spot_img

Jalan Islam Jalan Nasihat – Pembahasan Kitab Arba’in Nawawiyah Hadits Ketujuh (Bagian 1)

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ – ثَلاَثاً- قُلْنَا لِمَنْ? قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ – رواه مسلم

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Agama itu tiang penegaknya adalah nasihat -beliau mengulangnya tiga kali-.” Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, untuk siapa nasihat itu?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Nasihat untuk Allah, kitab Allah, bagi Rasul Allah, para imam umat Islam dan orang awam dari kalangan mereka.” (HR. Muslim)


Hadits ini diriwayatkan dari seorang sahabat yang bernama Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari. Kunyah-nya (sebuah nama panggilan yang biasa digunakan oleh masyarakat Arab sebagai pengganti atas nama asli orang tersebut) adalah Abu Ruqayyah. Jadi, Sahabat ini mempunyai seorang putri yang bernama Ruqayyah dan itulah satu-satunya keturunan dari Tamim bin Aus Ad-Daari.

Sahabat Tamim bin Aus Ad-Daari ini berasal dari Palestina, jadi beliau bukan berasal dari Mekkah ataupun Madinah. Pada awalnya beliau seorang yang beragama Nashrani, tetapi beliau melakukan perjalanan mencari kebenaran (mencari tahu tentang Nabi terakhir) hingga akhirnya beliau bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tahun ke-9 Hijriyah bersama dengan saudaranya yang bernama Nu’aim Tamim bin Aus Ad-Daari menyatakan keislamannya dan sejak saat itu beliau tinggal di Kota Madinah. Beliau kembali ke kampung halamannya, Palestina sejak Kehalifahan Ustman bin Affan runtuh. Tamim bin Aus Ad-Daari meninggal dunia pada sekitar tahun 40 Hijriyah.

Beliau gelari oleh para Ulama sebagai “Ahli Ibadahnya Ummat ini” karena salah satu sifat yang sangat dikenal dari sahabat ini adalah beliau dikenal sebagai orang yang sangat kuat ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala terutama shalat lail dan membaca al-Qur’an. Beliau biasanya mengerjakan shalat lail dari malam sampai subuh dengan mengulangi satu ayat saja. Beliau juga mempunyai kebiasaan mengkhatamkan al-Qur’an setiap 7 hari. Artinya dalam 1 bulan, beliau mengkhatamkan al-Qur’an setidaknya 4 kali.


Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

الدِّينُ النَّصِيحَةُ – ثَلاَثاً-

“Agama itu tiang penegaknya adalah nasihat (beliau mengulangnya tiga kali).”

Perhatikan, pada hadits ini kata النَّصِيحَةُ memakai “alif lam”. Dengan adanya “alif lam” ini memberikan perbedaan makna yang sangat berbeda dibandingan jika kata النَّصِيحَةُ tidak memakai “alif lam”. الدِّينُ نَّصِيحَةُ bermakna “agama itu adalah nasihat”, sedangkan الدِّينُ النَّصِيحَةُ bermakna “Agama itu tiang penegaknya adalah nasihat“. Jadi “alif lam” pada kata النَّصِيحَةُ memberikan penguatan dan penegasan bahwa agama itu “tiang penegaknya” adalah nasihat atau inti dari Agama Islam adalah nasihat.

Dalam hadits ini, pernyataan ini diulangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebanyak 3 kali.

Apa yang dimaksud “An-Nashiihat” didalam hadits ini? Makna An-Nashiihat didalam hadits ini tidak sama dengan kata “nasihat” didalam bahasa Indonesia walaupun kata nasihat didalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata An-Nashiihat. Makna An-Nashiihat didalam hadist ini maknanya sangat luas dibandingkan dengan makna nasihat yang kita pahami selama ini. Makna asal kata dari An-Nashiihat merujuk kepada arti “kemurnian-ketulusan”, sehingga para Ulama mendefinisikan An-Nashiihat sebagai “keinginan hati untuk menginginkan perbuatan atau amalan yang terbaik untuk orang lain”.

BACA JUGA: Halal, Haram dan Hati – Pembahasan Kitab Arba’in Nawawiyah Hadits Keenam (Bagian 1)

Didalam hadits ini setidaknya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan 5 objek nasihat itu, dan masing-masing memiliki makna yang berbeda.

Para Sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, untuk siapa nasihat (melakukan perbuatan yang terbaik) itu?”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

Yang pertama adalah “Kepada Allah subhanahu wa ta’ala”. Apa wujudnya kita melakukan perbuatan yang baik kepada Allah? Yang paling utama adalah Mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, para Ulama mengatakan bahwa bentuk nasihat (melakukan amalan terbaik) untuk Allah adalah dengan cara mentauhidkan Allah, tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan hanya Allah-lah yang berhak untuk disembah. Bentuk nasihat lain kepada Allah adalah melakukan semua perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

Yang kedua adalah “Nasihat kepada Kitabullah”. Apa artinya nasihat kepada Kitabullah? Nasihat kepada Kitabullah berarti melakukan amalan terbaik yang seharusnya dilakukan terhadap Kitabullah. Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia. Oleh karena itu, amalan terbaik terhadap Al-Qur’an adalah mengamalkan Al-Qur’an itu sebagai panduan dalam kehidupan kita. Bagaimana cara mengamalkan al-Qur’an sebagai panduan hidup kita? Tentunya dengan membacanya kemudian memahami kandungan isinya.

Wallahu a’lam bisshowab

InsyaAllah, Pembahasan dilanjutkan pada BAGIAN KEDUA

Oleh : Ustadz Dr. Ihsan Zainuddin, Lc., M.Si Hafidzahullahu Ta’ala
Ta’lim Kajian Kitab Arbain Nawawiyah – Masjid Nurul Hikmah MIM (Kamis, 23 Januari 2019)

Kunjungi Media MIM:
Website : https://mim.or.id
Fanspage Facenook: http://www.facebook.com/markazimammalikmakasar/
Youtube : http://www.youtube.com/c/MimTvMakassar
Telegram : http://telegram.me/infokommim
Instagram : http://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.