spot_img

Gengsi dan Malu Merupakan Penyakit yang Mendera Manusia (Imam Bukhari)

mim.or.id – Imam Bukhari menunjuk betapa cela dan aibnya satu dari penyakit yang mendera manusia hari ini. Penyakit itu adalah gengsi dan malu. Beliau rahimahullah mengatakan,

”Sungguh yang membuat aib, kondisi dimana seseorang dicela dari suatu sikap dan sifatnya adalah kondisi dimana dia ridha dengan kebodohannya. Dia merasa begitu tenang dengan ketidaktahuannya pada unsur-unsur sederhana dari pelaksanaan agama ini.”

Tidak gelisah dia terhadap kebodohannya tentang hal-hal yang sangat bersahaja dari urusan-urusan yang menyoal agamanya. Padahal ia membutuhkan hal itu untuk selamat. Dia cenderung untuk tidak mempelajarinya. Dia juga enggan untuk bertanya kepada orang yang tau tentang hal itu.

Ada dua hal yang kadang menjadi penghalang bagi manusia dalam kaitannya dengan ini:

Pertama adalah sifat malu. Dia malu dianggap tidak tahu dan masih bodoh padahal sudah menjadi pemimpin. Dia malu dianggap mengemis ilmu padahal dia dengan pangkat dan gelarnya dianggap sudah memenuhi semua target-target ilmu yang diharapkan.

Akhirnya bertanya tentang agamanya ia tinggalkan dan dia berdiri disana dalam kesendiriannya, ridho dengan kebodohan dan ketidaktahuannya. Padahal seperti diketahui, menuntut ilmu, teurutama ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

Sebagaimana dikatakan dalam hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah).

Kedua, dia takut untuk salah karena menurutnya jika salah maka itu bukan sifat dari seorang pemimpin. Jika ia salah dan harus dibenarkan dalam fase-fase dia sedang belajar Ilmu, dai mengatakan bahwa kesalahan itu harusnya tidak layak dan tidak untuk dirinya.

Oleh karenanya, jika tidak ingin terkena dua penyakit ini maksimalkan untuk menuntut ilmu dimasa muda. Begitu mudah untuk datang dan bersila di majelis-majelis ilmu atau membuka media-media sosial, untuk menemukan anugerah-anugerah orang-orang yang berbagi ilmu pengetahuan disana.

Suatu hari, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ketika ditanya tentang bagaimana ia mendapatkan pencapaian yang segemilang ini dari ilmu?

Satu dari jawaban yang ia utarakan adalah “dengan lisan dan lidah yang aku selalu aku tajamkan agar ia bertanya, agar ia begitu sangat disiplin untuk tidak menyisahkan apa yang melintas dan melewati benak kecuali ia tanyakan ketika dia tidak tau”.

Lebih terkhusus, untuk hal-hal yang penting dianjurkan untuk bertanya. Dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai berikut:

   فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون 

 Artinya, “Bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan bila kalian tidak mengetahui,” (Surat Al-Nahl ayat 43).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.