mim.or.id – Berdakwahlah pada setiap kesempatan bukan sekadar dakwah yang bersifat ‘momentum’ karena dakwah itu bukan musiman.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((ألا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟)) قَالُوا: بَلَى، يَا رسولَ اللهِ، قَالَ: ((إِسْبَاغُ الوُضُوءِ عَلَى المَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الخُطَا إِلَى المَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ فَذلِكُمُ الرِّبَاطُ)). رواه مسلم
“Sukakah engkau semua saya tunjukkan pada sesuatu amalan yang dengannya itu Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta mengangkat pula dengannya tadi sampai beberapa darajat?” Para sahabat menjawab:”Baik, ya Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Yaitu menyempurnakan wudhu’ sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran banyaknya, melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid serta menantikan shalat setelah selesai shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang dinamakan ribat (perjuangan)”. (Riwayat Muslim).
Berdakwah pada Setiap Kesempatan
Ini menunjukkan bahwasanya seorang da’i dalam dakwah jangan menunggu dipanggil dan diundang baru kemudian berdakwah karena Nabi menyampaikan hal ini kepada para sahabat.
Jadi jika kita melihat ada kesempatan untuk berdakwah, berdakwahlah sesuai dengan kemampuan kita, jadikan ini syiar pada diri-diri kita siapapun kita dan dimanapun kita, kita adalah da’i.
Baca Juga: Meningatkan Minat Baca, Pesantren Qur’an MA MIM Library Tour ke STIBA Makassar
Nabi berdakwah diatas kendaraan, Nabi Yusuf berdakwah didalam penjara, Nabi bahkan datang ke pasar berdakwah, mendakwahi mereka dengan banyak uslub dan cara.
Jika tidak bisa berbicara buat artikel atau beli buletin misalnya 10 ribu atau 20 ribu dipinggir jalan kemudian bagikan kepada orang lain, boleh jadi satu lembar buletin yang diberikan dengan penuh keikhlasan bisa mengubah arah kehidupan seseorang.
Kisah Pemuda Al Jazair yang tinggal di Inggris
Diceritakan oleh Syiakh Ustman Al Khamis Hafidzahullah salah seorang ulama di Kuwait beliau menceritakan salah seorang lelaki dari Al Jazair yang tinggal di ingris, dia tinggal lama di Inggris sehingga berubah dan dia sendiri yang mengatakan hampir semua dosa sudah ia kerjakan.
Suatu hari ada orang arab dari Saudi bertemu dengannya kemudian diberikan hadiah buku seperti buku hisnul muslim atau yang sejenisnya dzikir pagi dan petang, ia menerimanya begitu saja dan ia simpan disakunya ketika sampai dirumahnya ia lempar buku itu dibawah lemari.
Berjalan beberapa waktu, disuatu malam ia kembali kerumahnya, ia sendiri mengatakan:
”Saya pada waktu itu berada pada puncak dimana tak satupun dosa kecuali saya sudah mengerjakannya (Menunjukkan penyesalan atas dosa yang pernah ia kerjakan bahkan hampir putus asa_Penj)“.
Ketika ia hendak tidur dia tidak bisa tidur, dia kemudian membuka hanphone atau laptop untuk chatting, istilahnya anak muda lagi bete, ia tidak tenang atau lagi mud, ia membuka televisi juga tidak bisa tenang, akhirnya ia merenung, tiba-tiba ia ingat buku kecil yang ia lempar dibawah lemari.
Ia kemudian bangkit dari pembaringannya, awalnya dengan entengnya ia melempar buku dzikir dibawah lemari namun untuk mengambilnya ia mengeluarkan banyak tenaga menggeser lemari untuk mengambil buku tersebut.
Inilah awal ia mendapatkan hidayah, ketika ia membuka buku tersebut dan membacanya akhirnya dengan buku kecil itu ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’ala dan sekarang menjadi salah seorang da’i.
Baca Juga: Kondisi Para Penghuni Neraka Kelak
Cara berdakwahnya unik ketika masuk waktu sholat ia keluar ke jalan dan berkata kepada orang:”Dimana masjid”, orang kemudian bertanya:”Apa itu masjid”, ia menjelaskan:
”Masjid untuk ibadah kaum muslimin melaksanakan ibadah sholat, jika ia sholat ia mendapatkan pahala, akhirnya ia mendakwahi orang dan banyak masuk islam”.
Jadi berdakwah dimanapun dan kapanpun berada. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّـهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-nur: 22).