spot_img

Bukan Sunnah, Bertaubat Merupakan Pekerjaan ‘Wajib’ Setiap Hamba

mim.or.id – Ibadah bernama taubat ini adalah sebuah bukti tentang betapa Mahaluas dan Mahabesarnya kasih sayang dan rahmat Allah kepada kita. Mungkin, Dia bisa saja menghukum setiap hamba dengan dosa-dosa yang dilakukannya.

Bahkan, Alla bisa saja mengadzab kita sepedih-pedihnya atas durhaka dan maksiat kita seketika ini juga, tanpa kita mampu menolak dan menahan adzab Allah Ta’ala itu.

Tetapi, Allah tidak melakukan itu semua. Dengan keMahakasihsayang-Nya, Allah Ta’ala terus dan terus membukakan pintu taubatNya untuk kita bahkan terus-menerus memanggil kita agar datang bertaubat.

Baca Juga: Suasana Gelap di Alam Barzakh, 2 Pesan Penting agar Mendapatkan Cahaya-Nya

Padahal Dia sama sekali tidak butuh sedikit pun dengan kita dan taubat kita. Taubat kita tidak akan mengubah atau menambah ke-Mahakuasaan Allah yang memang sudah Mahakuasa!.

Lebih dari itu, Allah malah menyiapkan balasan terindah untuk kita yang datang mengetuk pintu taubat-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَة نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰت تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang tulus, niscaya Tuhanmu akan menghapuskan dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam Surga-surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai…” (Surah al-Tahrim: 8).

Dalam ayat ini memberikan pandangan bahwa bertaubat itu hukumnya wajib. Mengapa? Karena Allah Azza wa Jalla menyebutnya dalam bentuk kata kerja perintah yang hukum asalnya wajib ditunaikan. Karena itu, taubat menjadi sebuah kewajiban atas setiap insan, atas setiap pribadi dan individu.

Baca Juga: Menggapai Berkah di Bulan Sya’ban: Pembekalan Menyambut Ramadhan

Taubat bukan ibadah yang sunnah, yang dapat kita tinggalkan kapan kita mau. Karena itu pula, para ulama menyebut taubat sebagai “wazhifah al-‘umur”, atau pekerjaan seumur hidup dan setiap waktu.

Maka, taubat itu tidak boleh menunggu pensiun, atau menunggu kaya. Tidak! Karena pensiun belum tentu terjadi, kaya belum tentu terwujud, sebab mungkin saja kematian lebih dahulu tiba daripada masa pensiun atau masa kaya!.

Berkenaan dengan itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak pernah putus untuk bertaubat dan beristighfar, meskipun dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Allah Ta’ala, baik yang telah lalu maupun yang akan datang!.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.