya ini adalah Al-Hub (Rasa cinta), mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap ini adalah Al-Khauf dan Ar-Raja’.

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga, ibadah dan Qiyamullailnya sepanjang malam, turun ayat yang memuji beliau yang membuat beliau takut dengan hari akhirat dan mengharapkan rahmat Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran“. (QS. Az-Zumar : 09).

Kata para ulama kita Ar-Raja dan Al-Khauf adalah 2 kata yang tidak boleh terpisahkan, rasa takut yang tanpa dibarengi dengan Ar- Raja’ maka akan melahirkan putus asa, sebaliknya Al-Khauf tanpa dibarengi rasa takut akan melahirkan rasa aman dari hukuman dan ancaman dari Allah Subhanahu wata’ala sehingga ia tertipu dengan amalannya.

Oleh karena itu didalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wata’ala menunjukkan bahwasanya Al-Khauf dan Ar-Raja adalah 2 kesatuan yang tidak terpisahkan sebagaimana perkataan Allah yang menyebutkan perkataan Nabi Nuh kepada Kaumnya:

مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا

Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?“. (QS. Nuh : 13). Maksud dari ayat ini adalah mengapa kalian tidak takut kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jadi kata Ar-Raja’ diartikan dengan Al-Khauf dan dalam ayat ini menunjukkan bahwasanya Al-Khauf dan Ar-Raja’ adalah 2 hal yang tidak boleh dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.

Abu Bakar –As-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu menggabungkan antara Ar-Raja’ dan Al-Khauf sebagaimana disebutkan dalam nasehat beliau:”Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala ketika menyebut tentang penghuni surga, menyebutkan amalan –amalan yang terbaik yang pernah mereka lakukan dan mengampunkan dosa – dosa dan kesalahan mereka, dan jika saya mengingat itu saya menjadi takut karena jangan sampai saya tidak termasuk golongan mereka, ini adalah bentuk Al-Khauf (Rasa takut), dan ketika Allah Subhanahu wata’ala menyebut tentang penghuni neraka, Allah menyebutkan amalan – amalan terburuk yang mereka lakukan dan menolak kebaikan – kebaikan mereka, dan jika saya mengingat itu saya juga berharap semoga saya tidak termasuk golongan mereka, ini adalah Ar-Raja’ (Pengharpan)“.

Beliau menjelaskan kepada kita dalam nasehat diatas tentang pentingnya mengumpulkan antara Al-Khauf dan Ar-Raja’.

Abu Bakar –As-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat Rasulullah yang senantiasa menemani Rasulullah dalam setiap perjalanan beliau yang dijamin masuk surga.

Perkataan senada juga diucapkan oleh Umar Bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu:”Demi Allah, andaikan ada yang berseru dari langit dan berkata:”Masuklah semua kalian wahai manusia ke dalam surga kecuali satu orang”, saya khawatir jangan sampai yang satu itu adalah saya, ini adalah Al –Khauf, dan andaikan ada seruan dari langit yang mengatakan:”Masuklah kalian seluruh manusia ke dalam neraka kecuali satu orang”, saya berharap sayalah yang satu itu”.

Jadi kedua sahabat Rasulullah yang mulia ini mengumpulkan antara Al-Khauf dan Ar-Raja’, beginilah para salafussholeh Rahimahullahu. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu yang meriwayatkan hadist begitu banyak namun ketika beliau dalam sekarat dan sakit keras beliau di hibur oleh para sahabat dengan mengingatkan jasa – jasa beliau namun beliau tetap merasa takut dan menangis seraya mengatakan:”Perjalanan yang sangat panjang dan perbekalan yang sangat sedikit dan tempat kembali jika bukan surga dan neraka”, beliau khawatir terhadap dirinya.

Bersambung (AR-RAJA’ Silsilah Amalan Hati Sesi 3).

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 11 Rajab 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.