spot_img

Khutbah Idul Adha 1446 H: Belajar Menjalani Dunia dari Nabi Ibrahim

mim.or.id – Kembali kami menyajikan spesial Khutbah hari raya Idul Adha 1446 Hijriah dengan tema ‘Belajar Menjalani Dunia dari Nabi Ibrahim’.

Untuk selengkapnya:

Belajar Menjalani Dunia dari Nabi Ibrahim

Khutbah Pertama

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Bersama dengan lebih dari 2 milyar kaum muslimin di penjuru dunia ini, hari ini kita semua bersyukur setinggi-tingginya hanya kepada Allah Azza wa Jalla, kita mengagungkan Nama-Nya, dan memuliakan syariat-Nya.

Hari ini, sedalam-dalamnya rasa syukur kita haturkan hanya kepada Allah Ta’ala atas sekali lagi kesempatan yang Dia berikan agar kita semua dimampukan untuk membuktikan penghambaan kita pada-Nya, melalui sujud kita pagi ini, melalui takbir, tahlil dan tahmid yang kita ucapkan pada 10 hari terakhir ini. Karena sesungguhnya, setinggi-tinggi nikmat dan karunia bagi kita adalah karunia kesempatan untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Dalam setiap momentum Hari Raya Idul Adha, kita akan selalu berhenti sejenak untuk melakukan kembara sejarah pada sosok nabi mulia, ayahanda para nabi dan rasul, Nabi Ibrahim alaihissalam bersama keluarga kecilnya yang diberkahi Allah Ta’ala, Nabi Ismail dan bundanya Hajar alaihimassaam. Kisah hidup kekasih Allah itu tidak pernah kering sebagai sumber pelajaran bagi kita yang datang sesudahnya. Terutama pelajaran tentang bagaimana kita, manusia ini, seharusnya menjalani kehidupan dunia ini.

Terjadinya berbagai macam problem dan masalah, terjadinya berbagai macam tragedi dan kerusakan di dunia ini, penyebab utamanya adalah karena kita manusia selalu gagal memahami karakterististik dan tabiat kehidupan dunia ini. Akibatnya, manusia pun gagal memahami untuk apa ia dihadirkan di muka bumi ini? Apa yang harus ia lakukan di episode kehidupan dunia yang singkat ini?

Dari Nabi Ibrahim alaihissalam kita belajar, bahwa semua yang kita alami, semua kesenangan yang kita nikmati, semua kesusahan yang kita derita di dunia ini; semuanya tanpa kecuali adalah ujian dari Allah. 

Nabi Ibrahim alaihissalam diuji dengan tak kunjung hadirnya sang buah hati, bahkan hingga usianya semakin menua. Tapi ia menjawab ujian itu dengan tidak putus asa berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ 

Artinya:

“Wahai Tuhanku, karuniakan untukku dari (keturunan) yang shalih…”  (Surah al-Shaffat: 100)

Lalu Allah Ta’ala  mengabulkan doanya dengan kehadiran seorang Ismail ‘alaihissalam:

فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ 

Artinya:

“Lalu Kami berikan untuknya kabar gembira dengan (kelahiran) seorang anak yang santun…”  (Surah al-Shaffat: 101).

Tapi ternyata, kehadiran buah hati yang dirindukan itupun tidak lebih hanya sebuah ujian dari Allah Ta’ala, untuk menguji Sang Ibrahim alaihissalam: apakah buah hati yang sangat dicintai itu tak membuatnya berpaling dari Sang Khaliq, atau justru membuatnya lupa pada Sang Maha Pemberi, Allah Azza wa Jalla.

Maka, Allah pun kembali menguji kekasihnya itu:

 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

Artinya:

“Maka ketika (anak itu) telah sampai pada usia yang mampu bekerja bersamanya, (Ibrahim) pun berkata: ‘Wahai anakku, sungguh aku telah melihat dalam mimpiku, bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimanakah pendapatmu?’”  (Surah al-Shaffat: 102)

Sebuah ujian yang sangat dahsyat. Anak yang selama ini dirindukan kehadirannya, dan saat itu telah memasuki usia kematangannya, tiba-tiba saja Ibrahim alaihissalam diperintahkan oleh Sang Maha Pemberinya untuk disembelih, untuk dikurbankan. Tapi Nabi Ibrahim sadar dan mengerti, bahwa seperti inilah kehidupan dunia ini selalu. Darul Ibtila’, dunia adalah negeri yang seluruh episodenya adalah ujian demi ujian semata.

Ibrahim alaihissalam menerima ujian itu, lalu menyodorkan “soal ujian” yang sama kepada putranya, Ismail alaihissalam: “Maka bagaimanakah pendapatmu, wahai Anakku?”

Dan dengan sangat mengagumkan, Ismail kecil yang shalih itu ternyata berhasil menjawab soal ujian itu dengan sukses. Dengan penuh keimanan, ia mengatakan:

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ 

Artinya:

“(Ismail) berkata: ‘Wahai ayahandaku, lakukanlah apa diperintahkan padamu, in sya’aLlah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.”  (Surah al-Shaffat: 102).

Hingga akhirnya, terjadilah peristiwa monumental yang takkan pernah terhapus dalam sejarah kaum beriman, yang hari ini dan seterusnya kita contohi dan teladani, yaitu penyembelihan hewan kurban. Allah Ta’ala mengatakan:

 فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ * وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ * قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ 

Artinya:

“…Maka ketika keduanya telah berserah diri, dan (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami pun memanggilnya: ‘Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu!’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik…”  (Surah al-Shaffat: 103-105).

Lalu, Allah menutup pesannya pada Ibrahim alaihissalam dengan mengatakan:

 إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ 

Artinya:

“Sesungguhnya ini benar-benar sebuah ujian yang nyata.”  (Surah al-Shaffat: 106).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walilLahil hamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Seperti itulah dunia yang kita pijak hari ini. Keberadaan kita di sini, kehadiran kita menghirup udaranya hari ini, semuanya adalah episode-episode ujian yang harus kita jawab dengan benar. Dan panduan untuk menjawab semua dengan benar hanya satu, yaitu dengan agama Tauhid, agama Islam yang diwahyukan oleh Allah kepada semua nabi dan rasul, hingga rasul terakhir, nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jamaah yang berbahagia!

Sayangnya, banyak dari kita yang secara sadar maupun tidak sadar, mengira dan mempersepsikan seakan-akan dia akan hidup selamanya di dunia ini. Banyak dari kita yang dikuasai oleh hasrat rakus mengumpulkan dunia sebanyak-banyak, seolah itulah segala-galanya. Seolah itulah puncak bahagianya. Dan kita lupa bahwa dunia ini tidak lebih dari sebuah “ruangan ujian” bagi kita.

Buktinya, saat Allah Ta’ala memberikan sedikit keberhasilan duniawi untuk kita; kita lupa bahwa itu tidak lebih adalah ujian dari Allah, apakah dengan sejumput kesuksesan itu: kita semakin dekat dengan Allah, atau justru pergi menjauh?

Buktinya, saat Allah Ta’ala berikan kepada kita sejumput kekuasaan dan jabatan; kita lupa bahwa itu adalah ujian amanah dari Allah untuk kita; apakah dengan sedikit kekuasaan itu kita masih tetap menjaga shalat kita dan berbuat adil kepada semuanya? Apakah dengan secuil jabatan itu, kita masih mau menjawab panggilan adzan untuk bersujud, atau panggilan rapat jauh lebih penting untuk dipenuhi?

Buktinya, saat Allah Ta’ala berikan kita sejumput harta yang nilainya hanya milyaran, kita sudah bertingkah seperi Qarun, yang mengira bahwa ia bisa mempunyai harta berlimpah karena ia hebat dalam bekerja dan berbisnis. Dia lupa bahwa Allah Azza wa Jalla yang memberinya harta itu, Mahakuasa untuk mengambilnya kembali dalam sekejap mata! Kita seringkali lupa, bahwa harta itu Allah hadirkan dalam hidup kita, untuk menguji kita: apakah harta itu semakin mendekatkan kita padaNya, atau justru membuat kita menghamba pada harta itu sendiri?

Buktinya, saat Allah Ta’ala karuniakan buah hati yang sangat kita cintai itu, kita gagal paham dan tersilaukan, hingga seluruh obsesi dan impian kita tentang anak-anak kita sepenuhnya hanya tentang dunia. Tentang bagaimana nanti mereka bisa hidup senang di dunia, punya pekerjaan dan penghasilan yang menyenangkan di dunia. Kita lupa bahwa kita dan anak-anak kita punya sebuah masa depan yang jauh lebih dari dari masa depan dunia, yaitu masa depan Akhirat!

Akibatnya, kita lebih galau dan khawatir saat perjalanan akademik anak-anak kita kacau dan bermasalah, tapi kita tidak pernah galau dan khawatir sedikit pun meski anak-anak kita melalaikan shalatnya, atau melalaikan ajaran agamanya! Bukankah itu kenyataan kita hari ini?

Berbeda dengan Nabi Ibrahim alaihissalam. Obsesi beliau sebagai seorang ayah adalah obsesi akhirat. Yang paling digelisahkan oleh Ibrahim alaihissalam saat meninggalkan keluarga kecilnya, Ismail dan ibunya, Hajar alaihimassalam, di tengah lembah Mekkah yang sepi dan tandus, bukan bagaimana mereka hidup, makan dan minum. Bukan sama sekali!

Yang beliau khawatirkan adalah apakah mereka menjaga shalatnya atau tidak? Karena itu, Allah Ta’ala mengabadikan munajat Ibrahim alaihissalam tentang itu:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ

Artinya:

“Wahai Tuhan kami, sungguh aku telah menempatkan keturunanku di sebuah lembah yang  tandus tanpa tanaman, di sisi RumahMu yang mulia. Wahai Tuhan kami, agar mereka dapat menegakkan shalat….”

Bukan agar mereka mengumpulkan harta sebanyak mungkin. Bukan agar masa depan mereka cemerlang dan berkecukupan.

Kenapa? Karena kalau hanya sekadar harta, makan dan minum, maka orang-orang kafir pun diberikan semua itu oleh Allah, apalagi hamba-hambaNya yang menghamba kepadaNya?

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walilLahil hamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Maka dari Nabi Ibrahim alaihissalam kita belajar untuk meluruskan dan memperbaiki obsesi dan impian kita di dunia ini. Dunia ini hanya tempat persinggahan. Di dunia ini kita hanya sekadar menyeberang jalan. Dunia tidak layak untuk menjadi obsesi kita. Dunia tidak pantas menjadi impian yang menggelisahkan kita.

Karena itu, bekerjalah untuk dunia sesuai dengan kadar keberadaan kita di sini. Sebab akhirnya kita semua akan pergi meninggalkannya. Karena itu, obsesi dan impian akhirat haruslah lebih menguasai jiwa dan pikiran kita. Itulah sebabnya, obsesi seorang Ibrahim alaihissalam pada anak keturunannya adalah bagaimana mereka meninggalkan dunia ini dalam keadaan muslim. Dalam keadaan memeluk Tauhid sekuat-kuatnya, dan menghempaskan kesyirikan sejauh-jauhnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [البقرة: 132]؛

Artinya:

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan kepada anak-anaknya, begitupula Ya’qub: ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan agama ini untuk kalian, maka janganlah kalian mati kecuali kalian dalam keadaan muslim.”   (Surah al-Baqarah: 132)

Maka, satu-satunya pesan dan wasiat kematian yang harus kita titipkan kepada anak-anak kita, kepada generasi pelanjut kita adalah “Jangan mati meninggalkan dunia ini kecuali engkau dalam keadaan muslim yang bertauhid, Anakku…”.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa liLlahilhamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Sekali lagi, marilah menjadikan momen Idul Adha ini sebagai momentum kita semua kembali memperbaiki dan meluruskan orientasi, obsesi dan impian kita di dunia ini. Hari-hari ini, betapa interaksi kita dengan medsos yang membuatkan kita terjangkiti penyakit narsistik dan fomo, menyeret kita sehingga gagal fokus pada akhirat.

 Jangan sampai kita kelelahan mengejar pencapaian-pencapaian dunia, keletihan mengejar obsesi-obsesi dunia, lalu tiba-tiba kematian datang menghampiri kita. Jangan sampai saat kita larut dalam kelalaian tersilau dunia, ternyata tanpa kita duga sudah tiba saatnya untuk pergi meninggalkan dunia ini.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Di hari raya Idul Adha yang mulia ini, insya Allah kita akan meneladani ketaatan Nabi Ibrahim alaihissalam dalam menunaikan kurbannya kepada Allah Ta’ala.

Ibadah qurban disyariatkan pada hari ini dan tiga hari setelahnya/hari-hari tasyriq. Mari laksanakan dengan cara terbaik, sesuai tuntunan syariat. Hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, atau kambing yang genap setahun, atau sapi yang genap 2 tahun. Hewan kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang jelas dan bisa berpengaruh pada dagingnya, jumlah ataupun rasanya.

Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan seekor sapi boleh berserikat maksimal untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas. Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya.

Tetapi dapat pula diwakilkan kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diberikan dari bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai bentuk sedekah atau hadiah. Pembagian hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, buat pemiliknya, hadiah dan sedekah kepada fakir miskin.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa liLlahilhamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Akhirnya, marilah kita menundukkan hati dan segenap diri kita untuk memohon dengan sepenuh jiwa kepada Allah, Sang Maha Mendengar, Sang Maha Melihat, Sang Maha Mengetahui,  Satu-satuNya Dzat yang Mahakuasa untuk mengabulkan semua doa, pinta dan harapan kita.

Rabbana, lihatlah kami para hamba-Mu yang lemah dan penuh dosa ini. Setiap hari, bahkan di setiap hembusan nafas ini, kami tak luput dari kelam dosa yang melalaikan. Tapi, RahmatMu tak putus-putusnya hadir untuk kami. AmpunanMu selalu terbuka untuk kedurhakaan kami. Maka ampunilah kami, ya Allah…Ampuni kami hamba-hambaMu yang payah ini. Ampuni kami hamba-hambaMu yang selalu lupa dan lupa ini, ya Allah…

Rabbana, wahai Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah kedua orang tua kami. Rahmati perjalanan mereka di dunia ini hingga tiba di Surga Firdaus-Mu, ya Allah…Liputi mereka dengan ampunanMu. Ampuni kami, ya Allah, yang selalu payah dalam membahagiakan ayah-bunda kami. Ampuni kami yang selalu payah mengukir jejak bakti kepada mereka, ya Allah.

Ya Allah, izinkan kami agar berkumpul kembali bersama mereka di dalam Jannah-Mu yang abadi…

Rabbana, Semua yang ada pada kami hari ini: harta-benda kami, karir dan jabatan kami, capaian-capaian kami, jasmani yang menawan, bahkan karunia iman dan Islam kami; semuanya tanpa kecuali adalah karunia dan pemberianMu kepada kami. Karuniakan kami kekuatan untuk mensyukurinya. Tolonglah kami, ya Allah, agar dapat menggunakan semua karunia itu di jalan perjuangan Agama-Mu ini.

Rabbana, kami titipkan negeri indah tanah air kami ini padaMu. Lindungilah negeri ini dari segala keburukan dan kejahatan. Jauhkan kami, rakyat negeri ini, dari kezhaliman dan tipu daya. Anugrahkan untuk kami para pemimpin yang menegakkan keadilan, yang ikhlas bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya.

Rabbana, kami titipkan saudara-saudara kami yang hari ini masih terpuruk dalam derita, dalam penjajahan kaum Zionis di Palestina, dalam aksi diskriminatif kaum Hindu Ekstrim di India, dalam pahitnya derita di Suriah dan di Sudan, dan di manapun mereka, saudara-saudara kami itu melewati hari-hari penuh duka. Kami mohon lindungilah mereka dengan kasih-sayangMu, ya Allah. Anugrahkan kesabaran dan kekuatan tak habis-habisnya untuk mereka, ya Allah.

Rabbana, kami titipkan anak-anak kami kepadaMu, ya Allah. Kami titipkan generasi muda kami kepadaMu, ya Allah. Tarbiyahlah mereka dengan kasih sayangMu. Tuntunlah mereka berjalan di atas jejak hamba-hambaMu yang shalih. Jagalah mereka dari semua bentuk kekufuran dan kenistaan. Ya Allah, ya Rabbana, perkenankan kami, hamba-hambaMu yang penuh kekurangan ini, kelak tetap dapat menikmati doa-doa indah dari anak-anak kami meski jasad ini telah terkubur dalam kelam dan gelapnya alam kubur.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

 رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أ نْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

   رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا

رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ  اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ  

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.