spot_img

Istimewa Dengan Takwa

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ketakwaan adalah merupakan nasehat Allah Subhanahu wata’ala pada ummat – ummat terdahulu dari ahli kitab (orang – orang yahudi dan orang – orang nasrani) dan untuk ummat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diutus diakhir zaman, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”. (QS. An Nisaa’ : 131).

Dalam surah asy syura Allah Subhanahu wata’ala menyebutkan perkataan nabinya yang memerintahkan kaummnya untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala:

Ketika saudara mereka Nuh diutus berada ditengah – tengah kaumnya itu berkata:”Hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala”.

Kemudian kepada Nabi Hud ‘Alaihissalam  ketika saudara mereka Hud ‘Alaihissalam berkata kepada kaumnya:”Hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala“.

Kepada Nabi Sholeh Allah menyebutkan:”Ketika sholeh saudara mereka berkata kepada kaumnya, hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala”.

Begitupula dengan luth ‘Alaihissalam, Ketika luth berkata kepada kaumnya:”Hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala”.

Kepada Nabi Syu’aib, Ketika saudara mereka Syua’ib berkata kepada mereka:”Hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala”.

Keutamaan Takwa begitu banyak disebutkan oleh Allah Subhanahu wata’ala didalam Al-Qur’an diantaranya:

  1. Memudahkan Urusan

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya“. (QS. At Thalaq :4)

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا .وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).

2. Dosa Diampuni 

ذَلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنْزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya”. (QS. Ath Thalaq : 5).

3. Amalannya Diterima Oleh Allah 

Ulama kita mengatakan: orang yang memberikan  wasiat  terhadap ketakwaan sangatlah banyak tapi apakah kita pernah merenungi apakah kita termasuk orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala”, yang amalannya akan diterima disisi Allah sebagaimana firmannya:”

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah: 27).

Ketika Allah menyebut tentang kisah 2 anak Adam yang mempersembahkan Qurban kepada Allah Subhanahu wata’ala salah satu diantara mereka diterima oleh Allah dan lainnya tidak diterima, maka salah seorang yang diterima tersebut mengatakan:”Sesungguhnya amalan yang diterima oleh Allah adalah amalan orang yang bertakwa”, dalam ayat lain ketika Allah menyebutkan ibadah menyembelih hewan Qurban, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. (QS. Al Hajj: 37).

Begitu pentingnya ketakwaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam setiap kali beliau memulai wasiat atau khutbah dihadapan para sahabatnya beliau membuka dengan khutbatul hajah dan diantara point dari khutbah hajah tersebut adalah pesan – pesan ketakwaan, disetiap hari jumat para khatib membaca 3 firman Allah Subhanahu wata’ala yang didalamnya Allah memerintahkan kita untuk bertakwa kepadanya, dalam Surah Ali Imran Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam“. (QS. Ali Imran : 102).

Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kita bertakwa dengan sebenar – benar ketakwaan yang ditafsirkan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu :”Sebenar – benar ketakwaan yaitu ketika kita senantiasa taat kepada Allah Subhanahu wata’ala dan tidak bermaksiat kepadanya, dan senantiasa kita mengingat Allah Subhanahu wata’ala dan tidak melupakannya, senantiasa bersyukur dengan nikmatnya dan tidak kufur terhadap apa yang Allah berikan kepada kita”.

Senada pula dengan ketakwaan yang disebutkan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Diantara ciri orang yang bertakwa adalah:
  1. Senantiasa takut kepada Allah Subhanahu wata’ala baik ketika berada ditengah manusia maupun ketika bersendirian.

Inilah hakekat ketakwaan yaitu muraqabatullah senantiasa diawasi dan takut kepada Allah sehingga tidak mengucapkan perkataan selain perkataan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wata’ala, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam”. (HR Al-Bukhari, no. 6478). Dalam hadist lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ

Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya; dengan sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka”. (HR At-Tirmidzi, no. 2314).

Senada dengan firman Allah Subhanahu wata’ala:“Kalian menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang remeh tetapi pada hakekatnya perkataan itu adalah sesuatu yang besar disisi Allah”. Seorang yang bertakwa senantiasa menjaga lisannya karena ia yakin tak satupun yang terlontar dari lisannya melainkan ada malaikat yang senantiasa mencatatnya, Ibnu Abbas Radhiyallhu ‘anhu berkata:”Malaikat mencatat segalanya bahkan perkataan yang mubah yang biasa sering diucapkan, semua tercatat disisi Allah Subhanahu wata’ala apatahlagi ketika perkataan itu didalamnya ada kemurkaan Allah Subhanahu wata’ala”, maka persiapkanlah jawaban setiap yang diucapan yang terlontar dimulut kita dihadapan Allah Subhanahu wata’ala pada hari kiamat.

  1. Mengamalkan apa yang diturunkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Al-Qur’an merupakan kabar gembira bagi orang – orang yang bertakwa sebagaimana firman Allah didalam Al-Qur’an:

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl: 89).

Diawal surah al baqarah Allah Subhanahu wata’ala menegaskan dalam firmannya:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 2)

Al-Qur’an sangat erat dengan bulan ramadhan sebagai bulan ketakwaan didalamnya diturunkan Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan sumber kehidupan, tuntunan dan pedoman yang diturunkan dibulan suci ramadhan yang merupakan petunjuk bagi orang – orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala, dengan mengamalkan kandungannya serta menjadikan sebagai hakim untuk memutuskan perkara diantara manusia dengan jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13). Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha: 123-124).

Walaupun seseorang memiliki dunia beserta isinya namun, kapan ia jauh dari Al-Qur’an dan petunjuk Allah Subhanahu wata’ala maka ia akan merasakan kesempitan didalam dadanya yang tidak ada mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wata’ala, betapa tidak karena ia jauh dari sumber kebahagiaan yaitu Allah Subhanahu wata’ala.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al – Fath: 4).

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur-an) dan Hikmah (As-Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Ali ‘Imran: 164)

Tatkala seseorang jauh dari Al-Qur’an akan menemui hidupnya dalam keadaan sesak dadanya menjadi sempit ketika didunia adapun dihari kemudian kata Allah Subhanahu wata’ala:”Akan kami bangkitkan ia dalam keadaan buta”, ia kemudian protes kepada Allah dengan berkata:”Ya Rabb mengapa engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta padahal dulu didunia saya melihat”, Allah menjawab protes mereka :”Hal itu disebabkan karena dulu didunia telah datang ayat – ayat kepada kalian namun kalian tidak memperdulikannya, kalian berpaling darinya bahkan memboikotnya dan membelakanginya, begitupula pada hari ini kami lupakan kalian kata Allah Subhanahu wata’ala”.

Setiap kita akan ditanya pada hari kemudian terhadap Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

“Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab”. (QS. Az Zukhruf :4)

Apapun pekerjaan, profesi, pangkat dan jabatan kita sempatkan diiri kita untuk mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an, selama diri kita adalah seorang muslim maka tidak ada alasan untuk tidak mengkaji Al-Qur’an sebagai pedoman hidup ummat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

  1. Merasa cukup dengan yang sedikit

Merasa cukup dengan yang sedikit yang Allah Subhanahu wata’ala berikan, ketika kita hendak memperturutkan hawa nafsu dan kehendak dunia maka kita tidak akan pernah puas dan bahkan terus menerus akan menjadi miskin, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Andai kata manusia itu telah mempunyai harta benda sebanyak dua lembah, mereka masih ingin untuk mendapatkan satu lembah lagi. Tidak ada yg dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya tanah (maut). Dan Allah menerima taubat orang yg telah bertaubat kepada-Nya”. (HR. Muslim No. 1737).

Dalam hadist lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan:”Hendaknya negkau ridho dengan apa yang Allah berikan kepadamu, maka engkau akan menjadi orang yang paling kaya didunia ini”.

Dalam hadist lain, Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“.(HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183)).

Allah membenci orang – orang yang hanya mencari kehidupan dunia dan lalai dari akhiratnya, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة

“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani)

Dalam hadist lain, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِي جَوَّاظٍ سَخَابٍ فِي الأَسْوَاقِ جَيْفَةٌ بِاللَّيْلِ حِمَارٌ بِالنَّهَارِ عَالِمٌ بِالدُّنْيَا جَاهِلٌ بِالآخِرَةِ

Allah sangat membenci orang ja’dzari (orang sombong), Jawwadz (rakus lagi pelit), suka teriak di pasar (bertengkar berebut hak), bangkai di malam hari (tidur sampai pagi), keledai di siang hari (karena yang dipikir hanya makan), pintar masalah dunia, namun bodoh masalah akhirat.(HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya 72 – Al-Ihsan. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini dha’if, lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, no. 2304. Adapun Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam tahqiq Shahih Ibnu Hibban menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih  sesuai syarat Muslim).

Maka dari itu lihat diri kita sejauh manakah ketergantungan diri kita dengan negeri akhirat yang disiapkan oleh Allah bagi orang – orang yang beriman:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Qasas : 83). 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14).

Allah menunjukkan yang lebih baik dari keindahan dunia tersebut sebagai dalam firmannya:

 قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 14).

Sahabat Ali Radhiyallahu ‘anhu berkata:”Sesungguhnya dunia akan kita tinggalkan, akhirat akan kita songsong dan keduanya memiliki anak, maka jadilah anak akhirat dan janganlah engkau menjadi anak – anak dunia, karena didunia ini kesempatan untuk beramal tidak ada hisab dan perhitungan dan nanti ke’esokan harinya pada hari kiamat yaitu perhitungan dan tidak adalagi bagi kita untuk mengerjakan amalan sholeh”.

  1. Mempersiapkan diri untuk perjalanan yang panjang untuk kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala

Wasiat terakhir yang Allah Subhanahu wata’ala turunkan ddalam Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam:

Hendaknya kalian takut dengan satu hari dimana kalian akan kembali kepada Allah, semua yang dilangit dan dibumi akan menghadap kepada Allah Subhanahu wata’ala”. Dihisab semua apa yang pernah mereka kerjakan didunia ini dan masing-masing akan mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan didunia ini.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al – Baqarah : 197). Senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangannya  dengan ilmu dari Allah serta mengharapkan ganjaran dari  dan takut terhadap ancaman dan azab Allah Subhanahu wata’ala.

Jika kita tidak menjadi orang yang bertakwa dimuka bumi ini sunguhnya merugi, kapan kita akan tersadarkan untuk kembali kepada Allah jika bukan didunia ini kita memulainya. Kembalilah kepada Allah karena sesungguhnya kabahagiaan itu didapatkan dijalan Allah, dalam ketaatan kepadaNya bersama dengan orang – orang sholeh. Kenikmatan dunia hanyalah sementara yang akan kita tinggalkan dan menimbulkan penyesalan dan tidak bermanfaat sedikitpun pada hari kiamat sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an;

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Asy Syu’aro’: 88).

Kematian tidak pernah mengenal umur bahkan boleh jadi ada yang dipanggil oleh Allah dalam usia masih muda, betapa banyak orang yang berada disekeliling kita telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wata’ala dan adapun kita tinggal menunggu giliran untuk kembali kepadaNya untuk mempertanggung jawabkan semua yang dikerjakan didunia ini. Selagi Allah memberikan kesempatan umur kepada kita jangan sia – siakan, Rasulullah bersabda:

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Amalan yang dimaksud  adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umur kita.

Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa:”Amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad”.

Wallahu A’lam Bish Showaab


Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 18, Syawal 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.