spot_img

Cara Syaithan Menggelincirkan Manusia

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

 قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (QS. Al A’raf : 16-17).

Allah Subhanahu wata’ala memperingatkan kepada kita agar tidak mengikuti langkah -langkah syaithan, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ , إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 168-169).

Syaithan menggelincirkan anak cucu adam dengan melalui beberapa cara diantaranya adalah:
  1. Syirik kepada Allah Subhanahu wata’ala

Dengan jalan kesyirikan, karena syaithan tahu bahwasanya ketika anak cucu adam mempersekutukan Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada lagi harapan baginya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An Nisa’: 48).

Pelaku dosa besar dihari kiamat selama ia tidak mempersekutukan Allah Subhanahu wata’ala  maka dia berada dalam kehendak Allah Subhanahu wata’ala apakah ia dimasukkan ke surga secara langsung dengan luasnya rahmat Allah Subhanahu wata’ala ataukah dimasukkan ke neraka terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam surga (tidak kekal dalam neraka_penj),  akan tetapi pelaku kesyirikan dan kekufuran tidak akan diampuni Allah Subhanahu wata’ala (kekal dalam neraka_penj). Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”.(QS. Al Maidah : 72).

Oleh karenanya berhati – hatilah dari kesyirikan karena merupakan dosa yang sangat besar disisi Allah Subhanahu wata’ala dan syaithan akan berlepas diri kepadanya dalam surah Al Hashr Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaithan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam“.(QS. Al-Hasyr : 16).

Syaithan tidak langsung berkata kafirlah kepada Allah Subhanahu wata’ala akan tetapi ada proses yang harus dilalui setahap demi setahap dari godaan syaithan untuk terjerumus kepada kekufuran dan kesyirikan”.

  1. Bid’ah (Perkara baru dalam urusan agama)

Kaum muslimin menambah –nambah dalam urusan agama dengan  berkreasi dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sesuatu yang belum pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berkata Imam Malik Rahimahullah:

مَنْ أَحْدَثَ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ الْيَوْمَ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ سَلَفُهَا فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  خَانَ الرِّسَالَةَ لِأَنَّ اللهَ تَعَالىَ يَقُوْلُ ﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً﴾ (المائدة:3) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا لاَ يَكُوْنُ الْيَوْمَ دِيْنًا

Barangsiapa yang mengada-adakan perkara yang baru di umat ini yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu maka dia telah menuduh bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah Allah karena Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman :

 الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu”.(QS. Al Maidah :3).

Maka perkara apa saja yang pada hari itu (pada masa Rasulullah) bukan merupakan perkara agama maka pada hari ini juga bukan merupakan perkara agama”. (Al-Ihkam, karya Ibnu Hazm 6/255).

Ulama kita mengatakan:”Syaithan itu lebih senang kepada  ahli bid’ah dari pada pelaku dosa besar mengapa demikian karena pelaku dosa besar masih diharapkan taubatnya karena mereka sadar dan yakin bahwasanya apa yang mereka lakukan adalah perbuatan dosa namun hanya saja dikalahkan oleh hawa nafsunya adapun pelaku bid’ah mereka mengira bahwasanya apa yang mereka lakukan itu adalah ibadah sehingga sulit diharapkan taubatnya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22).

Oleh karenanya hendaklah kita mejauhi perbuatan bid’ah karena amalan yang dikerjakan tanpa tuntunan dan contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam maka amalannya akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim no. 1718).

  1. Dosa – dosa besar

Syaithan senantiasa menggelincirkan anak cucu adam dengan perbuatan – perbuatan keji yaitu dengan perbuatan dosa-dosa besar. Dosa besar tersebut dijadikan oleh syaithan terlihat indah dan nikmat pada pandangan manusia sehingga apabila manusia telah melakukan dosa besar tersebut maka akan merugikan bagi pelakunya disisi Allah Subhanahu wata’ala baik berupa siksa maupun laknat dari Allah Subhanahu wata’ala. Kata para ulama ciri dosa besar adalah:

  1. Ketika disebutkan laknat didalamnya oleh Allah Subhanahu wata’ala bagi yang mengerjakannya
  2. Ketika perbuatan tersebut diancam dengan api neraka
  3. Ketika didunia ada hukuman sesuai dengan syariat seperti berzina dengan Rajam, mencuri dengan  Qishas  dan yang semisalnya.
  1. Dosa – dosa kecil

Ketika seseorang belajar sunnah sehingga menjaga dirinya dari kesyirikan, kebid’ahan, kemudian menjaga dirinya dari maksiat dan dosa besar maka syaithan kemudian menggelincirkannya lewat dosa – dosa kecil. Dia meremehkan dosa kecil dengan mengatakan Allah Subhanahu wata’ala maha luas ampunan dan rahmatnya.

Seorang hamba apabila melakukan dosa maka dalam hatinya ada titik hitam. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. (QS. Al Muthoffifin: 14).

Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. (HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244).

Bilal bin Sa’ad Rahimahullah seorang tabi’in berkata:”Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya (Allah Subhanahu wata’ala) Yang kamu maksiati“.

5. Berlebih dalam perkara yang mubah

Segala yang sifatnya berlebih – lebihan tercela seperti, pemborosan dalam berpakaian, makanan, minuman, tidur dan seterusnya yang bisa menjadikan seseorang menghabiskan waktunya pada suatu yang tidak bermanfaat walaupun tidak ada dosa didalamnya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan”. (QS. Al Isra’ : 26-27).

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raf: 31).

Kata pemborosan dalam bahasa arab dikenal dengan Mubazzir dan juga Al israf dan keduanya dilarang oleh Allah Subhanahu wata’ala. Apa perbedaan yang paling mendasar diantara keduanya, kata para ulama kita yang dimaksud dengan Mubazzir adalah menghambur – hamburkan harta dalam perkara yang jelas – jelas diharamkan seperti membeli minuman keras atau obat – obat terlarang adapun Al Israf adalah membelanjakan harta pada sesuatu yang mubah yang secara asalnya tidak diharamkan akan tetapi berlebih – lebihan dan kedua hal ini diharamkan dan dilarang dalam agama kita.

Kita adalah hamba yang lemah yang terkadang kita digelincirkan oleh syaithan tapi jangan berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wata’ala karena yang berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wata’ala hanyalah Syaithan adapun kita jangan berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wata’ala sebesar apapun dosa yang kita kerjakan dimasa silam kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala tidak ada yang menghalangi kita untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’ala, buat syaithan menangis dengan istighfar dan taubat kita yang jujur kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Adapun cara melindungi diri kita dari godaan syaithan adalah:

  1. Perbanyak istighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang rasul yang telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang namun beliau setiap harinya bertaubat dan beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala sebanyak 70 atau 100 kali, sebagaimana diterangkan dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari).

Dalam hadist lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali”. (HR. Muslim).

Dalam sebuah riwayat disebutkan:“Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun pada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِى صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا

“Sungguh beruntung bagi orang yang mendapatkan dalam buku catatan amalnya, banyak istighfar”. (HR. Ibnu Majah).

2. Isti’aza (meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wata’ala)

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ

Dan katakanlah: “Wahai Rabb, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan godaan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Rabbi, dari kedatangan mereka kepadaku”. (QS. Mukminun:97-98).

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan,maka mohonlah perlindungan kepada Allah.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.(QS. Fushshilat:36).

Allah Subhanahu Wata’ala befirman yang artinya, “Jika kamu membaca Al Qur’an, maka hendaklah kamu minta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) itu hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”. (QS. An Nahl: 98-100).

Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam yang digoda dengan wanita cantik dan tidak ada yang melihatnya, padahal beliau adalah seorang pemuda, budak, tinggal dinegeri orang, dimana untuk melakukan kejahatan jauh lebih besar namun ketika digoda oleh wanita cantik beliau berkata:”ma’azallah (aku berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala).

Pada saat kita dalam keadaan sedang marah ucapkan ‘Audzubillahi minassyaithanirrajim’ karena hal itu datangnya dari syaithan, jadi biasakan diri kita untuk banyak beristiadza kepada Allah Subhanahu wata’ala karena syaithan selalu menggoda manusia dan kita tidak melihatnya oleh karenanya minta perlindungan dari yang menciptakan syaithan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

“Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan itu diciptakan dari api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang di antara kamu marah, hendaklah dia berwudhu”. (HR. Ahmad, 5/240 dan Ibnu Abi Syaibah, no. 25374).

Salah seorang salaf pernah bertanya kepada muridnya :”Bagaimana jika kalian ketika melewati sebuah lorong kemudian ada anjing yang mengganggu kalian”, kata murid tersebut:”saya akan menghalaunya, gurunya kemudian berkata lagi:”Bagaimana ketika ke’esokan harinya kalian masih lewat ditempat tersebut dan masih mengganggu kalian”, dia berkata:”Saya halau lagi ya syeikh”, Akhirnya gurunya mengatakan:”Ini pekerjaan yang menyusahkan, kalian datangi pemilik anjing tersebut dan sampaikan kepadanya tolong ikat anjing anda karena mengganggu kami”. Begitupula dengan syaithan yang tidak pernah berhenti menggelincirkan makanya minta perlindungan dari Allah Subhanahu wata’ala yang menciptakan syaithan.

3. Membaca ayat dan surah muawwizat

membaca  ayat kursi ketika hendak tidur dan membaca ayat muawwizat yaitu surah – surah pelindung  seperti surah Al Ikhlas, surah Al Falaq, surah An Naas kemudian membaca doa – doa terakhir dari surah Al Baqarah sebelum tidur.

4. Memperbanyak dzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala

Untuk membentengi diri dari syaithan adalah dengan banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala karena ketika kita berdzikir syaithan akan menghindar  dan ketika kita tidak berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala ia kembali menggelincirkan kita. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ

Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah Yang Maha penyayang, Kami jadikan baginya setan (yang menyesatkan). Maka, setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya para setan itu benar benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”. (QS. Az-Zukhruf:35-36).

Oleh karenanya perbanyaklah berdzikir mengingat Allah Subhanahu wata’ala dalam setiap keadaan dan kondisi kita agar kita senantiasa dilindungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dari syaithan karena sesungguhnya kita adalah hamba yang lemah yang senantiasa hanya berharap perlindungan dari Allah Subhanahu wata’ala dari apa yang kita tidak lihat dan tidak kita ketahui.

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu , 04 Jumadil Awal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi :
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE : mim.or.id

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.