spot_img

Cukuplah Kematian Sebagai Nasehat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Semua kita tidak mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan akhir kehidupan kita didunia ini, Apakah akhir kehidupan kita diatas kebaikan atau diatas keburukan dan Allah Subhanahu wata’ala yang mengetahui bagaimana akhir kehidupan kita oleh karenanya jika kita tidak mengetahui bagaimana akhir kehidupan kita maka hendaklah kita banyak berdoa kepada sang pemilik hati dan jiwa dialah Allah Subhanahu wata’ala, Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha menyebutkan bahwasanya diantara doa yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab:

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Tidaklah hati hamba-hamba Allah Subhanahu wata’ala  dari anak cucu adam melainkan berada dijemari Allah Subhanahu wata’ala, jika Allah berkehendak maka hati itu akan dijadikan lurus berada dalam jalan keistiqamahan dan jika Allah berkehendak akan dipalingkan dari jalan Allah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau dituntun wahyu oleh Allah Subhanahu wata’ala dan yang senantiasa mendampingi beliau adalah Jibril ‘Alaihissalam, beliau telah diampunkan dosa – dosanya yang lalu dan yang akan datang namun beliau sangat khawatir beliau banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar diberi As Shabat (keteguhan dan keistiqamahan) agar diberi ketetapan hati diatas ketaatan, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar diberi keistiqomahan apatahlagi kita sebagai hamba yang memiliki hati yang sangat lemah dimana hawa nafsu begitu mudah menguasai diri kita, dimana Syaithan begitu mudah mempermainkan kita oleh karenanya kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk banyak membaca doa tersebut.

Salah seorang salaf Rahimahullah ketika bertanya kepada murid – muridnya :”Apa yang kalian lakukan ketika melewati sebuah tempat atau sebuah lorong lalu ada se’ekor anjing yang mengganggu kalian.?“, salah seorang diantara mereka menjawab:”Saya akan mengusirnya”, seorang guru kembali bertanya:”Bagaimana ketika ke’esokan harinya ia kembali mengganggumu.?”, muridnya kemudian berkata:”Saya akan mengusirnya”, bagaimana jika ia mengganggumu lagi, ia berkata:”Saya akan mengusirnya“, Gurunya kemudian berkata:”Wahai anakku ini adalah sesuatu yang bertele-tele, datangilah pemilik anjing itu sampaikan kepadanya tolong amankan anjing anda ia selalu menggangguku ketika lewat”.

Dan inilah yang mesti kita lakukan karena syaithan tidak pernah berhenti untuk menggelincirkan kita, oleh karenanya kita minta kepada Allah Subhanahu wata’ala agar dilindungi dari godaan – godaan syaithan sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wata’ala diatas jalan yang lurus.

Dalam hadist Qudsi Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءَ (وَفِيْ رِوَايَةٍ : مُسْلِمِيْنَ) فَاجْتَالَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ

Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus (dalam riwayat lain: dalam keadaan Muslim) kemudian mereka dipalingkan oleh setan“. Baik dari syaithan jin dan syaithan manusia dan mereka senantiasa bekerjasama untuk menggelincirkan dan menjauhkan manusia dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Akhir dari kehidupan kita adalah kematian dan setiap kita akan melewatinya, ketika Allah Subhanahu wata’ala mengutus malaikat maut untuk mendatangi Nabi Daud ‘Alaihissalam dalam bentuk rupa seorang manusia yang tiba – tiba berada dalam pekarangannya, Nabi Daud ‘Alaihissalam kemudian bertanya:”Siapa anda.?”, malaikat maut kemudian menjawab:”Saya adalah yang tidak bisa ditahan oleh siapapun, dan saya tidak takut kepada siapapun“, Nabi Daud ‘Alaihissalam berkata:”Jika demikian engkau adalah malaikat maut“. Setiap diantara kita akan menjumpai yang namanya kematian, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. (QS. Qaaf: 19). Pada saat kita sakit kita mencari dokter yang paling ahli dan tidak peduli berapun biayanya untuk senantiasa menjaga kesehatan agar sembuh dari penyakit yang kita derita, namun ketika nyawa telah berada dikerongkongan siapa yang akan menyembuhkan kita, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. (QS. Al Qiyamah: 26-30).

Sebagaimana kata Umar Abdul Azis Rahimahullah:”Tidaklah saya melihat sesuatu yang meyakinkan namun mirip sebuah keraguan dari kematian”. Kita semua yakin akan kematian dan kita semua adalah anak-anak orang – orang yang telah meninggal dunia namun seakan kita meragukan kematian tersebut, seakan kita merasa hidup di dunia ini selamanya, perbuatan kita seakan – akan kita tidak akan mati selalu memperturutkan hawa nafsu, melanggar batasan – batasan Allah Subhanahu wata’ala, oleh karenanya Allah Subhanahu wata’ala menegaskan kepada Nabinya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)“. (QS. Az Zumar : 30).

Jadi kematian adalah sesuatu yang pasti dan Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk banyak mengingat kematian. kematian mempersempit sesuatu yang luas dan memperlus sesuatu yang sempit tatkala kita diberikan kelapangan dan kesehatan oleh Allah Subhanahu wata’ala, Raski yang melimpah, keluarga, kemewahan, kendaraan, tempat tinggal namun ketika kita mengingat kematian maka semuanya akan menjadi sempit kita yakin bahwasanya kita akan meninggalkan hal tersebut, kemudian dengan mengingat kematian memperluas yang sempit, ketika kita berada dalam kesulitan dihimpit musibah atau ujian namun kapan kita mengingat kematian maka itu akan menentramkan hati – hati kita.

Ketika salah seorang sahabat bertanya keapda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:”Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?“, Beliau menjawab:”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka“. Mukmin manakah yang paling cerdas?”, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.(HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 1384).

Orang yang meninggalkan dunia terbagi menjadi 2 apakah dia meninggalkan dunia ini dalam kondisi dan keadaan husnul khatimah ataukah ia meninggalkan kehidupan ini dalam keadaan su’ul khatimah, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).

Al Hafidz Ibnu Katsiir Rahimahullah kemudian mengomentari ayat ini, beliau berkata:”Sungguh telah terjadi kebiasan Allah terhadap hamba-hambanya telah menjadi sunnatullah, barangsiapa yang hidup dengan sesuatu maka ia akan dimatikan dengan sesuatu tersebut, dan barangsiapa yang mati dengan sesuatu maka ia dibangkitkan dengan sesuatu itu pula“, maksudnya adalah barangsiapa yang selama hidupnya dia hidup dalam keta’atan maka akan ia akan dimatikan dalam keata’atan tersebut dan barangsiapa yang dimatikan dalam keadaan ta’at keapda Allah Subhanahu wata’ala maka nanti dihari kiamat ia akan dibangkitkan bersama dengan orang – orang yang ta’at kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Nabi Ibrahim dan Nabi Yaqub ‘Alaihissalam menasehatkan keturunannya agar mati dalam keadaan islam, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

 وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“. (QS. Al Baqarah :132).

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya“.(QS. Al Baqarah :133).

Mari kita banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar Allah menutup kehidupan kita dengan kebaikan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607). Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.

Wallahu A’lam Bish Showaab


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 8 Rajab 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.