mim.or.id, Makassar – Dalam suatu hadits qudsi Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya.” (HR. Al-Bukhari).
Makna hadist tersebut menunjukkan bahwa ada dua kegembiraan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang melaksanakan puasa pada bulan suci Ramadhan.
Pertama, kegembiraan yang didapat di dunia yaitu saat berbuka. Kegembiraan ini karena nikmat Allâh subhanahu wa ta’ala yang diberikan kepadanya sehingga bisa menyempurnakan ibadah puasanya.
Orang-orang yang berpuasa akan merasakan bahagia saat ia menyelesaikan ibadah puasa karena ia dapat melakukan kembali perkara-perkara yang dilarang saat ia berpuasa.
Kedua, kegembiraan yang didapatkan di akhirat saat bertemu dengan Rabb-nya karena mendapat kemuliaan-Nya dan keridhaan-Nya. Kegembiraan yang kedua ini merupakan puncak dan kebahagiaan tertinggi yang akan didapat manusia.
Oleh karena itu, agar kebahagiaan itu kian sempurna bagi kita, maka kita harus menyempurnakan puasa kita dan melakukan ibadah puasa semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala.