spot_img

Fenomena ‘Penipu atas Nama Agama’ kembali Mencuat, Apa Solusi untuk Menangkalnya?

mim.or.id – Akhir-akhir ini kita kembali disuguhkan fenomena munculnya “para penipu atas nama agama” yang akan membuat kita menangis dan tertawa pada saat sama.

Menangis karena prihatin ada manusia yang berani berdusta dalam kedok Islam, tertawa karena melihat betapa jelas dan terangnya kebodohan yang dibalut dengan kebohongan atas nama agama itu.

Tertawa karena heran kenapa ada saja orang yang percaya dengan ocehan-ocehan para penipu atas nama agama itu. Salah satunya adalah fenomena “Mama Ghufran” yang belakangan menghebohkan umat Islam di Tanah Air.

Dirinya mengaku bisa berbicara dengan yang sudah mati. Mengaku bisa berbicara dengan semut, dengan para Malaikat dan kebohongan-kebohongan lainnya. Padahal asal-usul keilmuannya tidak jelas, argumentasinya tidak ada dan ebohongannya tampak nyata.

Baca Juga: Darurat Judi Online, 3 Obsesi Syetan yang Menjerumuskan Manusia

Tapi kita sungguh prihatin, mengapa masih ada pihak yang memfasilitasi dan memberi ruang, bahkan mungkin percaya terhadap manusia-manusia semacam ini? Wallahul Musta’an. Di sinilah, kita teringat pesan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ.

“Akan datang pada manusia tahun-tahun yang menipu. Di dalamnya, pembohong dipercayai, namun manusia jujur justru didustakan. Pengkhianat diberi amanah, sementara orang yang amanah justru dianggap pengkhianat. Dan manusia Ruwaibidhah akan berbicara.”  (Para sahabat) bertanya: “Apa itu Ruwaibidhah?” Beliau menjawab: “(Ruwaibidhah) itu adalah manusia tak bernilai yang berbicara tentang urusan orang banyak.” (HR. Ibnu Majah)

Pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini mengajarkan kepada kita, bahwa fenomena para penipu di akhir zaman ini akan menjadi fenomena yang jamak atau sering terjadi. Tidak hanya satu atau dua kali, tapi berkali-kali.

Lalu apa solusi dan jalan keluarnya, agar kita tidak terombang-ambing dari satu penipu ke penipu agama yang lain? Solusinya adalah ilmu.

Ilmu syar’i yang benar, yang dapat dipertanggungjawabkan sumbernya: apa kata lLlah, apa kata Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ilmu yang menunjukkan kepada kita apa panduan Allah dan Rasul-Nya dalam menjalani hidup, dalam menyikapi setiap persoalan yang terjadi dengan cara yang diridhai Allah Azza wa Jalla.

Baca Juga: Khutbah Jum’at: Judi Hanya Membawa Bencana (Edisi 018, Jum’at 21 Zulhijjah 1445 H)

Setiap kita harus bersungguh-sungguh belajar dan menuntut ilmu Syar’i dengan cara yang benar, karena hanya ilmu yang benar yang akan memberikan pegangan dan pijakan yang kuat dalam menghadapi badai penipuan-penipuan atas nama agama di akhir zaman ini.

Karena itu, dalam semua ketidaktahuan kita bersikap, kita diperintahkan untuk merujuk kepada para ulama sejati, para ulama rabbani yang selalu mengajak umat untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (43)(النحل).

“Maka bertanyalah kalian kepada para ahli ilmu (ulama) jika kalian tidak mengetahuinya.” (Surah al-Nahl: 43).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.