mim.or.id – Semua mukmin dengan rutinitas beragamanya, sama dengan bertamasya dengan menemukan kebahagiaan yang ia pindah dari satu dengan kebahagiaan yang lain. Itulah yang disebutkan Allah dalam firmannya:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (QS. Al-Insyirah: 7-8)
Allah sedari awal telah menurunkan Al-Qur’an kepada umat manusia, tujuannya bukan untuk membuat hamba-Nya susah dengan diturunkannya Al-Qur’an ini.
Namun Al-Quran dimaksudkan agar manusia menemukan kemudahan-kemudahan dalam melakukan semua hal. Sebagaimana Allah mengatakan didalam Al-Qur’an:
طه مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah (QS. Thaaha: 1-2)
Semua mukmin tidak diminta untuk menantang ibadah-ibadah yang berat. Seorang yang punya keyakinan terhadap agama ini, ia tidak harus mencari waktu-waktu tertentu untuk ia beribadah dan dalam ibadahnya itu ia menemukan sesuatu yang berat.
Mencari beratnya ibadah itu sesuatu yang tidak berwajah dalam syariat kita yang mulia ini. Apa yang dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Aisyah:
“Wahai Aisyah, pahalamu berbanding lurus dengan beban yang engkau keluarkan”.
Ini menunjukkan bahwa ibadah itu berat untuk seorang mukmin karena Allah memang mengemasnya dalam keadaan ia mudah untuk kita semuanya. Dengan kata lain ibadah yang dirasa berat akan berbading dengan pahala yang didapat.