spot_img

Ikhlas (Silsilah Amalan Hati) Sesi 4

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan“. (QS. Al-Furqan : 23).

Umar Radhiyallahu ‘anhu pernah melihat salah seorang rahib (ahli ibadah nasrani) berada di gereja mengkhususkan diri untuk beribadah dan tidak menikah, Umar kemudian menangis melihat kondisi dan keadaan mereka, ketika ditanya apa yang membuat anda menangis, beliau menjawab:”Saya mengingat firman Allah Subhanahu wata’ala:

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ  تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً

(karena) bekerja keras lagi kepayahan, mereka memasuki api yang sangat panas (neraka)“. (QS. Al-Ghasyiah : 3-4).

Kehidupan para biarawan dan biarawati bukan hanya tidak menikah akan tetapi juga menghindari makanan – makanan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada tuhan mereka.

Jadi, amalan yang dikerjakan oleh orang – orang kafir justru memasukkan mereka ke dalam neraka, karena niat mereka dalam beribadah bukan karena Allah Subhanahu wata’ala.

Allah mencela amalan yang tidak ikhlas

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan“. (QS. Hud : 15-16).

Hanya mengejar dunia dan ridho terhadap apa yang ia kejar didunia, ketika marah ia marah karena dunia, memberi karena dunia, menolak karena dunia, tertawa dan menangis karena dunia, semua aktivitas yang ia kerjakan semuanya karena dunia.

Orang kafir yang memiliki banyak kebaikan namun tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat maka semua kebaikan yang ia kerjakan hanyalah sia – sia, adapun balasan mereka didunia berupa ketenaran, dipuji, dikenal dalam sejarah. Adapun diakhirat kelak menjadi sia – sia karena ia mengerjakan bukan karena Allah Subhanahu wata’ala

Dalam Surah Al Isra Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir“. (QS. Al Isra : 18).

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ

Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia“. (QS. Qiyamah : 20).

Al ‘ajilah :”Yang dipercepat atau terburu –buru”.

Dalam sebuah kaidah disebutkan:”Siapa yang tergesa – gesa terhadap sesuatu sebelum waktunya maka ia akan dibalas dengan tidak mendapatkan apa yang ia kejar”.

Ayat yang telah kita sebutkan diatas berlaku bagi orang – orang kafir dan juga bagi orang – orang yang mengerjakan kebaikan namun bukan karena Allah Subhanahu wata’ala. adapun orang yang beriman dibalas sesuai dengan kadar keikhlasannya dalam mengerjakan amalan sholeh.

Balasan bagi orang – orang yang berusaha ikhlas

  1. Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas akan diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala

Dari Abu Umammah AL-Bahili Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, seseorang telah menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya:“Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala?”, Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:” Ia tidak mendapatkan apa-apa”. Orang tadi mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali, dan Shallallahu ‘alaihi wasallam pun tetap menjawab:” Ia tidak akan mendapatkan apa-apa”. Lalu beliau bersabda:“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karenaNya dan mengharap wajahNya”. (HR. Abu Dawud dan Nasai)

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (QS. Al-Mulk : 2)

أَحْسَنُ عَمَلًا  maksudnya adalah:”Yang paling ikhlas dan paling benar”. Ukuran kebenaran Sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam suatu daerah terkadang memiliki adat istiadat turun-termurun sehingga ukuran kebenaran bagi mereka adalah nenek moyang yang telah dahulu melakukan suatu amalan dan perbuatan, ketika amalan yang ia kerjakan kita ingkari ia kemudian marah perbuatan mereka disebutkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam firmannya:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (QS. Al-Maidah : 104).

Dalam menyampaikan dakwah tidak semua adat istiadat dirubah jika sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah, dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273).

Yang dimaksud dengan menyempurnakan akhlak yang mulia adalah adat dan kebiasaan yang sudah ada sebelumnya yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah tidak diubah, adapun yang diubah adalah yang bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wata’ala.

  1. Amalan yang ikhlas seseorang akan mendapakatkan pahala darinya

Dalam hadist, dari sahabat Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu(HR. Bukhari).

Dalam surah Al-Insan Allah berfirman:

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih“. (QS. Al-Insan : 9).

Diantara bagian kesempurnaan ikhlas adalah ketika memberi sesuatu kepada orang lain kemudian tidak mengharapkan jasa dan balasan bahkan ucapan terima kasih dari orang yang diberi, akan tetapi ia memberi murni karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wata’ala. 

  1. Dengan ikhlas amalan yang sederhana bisa menjadi besar pahalanya disisi Allah Subhanahu wata’ala

Abdullah ibnu Mubarak Rahimahullah berkata:“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat”. (Al Ikhlas wan Niyyah).

Diantara amalan yang ringan dan dianggap remeh adalah senyum, menghindarkan duri atau gangguan dijalan, memberi minum kepada orang lain sebagaimana seorang pezina dimasukkan ke dalam surga karena memberi minum kepada seekor anjing yang haus,  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Setiap perbuatan ma’ruf (kebaikan) adalah sedekah dan di antara perbuatan ma’ruf adalah engkau menemui saudaramu sekedardengan wajah berseri-seri dan engkau menuangkan (air) dari timbamu ke dalam bejana saudaramu”. (HR. Tirmidzi).  Mengangkat barang diatas kendaraan saudara kita adalah sedekah, begitupula dengan para tukang parkir yang menjaga kendaraan orang yang mengerjakan amal ibadah dimasjid, semua yang disebutkan merupakan amalan yang sederhana akan tetapi jika niatnya tulus dan ikhlas karena Allah maka ia akan mendapatkan pahala yang dilipatgandakan disisi Allah Subhanahu wata’ala, Rasulullah bersabda:

لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ، فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ، كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ

Sungguh aku melihat ada seseorang sedang bersenang-senang dan berlezat-lezat di dalam surga disebabkan ada sebatang pohon yang ia potong (ia singkirkan) dari jalan, yang mana pohon tersebut mengganggu orang-orang (yang lewat jalan tersebut)”. (HR. Muslim no. 1914)

Dalam riwayat lain:

مرَّ رجُلٌ بِغُصْنِ شَجرةٍ عَلَى ظَهْرِ طرِيقٍ فَقَالَ: واللَّهِ لأُنَحِّينَّ هَذَا عنِ الْمسلِمِينَ لا يُؤْذِيهُمْ، فأُدْخِلَ الْجَنَّةَ”

Ada seseorang yang mendapati dahan sebuah pohon di jalan, kemudian ia mengatakan: Demi Allah, aku akan menyingkirkan dahan tersebut dari kaum muslimin agar tidak mengganggu mereka. Maka orang tersebut dimasukkan ke dalam surga”.

Boleh jadi ada amalan yang besar seperti umrah, haji yang membutuhkan biaya yang cukup besar, namun jika niatnya hanya untuk mendapatkan tempat khusus dalam setiap pesta pernikahan maka akan menjadi sia – sia amalan umrah dan haji yang ia kerjakan.

Sebagian wanita ketika pergi haji dan umrah menggunakan pakaian syar’i setelah dari haji kembali menggunakan pakaian yang tidak syar’i, padahal semestinya seseorang yang telah mengerjakan ibadah umrah dan haji justru lebih syar’i pakaiannya dan lebih bagus ibadahnya kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Oleh karena itu senantiasalah berusaha ikhlas mengerjakan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala karena banyak amalan yang besar menjadi kecil, bahkan menjadi boomerang bagi seseorang ketika niatnya bukan karena Allah Subhanahu wata’ala.

Bersambung (Ikhlas (Silsilah Amalan Hati) sesi 5)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 21 Jumadil Awal 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.