mim.or.id – Setiap manusia tentu memiliki naluri untuk berkuasa (jabatan). Namun, perlu dicatat bahwa jabatan itu adalah Amanah buka kemuliaan.
Kalangan Para Salaf Zaman Duhulu Menghindari Al-Imarah (Jabatan)
Perbedaan orang-orang sholeh terdahulu dari kalangan As Salaf As Sholeh dengan dizaman sekarang, orang sholeh terdahulu menghindari yang disebut Al Imarah (Jabatan). Adapun Umar bin Abdul Azis diangkat menjadi khalifah dengan wasiat khalifah sebelumnya dan wasiat itu diberikan kepada salah seorang ulama yang bernama Raja’ bin Haiwah.
Ketika beliau khutbah diatas mimbar dan membuka wasiat tersebut dan disitu tertulis bahwasanya yang menjadi khalifah setelahnya adalah Umar bin Abdul Azis dan Umar bin Abdul Azis hadir diantara orang-orang yang sholat pada waktu itu.
Apakah beliau kegirangan atau bahagia ketika mendengar wasiat tersebut tidak sama sekali, jutru beliau berusaha menolak amanah itu untuk menjadi khalifah bahkan beliau berkata:
Ini adalah sesuatu yang diputuskan tanpa jalur syuro”, beliau mengembalikan kepada ahlinya untuk memusyawarahkan kembali akan tetapi mereka semua ridho dengan ke khalifahan Umar bin Abdul Azis Rahimahullah.
Baca Juga: Perhiasan Wanita Muslimah dan Hukumnya
Jadi mereka menganggap ini adalah merupakan taklif (Amanah) bukan tasrif (Kemuliaan), jadi amanah, jabatan, imarah, mansif itu adalah taklif (Amanah) bukan kemuliaan. Amanah yang akan dipertanggungjawabkan dihari kemudian nanti.
Sekaligus dia juga merupakan penyesalan karena tidaklah seseorang diberikan amanah untuk mengurus rakyat atau mengurus orang yang dipimpinnya kemudian dia berbuat curang dan tidak mengemban amanah itu dengan baik melainkan diharamkan untuknya mencium bausurga.
Ini adalah pertanggungjawaban berat dihari kemudian, tetapi kali ini ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mensifatkan bahwasanya lelaki tersebut dia cinta Allah dan Rasulnya dan ini adalah persaksian Nabi dan jika Nabi yang memberikan persaksian maka beliau tidak berkata dengan hawa nafsu dari sinilah mengapa Umar mengatakan:
“Saya tidak menginginkan keimarahan -kepemimpinan di medan perang melainkan pada hari itu belaka kemudian saya bersikap untuk menonjolkan diri pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan harapan agar saya dipanggil untuk memegang bendera itu”.
Namun ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan dalam riwayat yang lain pada saat itu Ali tidak hadir dan disampaikan kepada Nabi bahwasanya beliau sakit mata.
Nabi kemudian menyuruhnya untuk datang kemudian meludahi kedua matanya dan matanya sembuh dengan izin Allah Subhanahu wata’ala dan ini adalah keutamaan persaksian dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap sahabat yang mulia Ali ibn Abi Thalib Radhiyallahu anhu,.
Rasulullah pernah berpesan kepada Ali dalam sebuah hadist:
Baca Juga: Berdakwah pada Setiap Kesempatan Bukan ‘Momentum’
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah”. (HR. Muttafaqun Alaihi).
Ketika Rasulullah Memberikan Bendera Kepada Ali
Kemudian mengatakan:
“Berjalanlah dan jangan menoleh-noleh lagi sehingga Allah akan membebaskan benteng-benteng musuh atasmu”. Ali berjalan beberapa langkah kemudian berhenti dan tidak menoleh, kemudian berteriak:”Ya Rasulullah, atas dasar apakah saya akan memerangi para manusia?”.
Ali Ibn Abi Thalib kemudian berjalan namun tiba-tiba beliau berhenti tidak menengok karena Nabi menyuruh beliau berangkat dan melarang menengok ke belakang, tetapi masih ada yang beliau hendak tanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalla.
Beliau tidak ingin menyelisihi perintah Nabi, beliau kemudian bertanya tanpa melihat wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengangkat suaranya karena beliau tidak menghadapkan wajahnya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ini salah satu diantara tips terutama kepada mereka yang menuntut ilmu, jika mau berangkat menuntut ilmu apalagi ke luar negeri jangan menengok kebelakang apalagi bagi mereka yang sudah menikah, jangan naik ke mobil kemudian menengok ke belakang akan tetepi teruskan perjalanan atau jika perlu sampaikan kepada keluarga agar tidak diantar dibandara.