spot_img

Fawaid Kisah Nabi Adam ‘Alaihissalam (Bag. 2)

mim.or.id – Fawaid Kisah Nabi Adam ‘Alaihissalam (Bag. 2)
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly

Kedua: Siapa pun yang diberi ilmu oleh Allah harus mengakui nikmat Allah tersebut. Ia harus berkata sebagaimana yang dikatakan oleh para malaikat dan para rasul,

سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ

“Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.” (QS. Al-Baqarah: 32).

Ia juga harus berhati-hati dari berbicara tentang sesuatu yang tidak diketahuinya. Sebab ilmu adalah salah satu nikmat terbesar, dan syukur atas nikmat ini adalah dengan mengakui bahwa itu berasal dari Allah, memuji-Nya atas ajaran tersebut, mengajarkan ilmu kepada orang yang belum tahu, serta berhenti pada batas apa yang diketahuinya dan diam pada apa yang tidak diketahuinya.

Ketiga: Allah menjadikan kisah ini sebagai peringatan bagi kita. Bahwa sifat iri, sombong, dan rakus adalah di antara akhlak yang paling berbahaya bagi seorang hamba. Kesombongan dan iri hati Iblis terhadap Adam menjadikannya terjerumus dalam kebinasaan yang kita ketahui, sedangkan keinginan kuat Adam dan istrinya menyebabkan mereka memakan pohon terlarang. Jika bukan karena rahmat Allah yang segera datang kepada mereka, hal itu akan membawa mereka kepada kebinasaan. Namun, rahmat Allah menyempurnakan yang kurang, menyembuhkan yang terluka, menyelamatkan yang hampir binasa, dan mengangkat yang terjatuh.

Keempat: Seorang hamba, jika jatuh dalam dosa, harus segera bertaubat dan mengakui kesalahan, serta mengucapkan sebagaimana yang diucapkan oleh kedua orang tua kita (Adam dan Hawa) dengan hati yang ikhlas dan taubat yang sungguh-sungguh.

Allah menceritakan kepada kita tentang cara mereka bertaubat agar kita bisa meneladani mereka, sehingga kita dapat meraih kebahagiaan dan selamat dari kebinasaan.

Allah juga memberitahukan kepada kita tentang ucapan setan yang berjanji untuk menyesatkan kita dan niatnya yang kuat untuk menggoda kita dengan segala cara. Hal ini agar kita siap menghadapi musuh ini yang dengan terang-terangan menampakkan permusuhannya. Allah mencintai kita jika kita melawan setan dengan sekuat tenaga, menghindari jalannya, menjauh dari langkah-langkahnya, dan melakukan sebab-sebab yang dapat menjaga kita dari terperangkap oleh jebakannya.

Salah satu cara menjaga diri dari setan adalah dengan menggunakan benteng berupa doa yang benar, dzikir hati, dan perlindungan dari berbagai gangguan setan. Senjata yang ampuh untuk melawannya adalah iman yang tulus, kekuatan tawakal kepada Allah, serta memperbanyak amal kebaikan yang bisa mengalahkan setan.

Selain itu, kita harus melawan bisikan setan dan pikiran buruk yang ditanamkannya di hati dengan ilmu yang bermanfaat dan kebenaran yang nyata.

Bag. 1
Bag. 3

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.