spot_img

Istighfar Solusi Segala Kesulitan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Diantara amalan yang banyak dilakukan oleh Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam yaitu beristighfar memohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala, terkadang dalam suatu majelis beliau beristighfar sampai 70 kali, dalam riwayat yang lain disebutkan sampai 100 kali, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang Nabi yang ma’sum, yang telah dijaga oleh Allah dan telah mendapatkan jaminan ampunan dari Allah, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat dan kepada para ummatnya untuk banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Allah memerintahkan beliau untuk beristighfar dan memohonkan ampun untuk ummat beliau, baik mukmin laki – laki maupun mukmin perempuan dan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah merupakan contoh bagi kita, kalau saja Rasulullah ma’sum dan banyak mengucapkan istighfar apatahlagi kita yang belum ada jaminan ampunan dari Allah Subhanahu wata’ala.

  1. Istighfar Para Nabi 

Banyak beristighfar adalah merupakan amalan yang banyak dilakukan oleh Nabi – Nabi terdahulu sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan ketika Nabi Adam ‘Alaihisalam melanggar janji Allah Subhanahu wata’ala kemudian ia lupa dengan janji yang ia telah Allah ambil darinya.

Lalu Allah Subhanahu wata’ala mengeluarkan beliau bersama istrinya hawa dan diturunkan ke dunia, diantara yang dilakukan beliau ketika diturunkan kedunia beliau banyak beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala, istighfar beliau diabadikan oleh Allah Subhanahu wata’ala didalam Al-Qur’an:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al-Araf :23)

Disebutkan selama berpuluh tahun beliau senantiasa beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala, begitupula dengan Nabi Nuh ‘Alaihisalam ucapan permohonan ampun beliau diabadikan didalam Al-Qur’an:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. (QS. Nuh :28)

Begitu pula Nabi Nuh ‘Alaihisalam ketika meminta kepada Allah Subhanahu wata’ala agar memasukkan anaknya sebagai golongan hamba yang sholeh, dengan prasangka Nabi Nuh kepada Allah Subhanahu wata’ala lalu Allah kemudian berkata:”Dia itu tidak termasuk keluargamu wahai Nuh”, Nabi Nuh kemudian memohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan berkata:

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Hud : 47)

Nabi Musa ‘Alaihissalam ketika ia tidak sengaja membunuh seseorang , ia kemudian berkata:

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Musa mendoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Qasas : 16). Lalu Allah Subhanahu wata’ala mengampuni dosanya.

Saat Allah Subhanahu wata’ala memvonis iblis la’natullah dengan laknat sampai pada hari kiamat dan tempatnya telah ditetapkan didalam neraka maka ia kemudian bersumpah  dihadapan Allah:

Sesungguhnya syaitan telah berkata:”Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup)”. Maka Allah menimpalinya:”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku.”(HR. Ahmad dan Al-Hakim).

2. Tiga Kisah Buah Dari Istighfar

Imam al-Qurthubi Rahimahullah menyebutkan dari Ibnu Subaih rahimahullah, bahwasanya dia berkata:“Ada seorang yang mengadu musim paceklik kepada Hasan al-Bashri rahimahullah, Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:”Istighfarlah engkau kepada Allah.’ Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab:”Mintalah ampun kepada Allah.’ Lain lagi orang yang ketiga, ia berkata:”Doakanlah saya agar dikaruniai anak”. Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab:”Mintalah ampunan kepada Allah.’ Kemudian ada juga yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab:”Mohonlah ampun kepada Allah.’

Melihat hal itu, Rabii’ bin Subaih bertanya:”Tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa demikian?”, Hasan al-Bashri rahimahullah menjawab:”Aku tidak menjawab dari diriku pribadi, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam firman-Nya (yang artinya)”.

Maka, Aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampunan kepada Rabb-mu, -seseunnguhnya dia adalah Maha Pengampun, niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (QS. Nuh: 10-12).

Imam Ahmad bin Hanbal ingin menginap di sebuah masjid, dimana beliau berniat untuk menghabiskan malamnya disana. Namun penjaga masjid tidak mengenali siapa beliau, sehingga ketika beliau meminta izin untuk berada di dalam masjid hingga datangnya waktu shubuh, sang penjaga masjid menolaknya. Meskipun Imam Ahmad bin Hanbal sudah berulang kali membujuk sang penjaga masjid untuk diizinkan bermalam, namun keputusan dari penjaga masjid agaknya tidak dapat di ganggu gugat. Akhirnya Imam Ahmad keluar dari area masjid dan beliau terpaksa mencari tempat bermalam di lain tempat.
Ketika beliau keluar area masjid, kebetulan lewatlah seorang tukang penjual roti keliling. Tukang roti merasa iba kepada Imam Ahmad sampai diusir oleh penjaga masjid. Ketika Imam Ahmad menceritakan yang dialaminya kepada tukang roti, si tukang roti akhirnya menawarkan Imam Ahmad Untuk menginap di rumahnya, Imam Ahmad lantas menerima tawaran tersebut.
Di rumah pembuat roti, Imam Ahmad di jamu dengan baik layaknya seorang tamu. Imam Ahmad tidak mengenalkan dirinya bahwa dirinya adalah ulama besar yang tersohor. Lalu setelah beberapa saat bercengkrama si pembuat roti mempersilahkan Imam Ahmad untuk beristirahat. Sementara ia sendiri menyiapkan adonan roti untuk dijual esok hari. Lalu ada yang menarik perhatian Imam Ahmad dari si pembuat roti ini. Si pembuat roti bekerja sambil melantunkan istighfar. Ia terus beristighfar sampai pekerjaannya selesai. Hal ini didengar oleh Imam Ahmad sehingga membuat beliau terkesan.
Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya kepada si pembuat roti:”Semalam terdengar olehku lantunan istighfar yang terus menerus engkau baca ketika sedang membuat roti. Katakanlah kepadaku wahai tuan, apakah engkau mendapatkan sesuatu dari istighfar yang engkau baca?“.
Si pembuat roti lalu menjawab:”Ya begitulah adanya sungguh saya benar-benar telah mendapatkan faidah dari keutamaan melazimkan istighfar. Demi Allah, sejak saya melazimkan istighfar, saya tidak memohon sesuatu kepada Allah kecuali pasti dikabulkan. Doa saya selalu diijabah oleh allah. Hanya ada satu doa yang belum dikabulkan sampai saat ini.” Imam Ahmad bertanya:”apakah itu?“. Si pembuat roti berkata: “Aku ingin dapat bertemu dengan ulama paling tersohor saat ini yaitu Imam Ahmad bin Hanbal!”
Mendengar hal tersebut, Imam Ahmad tersenyum. Tampaknya beliau sudah mengerti hikmah diusirnya beliau dari masjid kemarin malam. Allah Subhanahu wata’ala mengabulkan doa si pembuat roti dengan perantara peristiwa semalam sampai pada akhirnya beliau bertemu dengan si penjual roti.
Kemudian Imam Ahmad berkata:”Wahai tuan, saya lah Imam Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, Allah-lah yang mengaturku sehingga bisa bertemu denganmu“. Subhanallah. Begitu istimewanya istighfar ini sehingga Allah berkenan untuk mengabulkan setiap permohonan dari hambanya”.(Sumber : Tabloid kisah hikmah).

Seorang Syaikh pernah bercerita tentang seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, ia memiliki anak yang banyak dan suaminya tidak menyisakan warisan untuk menghidupi istri dan anak –anaknya yang ia tinggalkan, kecuali sepetak tanah yang tak satupun orang meliriknya.

Ketika ia datang kepada Syaikh menyampaikan kesulitan hidupnya, Syaikh berwasiat kepadanya:”Perbanyaklah istighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala niscaya Allah akan memberikan kepadamu jalan keluar”, lalu wanita ini kemudian terus beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala, tidak pernah putus asa untuk menunggu pertolongan Allah.

Diantara ibadah yang paling agung adalah dengan menunggu jalan keluar dari Allah Subhanahu wata’ala dengan hati yang senantiasa berbaik sangka kepadanya.

Beberapa bulan kemudian tanah yang ia miliki yang tak satupun ada yang meliriknya masuk dalam perencanaan kota untuk pembuatan jalan tol yang menghubungkan antara makkah dan madinah, ia kemudian mendapatkan ganti dari tanah tersebut dengan miliyaran real, ia gunakan uang tersebut untuk mebiayai anaknya hingga besar dan menikah,  kemudian ia memiliki Markaz Tahfidz, Darul Aitam, Panti Asuhan.

Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wata’ala memberikan kepadanya jalan keluar dari istighfar yang senantiasa ia ucapkan. Perbanyaklah istighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala agar Allah menurunkan rahmatnya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan dunia, karena setiap istighfar yang diucapkan akan menggugurkan dosa – dosa kita.

3. Dosa Sebagai Sebab Kesulitan

Barangsiapa diantara kita yang diperhadapkan dengan permasalahan yang sulit maka cobalah renungi dosa – dosa kita sambil mengucapkan istighfar, sehingga dengan istighfar yang kita ucapkan Allah memberikan kepada kita jalan keluar dari setiap permasalahan hidup yang kita hadapi, tidak ada musibah yang terjadi melainkan karena ulah dari tangan kita sendiri, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS. Asy Syuraa: 30).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dalam hadist:

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

 وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran : 133)

4. Ciri Orang Bertakwa

Diantara ciri orang yang bertakwa apabila ia terjatuh dalam perbuatan dosa ia senantiasa beristighfar dan kembali kepada Allah Subahnahu wata’ala dan tidak larut dalam kemaksiatan tersebut dan tidak ada yang mengampunkan dosa – dosa kecuali Allah Subhanahu wata’ala

Lukmanul hakim pernah berpesan kepada anaknya:“Wahai anakku perbanyaklah engkau beristighfar kepada Allah, usahakan lisanmu senantiasa basah dengan istighfar karena sesungguhnya Allah memiliki waktu – waktu dimana Allah mengabulkan permohonan dan doa hambanya pada saat itu engkau meminta ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala dan Allah mengampunkan dosa-dosamu dan engkau akan mendapatkan keberuntungan didunia dan diakhirat”. Setelah melakukan keta’atan kepada Allah Subahnahu wata’ala, Allah memerintahkan kita untuk beristighfar, karena boleh jadi istighfar yang kita lakukan belum sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Setelah selesai melaksanakan sholat 5 waktu dimana didalamnya kita ruku, sujud, bertasbih, berdzikir, tilawah Al-Qur’an, mempersembahkan diri kepada Allah dan setelah memberi salam kita beristighfar kepada Allah Subahnahu wata’ala padahal kita baru selesai mengerjakan sholat bukan mengerjakan maksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Ketika para jama’ah haji wukuf dipadang arafah yang merupakan hari yang paling mulia dan puncak ibadah haji adalah wakuf di arafah Allah menyebutkan didalam Al-Qur’an setelah kembali dari padang arafah:“Mohon ampunlah kalian kepada Allah Subhanahu  wata’ala”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah menyempurnakan risalah dan tugas yang diamanahkan kepada beliau maka turunlah diantara surah yang terakhir yang diberikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kata Ibnu Abbas merupakan isyarat semakin dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  yaitu Surah An Nashr:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat“. (QS. An-Nashr : 1-3).

Beliau diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk banyak bertasbih dan beristighfar, para sahabat Nabi mengatakan diantara ucapan yang paling banyak diucapkan oleh Rasulullah diakhir – akhir hidup beliau adalah:”Subhanallah dan Astaghfirullahaldzhim“.

Dalam riwayat disebutkan :”Sungguh beruntung orang – orang yang pada hari kiamat nanti pada catatan amalannya tertulis banyak istighfar”.

Istighfar adalah merupakan alamat bagi orang – orang yang senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala yang mengisi malam – malamnya dengan banyak memohon ampun. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ

(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur“. (QS. Ali Imran : 17).

Mari perbanyak istighfar pada setiap kondisi dan keadaan, baik pada saat kita berada dimanapun hendaknya lisan kita senantiasa basah dengan banyak berdzikir dan beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala, karena dengan  banyak beristighfar Allah mengampuni dosa dan memudahkan segala urusan kita.

Wallahu A’lam Bish Showaab


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Selasa, 17, Syawal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.