spot_img

Ikhlas (Silsilah Amalan Hati) Sesi 7

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

7. Dengan keikhlasan seseorang akan senantiasa dilindungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dari syaithan

Syaithan telah mengikrarkan permusuhannya kepada anak cucu adam bahwasanya ia akan menyesatkan mereka dari arah depan, belakang, samping kanan, samping kiri dan dimana pun mereka berada, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab:”Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)“. (QS. Al-A’raf : 16-17).

Dalam ayat yang lain:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka“. (QS. Sad : 82-83).

Diakhir sumpahnya Iblis mengecualikan orang – orang yang mukhlis. Oleh karenanya ini menjadi dalil bahwasanya Iblis tidak mampu menggelincirkan orang-orang yang ikhlas.

Salah seorang salaf pernah berkata kepada dirinya sendiri:”Wahai jiwaku ikhlaslah, engkau akan berlepas dari gangguan syaithan”, jadi, selama hati senantiasa bergantung kepada Allah Subhanahu wata’ala dan ikhlas karena Allah maka syaithan tidak mampu untuk menggelincirkan kita, sebagaimana perkataan Iblis dalam firman Allah yang telah kita jelaskan diatas. Keikhlasan juga akan menyelamatkan kita dari fitnah terutama fitnah yang terjadi dzaman sekarang dimana banyak kemungkaran terjadi, keterbukaan informasi yang sulit dibendung dari berbagai media sosial, kekejian begitu mudah dan cepatnya tersebar fitnah dari berbagai arah.

Adapun zaman dahulu kemungkaran dicari dan dibayar, kekejian dan keburukan kurang atau bahkan jarang terjadi, informasi susah untuk didapatkan karena belum ada media sosial. Oleh karena itu untuk membentengi diri dari semua fitnah maka senantiasalah ikhlas dan bergantung kepada Allah Subhanahu wata’ala. 

Fitnah yang paling besar bagi seorang pria adalah fitnah wanita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita”. (HR. Bukhari: 5096 dan  Muslim: 2740).

Nabi Yusuf ‘Alaihissalam pernah difitnah dengan wanita yang cantik didalam rumah yang tertutup kemudian tidak ada orang didalam kamar tersebut kecuali Yusuf dan seorang ratu yang cantik dan jelita. Nabi Yusuf dalam posisi digoda, Yusuf seorang pemuda,Yusuf status seorang budak dan seorang budak harus nurut kepada majikannya (hukuman orang budak separuh dari hukuman orang yang merdeka), Yusuf jauh dari kampung halamannya dan orang yang jauh dari kampungnya sangat berpeluang untuk melakukan perbuatan maksiat dikampung orang lain, inilah diantara sebab – sebab seseorang mudah untuk melakukan maksiat, Imam Ibnul Qayyim berkata:”Inilah sebab – sebab seseorang terjatuh dalam perbuatan kekejian jika terpenuhi”. Namun Allah Subhanahu wata’ala menolong Nabi Yusuf ‘Alaihisssalam dari godaan wanita cantik tersebut, Allah berfirman:

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang mukhlis (hatinya ia serahkan kepada Allah Subhanahu wata’ala)”. (QS. Yusuf: 24).

Sebagian ulama berkata:”Jiwanya yang mencegah Nabi Yusuf dari perbuatan tersebut”, sebagian berkata:”Nabi Yusuf seakan melihat wajah orang tuanya Yaqub”, diantara salah satu cara untuk meninggalkan maksiat adalah engkau malu kepada orang yang sholeh seakan-akan engkau melihat orang yang sholeh dari kaummu.

Terkadang ketika seseorang hendak melakukan maksiat ia kemudian teringat kepada bapak dan ibunya sehingga ia berkata:”Saya tidak mau mempermalukan mereka, sebab apa yang akan saya katakan kepada mereka saya jika saya melakukan perbuatan ini”.

Oleh karenanya wanita yang buruk adalah wanita yang senantiasa membuka pintu – pintu fitnah untuk kaum lelaki apalagi dizaman media sosial sekarang ini begitu mudahnya seorang wanita menggoda kaum lelaki dan mengajaknya kepada hubungan yang tidak syar’i dimana berawal dari sapaan, senyuman, janjian, pertemuan dan seterusnya hingga terjatuh dalam perbuatan mungkar, semoga Allah menjaga kita dan keturunan kita dari fitnah tersebut.

Adapun wanita sholehah menjadi perhiasan dunia yang paling indah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim dari Abdullah ibnu Umar). Jadi keikhlasan adalah keselamatan dari fitnah dan  kemungkaran.

8. Keikhlasan menghilangkan kegalauan dan memperbanyak rezeki

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu , ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina“. (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibban).

Tertawa karena dunia, memberi karena dunia, menerima karena dunia, ridho karena dunia, marah karena dunia semua urusannya adalah dunia, orang yang seperti ini Allah akan terus menghantuinya dengan kefakiran didepan matanya. Orang yang mengejar dunia akan terlihat sebagai orang yang miskin terus-menerus sebagaimana orang yang korupsi yang gajinya tinggi, usahanya dimana – mana namun tidak cukup baginya disebabkan karena kefakiran menghantuinya. Maka untuk menjadi kaya yang sebenarnya adalah ikhlas karena Allah Subhanahu wata’ala.

Dalam hadist yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ عَبَّاسِ بْنِ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِى خُطْبَتِهِ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ  لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Dari Ibnu ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Ibnu Az Zubair berkata di Makkah di atas mimbar saat khutbah: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Menerima taubat siapa saja yang mau bertaubat”. (HR. Bukhari no. 6438).

Ada diantara manusia yang lebih serakah kepada jabatan dari pada harta sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dengan:”Mabuk Jabatan dan kepemimpinan”, Orang yang mabuk karena minuman keras maka ia sadar jika ia mabuk karena minuman keras dan orang yang melihatnya pun tahu bahwasanya dia mabuk karena minuman keras adapun orang yang mabuk dengan jabatan dan kekuasaan maka ia tidak akan peduli lagi apa yang ia kerjakan, ia menghalalkan segala macam cara untuk meraih obsesinya terhadap dunia, kecuali yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah sekawanan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan“. (HR. At-Tirmidzi (no. 2482)).

Seseorang yang ditakdirkan oleh Allah untuk menerima jabatan  jika dia khidmatkan untuk kaum muslim maka berjuanglah bersamanya karena orang yang ikhlas dalam menerima amanah dan jabatan dihari kemudian nanti dia akan mendapatkan naungan langsung dari Allah Subhanahu wata’ala yang digolongkan pemimpin yang adil pada hari kiamat, namun perlu diketahui bahwa jabatan dan pangkat sesungguhnya adalah penyesalan pada hari kemudian, suatu ketika Abu Dzar Al Gifari Radhiyallahu ‘anhu datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam meminta untuk menjadi gubernur disuatu tempat, Rasulullah berkata:”Saya melihat engkau lemah Wahai Abu Dzar”. Oleh karenanya seorang pemimpin haruslah kuat dalam membela kebenaran dan kuat dalam memimpin masyarakatnya.

 

Bersambung (Ikhlas (Silsilah Amalan Hati) sesi 8)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 28 Jumadil Awal 1439 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.