mim.or.id – Dalam Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam, diceritrakan bahwa para saudaranya hasad kepadanya hanya karena mimpi yang ia ceritakan kepada bapaknya dan mereka hasad kepada Yusuf karena Yusuf lebih disayang dan dicintai oleh bapaknya Yaqub ‘Alaihissalam daripada.
Saudara Yusuf kemudian membuat makar dengan meminta izin kepada bapaknya untuk membawa Yusuf bermain disuatu tempat yang jauh. Setelah mereka sampai pada tujuan lalu dimasukkan Yusuf ke dalam sumur sebagaimana kisahnya yang masyur yang terdapat dalam surah Yusuf.
Bahaya sifat ini Hasad dapat menghalangi sesorang dari kebenaran sering kita mendengar tokoh orang-orang kafir seperti gembong orang munafik yang bernama Abdullah ibn Ubaid ibn Salul. Ia menampakkan keislaman tetapi menyembunyikan kebencian dan kekufuran.
Baca Juga: Jangan Terlena, Jarak Antara Pengutusan Rasulullah dan Hari Kiamat Bagaikan Dua Jari
Mengapa dia berbuat demikian karena sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah para penduduk kota madinah sudah mempersiapkan mahkota untuk dia untuk mengangkatnya sebagai raja. Namun ketika Nabi hijrah ke Madinah ia ditinggal oleh kaumnya dan mereka lebih memilih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga ia menjadi hasad.
Kisah hasad yang lain yaitu seorang penyair di Makkah yang bernama Umayyah bin Abi Salh, ulama kita menyebutkan syair-syairnya mengajak kepada tauhid dan melarang penyembahan terhadap berhala-berhala yang merupakan sisa dari ajaran Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam.
Namun ketika Nabi diutus menjadi Nabi dan Rasul justru ia tidak beriman kepada Rasulullah, ketika ia ditanya:”Wahai Umayyah apa yang engkau serukan dahulu sama dengan yang dibawa oleh Muhammad namun mengapa engkau tidak mengikuti Muhammad”.
Ia berkata:”Sebenarnya saya berharap agar Al-Qur’an diturunkan kepada saya, saya malu dari penduduk Makkah, saya lebih cerdas dari Muhammad tetapi kenapa dia diangkat menjadi Nabi dan Rasul”.
Nabi berkata:”Syairnya masuk islam namun dia kufur kepada Allah Subhanahu wata’ala”. Kemudian hasad yang lain yaitu pembesar kota Makkah yang bernama Al-Walid ibn Mughirah perkataannya diabadikan oleh Allah dalam surah As-Zukhruf ia berkata:
Baca Juga: Jaminan dari Allah, Mintalah Ampun Kepada-Ku Pasti Aku Mengampuni Kalian!
وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ هَٰذَا الْقُرْآنُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ
“Dan mereka berkata:”Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?”.(QS. As-Zukhruf :31).
Adapun di kota Makkah yang dia maksudkan adalah dirinya karena dia adalah pembesar di kota Makkah dan yang ia maksuidkan di kota Thaif yang bernama Abu Mas’ud Amr ibn Umaid.
Allah menjawab perkataanya pada ayat selanjutnya:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. As-Zukhruf: 32).
Dari serangkaian kisah diatas, pelajaran yang dapat dipetik ialah sifat hasad sungguh bahaya sebab ia akan membuat seseorang akan terhalang dari informasi atau sesuatu kebenaran. Maka dari itu, mari selalu berupaya menghindarkan diri dari sifat hasad ini.