spot_img

Detik Menjelang Kematian Rasulullah

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Ketika Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam sudah berat sakitnya, maka beliaupun diliputi oleh kedukaan karena menghadapi sakratul maut”, kemudian Fathimah Radhiallahu ‘anha berkata:”Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda.” Beliau Shallalahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda:”Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini“.  Selanjutnya setelah beliau Shallalahu ‘alaihi wasallam wafat, Fathimah berkata:“Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda surga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai ayahanda kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya“. Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah Radhiyallahu ‘anha berkata: “Hai Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam itu?“.
Syarah Hadist:

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu pembantu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, beliau menjadi pembantu ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, maka penduduk Madinah berlomba – lomba untuk datang memberi hadiah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Salah seorang wanita yang bernama Ummu Sulaim ia tidak memiliki apa –apa untuk dihadiahkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam namun ia memiliki seorang putera yang bernama Anas yang masih kecil pada waktu itu ia menggandeng anaknya yang bernama Anas bin Malik menuju kerumah Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam dan menyerahkan kepada beliau seraya berkata:

Ya Rasulullah ini pembantu kecil anda, Anas”,  beliau memberikan buah hatinya sehingga apa yang dilakukan oleh Ibu Anas bin Malik merupakan kegembiraan bagi Anas bin Malik didunia dan diakhirat, Anas bin Malik langsung didoakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk diberikan kebarkahan kepada hartanya, Rasulullah berdoa:

Ya Allah berkahilah hartanya, kemudian perbanyaklah keturunannya dan panjangkanlah umurnya”, Allah Subhanahu wata’ala mengijabah doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga dikota Madinah sahabat yang memiliki harta yang banyak yang dikenal adalah Anas bin Malik, bahkan disebutkan dalam sebuah riwayat para sahabat yang lain kurma mereka hanya berbuah sekali dalam setahun sedangkan kurma Anas bin Malik berbuah 2 kali dalam setahun, inilah keberkahan dari doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.

Ketika Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu keluar berjihad bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau diikuti oleh 100 penunggang kuda yang merupakan anak cucu beliau bahkan beliau sempat menguburkan ribuan cicitnya yang meninggal karena beliau termasuk sahabat yang dipanjangkan umurya oleh Allah lebih dari 100 tahun. Pada usia tua beliau tidak mampu lagi berpuasa dibulan ramadhan sehingga beliau membayar fidiyah dengan mengumpulkan fakir miskin  sebanyak 30 orang diakhir ramadhan lalu memberi makan kepada mereka. Inilah kemuliaan dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu yang menjadi pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah berat sakitnya, maka beliaupun diliputi oleh kedukaan karena menghadapi sakratul maut

Beliau Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam merasakan hal tersebut setelah turun surah An Nashr:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّـهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّـهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ﴿﴾٣

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat“. (QS. An Nashr: 1-3). 

Beliau sempat berkata kepada jibril:”Ya Jibril, seakan akan ayat ini menandakan semakin dekatnya ajalku”, Jibril berkata:”Ya Rasulullah akhirat lebih baik untukmu dari pada dunia“, dan ayat ini benar menandakan dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam karena ketika risalah telah disampaikan, tugas dan amanah telah dilaksanakan dengan sempurna dan manusia telah berbondong – bondong masuk ke dalam ajaran islam, maka Allah menyuruh Rasulullah untuk banyak bertasbih dan beristighfar serta memuji Allah Subhanahu wata’ala sebagai tanda bahwa beliau sebentar lagi dipanggil untuk menghadap kepada Allah Subhanahu wata’ala dan hal ini sesuai dengan keputusan Allah, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَ مَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ اْلخُلْدَ أَفَإِين مِّتَّ فَهُمُ اْلخَالِدُونَ

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?“. (QS Al-Anbiya’: 34).

Dalam ayat yang lain:

 كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ اْلمـَوْتِ

Setiap yang berjiwa akan merasakan mati“. (QS. Ali Imran: 185).

Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk bersiarah ke Baqi (Pekuburan para sahabat yang ada dikota madinah) beliau memintakan ampun untuk mereka dan pada waktu itu beliau didampingi oleh sahabat yang bernama Abu Muaihibah  dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kepada Abu Muaihibah bahwasanya aku (kata Rasulullah) diberikan pilihan antara kekal didunia dan diberikan perbenharaan bumi kemudian masuk ke dalam surga, Abu Muaihibah berkata:”Ya Rasulullah pililah untuk tinggal lama didunia kemudian anda memiliki perbendaharaan dunia selanjutnya anda dimasukkan ke dalam surga”, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Justru aku memilih wahai Muaihibah untuk kembali kepada tuhanku dan masuk ke dalam surga”, beliau kemudian mengingatkan fitnah diakhir zaman kepada Abu Muaihibah dalam hadist yang panjang.

Kembalilah Nabi  Shallallahu ‘alaihi wasallam kerumahnya dan beliau mendapati istrinya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha sementara memegang kepalanya dan berkata:”Kepalaku Ya Rasulullah sungguh aku merasakan sakit pada kepalaku ya Rasulullah”, Nabi kemudian berkata:”Justru aku juga merakan sakit pada kepalaku wahai ‘Aisyah”. Ketika suami tercinta (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) mengeluhkan sakit pada kepalanya, serta merta ‘Aisyah lupa sakitnya. ‘Aisyah kemudian merawat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Detik – Detik Menjelang Kematian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia pada hari senin tahun 11 hijriyah dibulan rabiul awal.  Dan beliau meninggal dirumahnya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki beberapa istri dan beliau adil dalam membagi mabit untuk bermalam dirumah istri – istri beliau namun diakhir – akhir hidupnya ketika beliau sakit keras dirumah istrinya bernama Maimunah Bintu Harist al Hilaliyah Radhiyallahu ‘anha beliau memanggil istri – istri beliau  yang lain kerumah Maimunah dan meminta izin untuk dirawat dirumahnya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha wanita yang paling beliau kasihi dan cintai. Beliau semakin merasakan sakit dirumah ‘Aisyah, sehingga beliau minta Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu untuk menjadi imam sholat melalui ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Aisyah kemudian mengatakan:”Sesunguhnya Abu Bakar itu Ya Rasulullah orang yang sangat lembut hatinya, dia tidak bisa manahan tangisnya ketika membaca Al-Qur’an”.

Perkataan ‘Aisyah ini bukan untuk membantah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi beliau sangat ingin agar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sehat dan kembali memimpin sholat, karena jika beliau diganti menjadi imam maka menandakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kondisinya semakin parah dan letih.

Pada hari senin sholat subuh rumah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha sangat dekat dengan mihrab bahkan antara hujrahnya ‘Aisyah dan mimbarnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ada yang disebut dengan raudah yang merupakan taman dari taman- taman surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membuka sitar (kain), para sahabat melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam seakan-akan kembali sehat, mereka kemudian berbahagia padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya ingin  bersyukur melihat sahabatnya berbaris dalam shaff melaksanakan sholat dan bertakarrub kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Fathimah Radhiallahu ‘anha berkata:”Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda.” Rasulullah lalu bersabda:”Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam merasakan kepayahan dan keletihan dikatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:”Anda juga merasakan payah dan letih Ya Rasulullah“, beliau menyampaikan bahwasanya ia merasakan keletihan 2 kali lipat dari seorang lelaki sebagai bentuk ujian untuk mengangkat derajat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam disisi Allah Subhanahu wata’ala. Jadi, ketika Allah menguji seorang hamba hal itu bukan pertanda bahwa Allah benci kepadanya apalagi ketika ia adalah orang yang beriman dan beramal sholeh, boleh jadi ia diuji untuk mengangkat derajatnya disisi Allah Subhanahu wata’ala. Dalam hadist disebutkan Dari Mush’ab bin Sa’id seorang tabi’in dari ayahnya, ia berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

 الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa”. (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Fatimah adalah putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling beliau cintai, ketika Rasulullah datang kerumah Fathimah, Fathimah menyambut Rasulullah dengan mencium keningnya dan mendudukkan beliau ditempat duduk yang telah disiapkan, begitu pula sebaliknya ketika Fathimah berkunjung kerumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau berdiri menyambutnya dan mencium keningnya dan mendudukkannya ditempat yang telah disiapkan. Fathimah adalah puteri yang paling mirip dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diakhir – akhir hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau sangat kasihan melihat kondisi dan keadaan ayahnya, disebutkan dalam sebagian riwayat bahwasanya Fathimah dipanggil oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau dibisikkan sesuatu sehingga menangis dan setelah itu beliau kembali dibisiki oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau tersenyum, ketika ditanya mengapa engkau  menangis dan tersenyum ketika dibisik oleh Rasulullah, beliau berkata:”Ketika Nabi membisikkan kepadaku bahwa sakit ini akan membuat aku meninggal aku kemudian menangis dan bersedih namun ketika Rasulullah membisikkan kepadaku bahwa akulah dari kalangan keluarganya atau anaknya yang pertama menyusul setelah beliau meninggal maka aku pun tertawa dan tersenyum”, Fathimah meninggal 6 bulan setelah meninggalnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Fathimah sangat kasihan melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata:”Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda”, hal ini tidak menunjukkan bahwasanya beliau meratap atau beliau menolak takdir Allah Subhanahu wata’ala namun sebagai bentuk pengabaran dengan apa yang beliau saksikan, dan dari sini ulama kita mengatakan:”Tidak mengapa seseorang disebutkan kondisi dan keadaannya”, misalkan ia berkata:”Saya merasakan sakit di kepalaku atau ia mengatakan aku bangrut dalam usahaku“, jika ia mengucapkan itu hanya sebagai bentuk pengabaran bukan sebagai bentuk menolak takdir Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada dosa didalamnya dan menjadi dosa apabila ia mengucapkannya dalam bentuk keluhan, ketidak senangan, kemurkaan dengan takdir Allah Subhanahu wata’ala, dan hal itu ditandai dengan mengangkat suara atau berteriak, menangis, meraung – raung, menampar – nampar pipi, membanting meja, merobek baju, sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ, وَدَعَى بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang memukuli pipi, merobek-robek pakaian, dan berteriak dengan teriakan Jahiliyah (ketika ditimpa musibah)”. (Hadits shahih. Riwayat Bukhari dalam Fat-hul Baari (III/127-128 no.1294), Muslim (I/70 no. 103), Tirmidzi (no. 1004), An-Nasa’i (IV/19), Ibnul Jarud (hal. 257), dan Al-Baihaqi (IV/63-64) dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Bersambung (Detik Menjelang Kematian Rasulullah Sesi 2)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis 21 Muharram 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

 

 

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.