mim.or.id – Suatu hari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ
“Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat bagaikan dua jari ini (Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuk). (HR. Muslim no. 7597).
Menunjukkan jaraknya sangat dekat sekali beliau memberi isyarat jari telunjuk dan jari tengah dalam penafsiran yang lain atau dalam riwayat yang lain beliau merenggangkan jarinya yang menunjukkan sangat dekat datangnya hari kiamat.
Tanda-tanda hari kiamat terbagi menjadi 2 ada tanda-tanda yang kecil, ada yang besar ada yang telah terjadi dan ada yang sementara terjadi dan ada yang masih kita nanti-nantikan.
Namun, yang paling jelas sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu tersebarnya perzinahan (ada orang yang berusaha melegalkan atau menghalalka).
Baca Juga: Gawat, Rajin Berbuat Kebaikan Tetapi Amalannya Ibarat Debu yang Beterbangan
Begitupula banyaknya terjadi pembunuhan dimana-mana sampai-sampai kata Nabi orang yang membunuh tidak tahu mengapa dia membunuh dan yang dibunuh tidak tahu mengapa ia dibunuh dan seterusnya.
Jadi Allah Subhanahu wata’ala bersumpah dengan hari kiamat dan jika Allah bersumpah dengan sesuatu di dalam Al-Qur’an itu menunjukkan agar kita memberi perhatian yang lebih, ayat pertama Allah berfirman:
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Aku bersumpah demi hari kiamat”. (QS. Al-Qiyamah: 01).
Hari kiamat yang banyak didustakan oleh manusia disebut Al-Qiyamah, Al-Qiyamah disebut berdiri karena seluruh makhluk akan dibangkitkan mereka akan berdiri dikeluarkan dari kubur-kubur mereka.
Dalam ayat selanjutnya, Allah berfirman:
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”. (QS. Al-Qiyamah: 2).
Baca Juga: Jaminan dari Allah, Mintalah Ampun Kepada-Ku Pasti Aku Mengampuni Kalian!
Nafsu Lawwamah yaitu jiwa yang selalu mencela pemiliknya dengan celaan yang bagus, celaan yang baik, karena jiwa terbagi menjadi 3 ada Nafsu Mutmainnah sebagaimana Allah sebutkan diakhir surah Al-Fajar.
Kemudian ada yang disebut dengan Nafsu Lawwamah, Nafsu Lawwamah ini senantiasa mengintropeksi dan memuhasabah atau mengevaluasi pemiliknya, jika ia melakukan kebaikan dia membisikkan kepada jiwanya kenapa terlalu sedikit.