spot_img

Kaya Sepanjang Masa

Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumahnya dengan rambut yang basah lalu beliau mendapati para sahabat berdialog dan berdiskusi tentang kekayaan, ketika mereka berdiskusi tentang masalah tersebut maka datanglah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam ditengah –tengah mereka dan beliau menjelaskan kepada sahabat tentang makna kekayaan, akhirnya Rasulullah berkata kepada para sahabatnya “Tidak mengapa seseorang menjadi kaya asalkan dengan syarat ia bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dan dengan syarat harta yang ia dapatkan dengan cara yang halal”, Rasulullah kemudian melanjutkan dengan mengatakan  “ akan tetapi kesehatan yang disertai dengan ketakwaan itu lebih baik dari pada kekayaan ”.

Sebagaimana dalam hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :

 “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana diperolehnya dan kemana dibelanjakannya, serta tubuhnya untuk apa digunakannya “.(HR. Tirmidzi no. 2417  dan disahihkan oleh Albani ).

Orang yang pertama masuk surga adalah orang – orang miskin dibanding dengan orang kaya disebabkan karna orang kaya banyak harta yang ia pertanggung jawabkan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Kisah yang pernah dialami oleh Malik Bin Dinar Rahimahullah, suatu ketika beliau naik disebuah kapal kemudian ia hendak keluar dari kapal dan petugas kapal mengatakan jangan ada yang keluar dari kapal ini sebelum membayar pajak dari harta yang ia miliki , akhirnya Malik Bin Dinar mengambil selendangnya beliau keluar ditahan oleh petugas, kemudian petugas menyuruhnya bayar pajak ia kemudian  berkata aku tidak membawa apa – apa hanya selendang ini yang saya bawa akhrinya ia disuruh berjalan dan  Malik Bin Dinar berkata beginilah kelak kita diakhirat.

Diantara salah satu cara untuk menjadi orang kaya adalah dengan 1 (satu) sifat, selama sifat tersebut ada pada diri seseorang maka ia menjadi kaya dan sebanyak apapun harta yang dimiliki oleh seseorang jika ia tidak memiliki sifat tersebut maka ia akan terus menjadi fakir dan  miskin dan sifat tersebut adalah Al Qana’ah yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah Subhanahu wata’ala  berikan kepada kita.

Kita mengetahui bahwasanya islam tidak melarang untuk menjadi orang kaya dan memiliki harta yang banyak asalkan harta itu tidak masuk kedalam hati kita dan memperbudak kita serta menjauhkan kita dari Allah subhanahu wata’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memuji orang kaya, suatu ketika Rasulullah mempersiapkan pasukan yang akan dibawa ke perang tabuk dan beliau butuh dana untuk bagaimana pasukan diberikan kendaraan, perlengkapan, persenjataan , dan perjalanan yang sangat panjang serta menghadapi musuh yang sangat kuat  kemudian akhirnya datanglah sahabat Ustman Bin Affan Radiyallahu ‘anhu dengan membawa 10.000 dinar langsung diletakkan dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah kemudian berseri seri wajahnya dan beliau sangat gembira sambil membolak balikkan dinar yang diserahkan oleh Ustman Bin Affan  dan kemudian Rasulullah mengatakan “ Tidak ada lagi amalan yang dapat membahayakan Ustman Bin Affan setelah hari ini “.

kisah lain adalah sahabat Saad Bin Abi Waqqash Radiyallahu ‘anhu yang terkenal dengan kekayaannya ia sakit keras kemudian datanglah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguknya ia kemudian berkata “Ya Rasulullah saya memiliki harta yang begitu banyak dan ahli waris saya cuman satu yaitu putriku dan apakah saya harus saya menginfakkan 3/4 dari harta saya”. Rasulullah kemudian mengatakan ”jangan”,  kalau begitu Ya Rasulullah 1/2 nya,  Rasulullah menjawab “ jangan karena terlalu banyak “, kemudian Saad Bin Abi Waqqash mengatakan lagi : “ kalau begitu 1/3 nya “ , Rasulullah kemudian mengatakan “ ya, walaupun itu masih banyak, engkau meninggalkan keluargamu dalam keadaan kaya itu lebih baik dari pada engkau meninggalkannya dalam keadaan miskin dan mengemis kepada orang lain.

Berdasarkan kisah Saad Bin Abi Waqqash tadi merupakan bolehnya menyisahkan harta untuk keluarga dan menginfakkan sebagian dan perbuatan ini bukan termasuk perbuatan yang tercela.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Tidak boleh hasad kecuali kepada dua orang yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu ( Al –Qur’an dan As Sunnah ), ia menunaikan dan mengajarkannya “. ( HR. Bukhari no. 27 dan Muslim no 816 ).

Dengan sifat Qana’ah ( merasa cukup ) kita akan mendapatkan beberapa Faedah:

  1. Dengan sifat Qana’ah kita akan mendapatkan kehidupan yang baik walaupun kita tinggal sebuah gubuk, walupun penghasilan kita sedikit, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

“ Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki – laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “ . ( QS. An Nahl : 97 ).

Berkata Ali Bin Abitholib Radiyallahu ‘anhu dan Hasan Al Basri Rahimahullah : “ yang dimaksud dengan kehidupan yang baik adalah Al Qana’ah merasa cukup dengan pemberian Allah subhanahu wata’ala”.

  1. Dengan sifat Qana’ah Kita banyak bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu :

“Wahai Abu Hurairah, jadilah engkau sebagai orang yang wara niscaya engkau menjadi orang yang paling beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala  dan jadilah engkau seorang yang Qana’ah ( merasa cukup dengan yang dimiliki ) niscaya engkau menjadi orang yang paling pandai bersyukur,  cintailah untuk manusia apa yang engkau sukai untuk dirimu, niscaya engaku menjadi mukmin, berbuat baiklah kepada tetangga yang bersebelahan denganmu niscaya engaku menjadi muslim, dan sedikitlah tertawa, sebab banyak tertawa itu banyak memakan hati ” .

Orang yang pandai bersyukur akan diberikan keberkahan dan ditambah nikmatnya oleh Allah Subhanahu wata’ala karna kesyukuran adalah sifat Qana’ah.

  1. Dengan sifat Qana’ah akan menjadi orang yang beruntung sebgaimana dalam hadist dari sahabat yang mulia Abdullah Bin Amr Radiyallahu ‘anhuma Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk islam, diberikan reski yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya “.( HR. Muslim ).
  2. Dengan sifat Qana’ah kita diselamatkan minimal 3 dari dosa besar
  • a. Diselamatkan dari Al hasad= karna orang yang tamak akan muncul dosa berikutnya yaitu hasad, ketika saudaranya diberikan kelebihan oleh Allah, ia kemudian tidak senang dengan saudaranya tersebut dari apa yang Allah berikan kepadanya , orang yang hasad adalah ia berbuat dzalim dan sekaligus terdzalimi. Salah seorang ulama mengatakan “ saya tidak melihat ada orang yang terdzalimi sekaligus dia dzalim  “. Dengan sifat Qana’ah kita terhindar dari penyakit sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Telah berjalan kepada kalian penyakit umat-umat terdahulu, hasad dan permusuhan. Dan permusuhan adalah membotaki. Aku tidak mengatakan membotaki rambut, akan tetapi membotaki agama. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku kabarkan kepada kalian dengan apa bisa menimbulkan hal tersebut?, tebarkanlah salam diantara kalian”. (HR At-Thirmidzi 2/83 dan Ahmad 1/165,167, dan dihasankan oleh Al-Albani dalama Irwaaul Gholil 3/238).

  • b. Diselamatkan dari Al Ghibah = menceritakan kejelakan saudaranya yang lain, suka mencari cari aib seseorang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya, namun keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya! Janganlah kalian mengghibah (menggunjing) kaum Muslimin. Jangan pula mencari-cari aib mereka. Barangsiapa yang mencari-cari aib mereka, (maka) Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang Allah mencari-cari aibnya, niscaya Allah akan membeberkan aibnya, meskipun dia di dalam rumahnya”.(HR. Ahmad 4/420, 421,424 dan Abu Dawud no. 4880. Kata Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud: “Hasan shahih.”).

  • c. Diselamatkan dari Kedzaliman = Sebagaimana disebutkan Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 ).

  1. Dengan sifat Qana’ah Seseorang akan memiliki kekayaan hati yang merupakan inti segala kekayakan dalam sebuah hadist dari sahabat yang mulia yaitu Abu Dzar Radiyallahu ‘anhu beliau berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepadanya:

“Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?”. Aku (Abu Dzar) berkata : “Iya Rasulullah”. Rasulullah berkata : “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?”, Aku (Abu Dzar ) berkata, “Benar Rasulullah”. Rasulullah pun berkata: “Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki) adalah miskinnya hati” (HR Ibnu Hibbaan dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam shahih At-Targiib wa At-Tarhiib no 827).

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“. ( HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani ).

  1. Seseorang akan diberikan sifat terhormat jika ia tidak selalu meminta – minta sebagaimana jibril menyampaikan kepada Rasulullah dan Rasulullah bersabda: “ Malaikat Jibril pernah medatangiku , maka dia berkata kepadaku : Wahai Muhammad hiduplah sesuai dengan kehendakmua karena sesungguhnya engkau akan mati, cintailah sekehendak engkau karena orang yang engkau cintai akan meninggalkan kamu , beramallah sesuka engkau karena engkau akan diberikan pahala disisinya, ketahuilah sesungguhnya kemulyaan seorang mukmin itu dikarenakan dia menjalankan qiyamul lail dan kebesarannya dengan tidak meminta kepada manusia .” ( HR. Imam At Thobrani didalm kitab Mu’jam Al Ausath dan telah di hasankan oleh Imam Albani ).

Disebutkan oleh imam adzahabi Rahimahullah Fii Siyar A’lam An-Nubala   “ kisah salah seorang ulama dari Mazhab Hanafi Rahimahullah “ Beliau tertimpa penyakit diakhir umurnya dan orang orang kemudian berkata:” penyakit yang diderita oleh guruta ini membutuhkan biaya untuk pengobatannya akhirnya salah seorang mengatakan kepada mereka syaikh kita Adalah orang yang fakir tidak punya apa –apa ia kemudian mereka mengirim surat ke gubernur kota tersebut yang bernama ibnu hamdan dan ketika syaikh ini mendengar apa yang dilakukan oleh sahabat sahabatnya yang mengirim surat untuk meminta bantuan kepada ibnu hamdan untuk dirinya ia kemudian berdoa dan mengatakan “ ya Allah janganlah engkau menjadikan reskiku kecuali yang telah engkau biasakan itu untukku “, kemudian Allah mengabulkan doanya sebelum harta itu sampai kerumahnya ia meninggal dunia. Dan harta tersebut sudah diberikan kepada keluarganya akhirnya menginfakkan sampai habis dan pahalanya diniatkan untuk syaikh yang meninggal.

Kisah lain adalah Aisyah Radiyallahu anha dizaman Muawiyah Radiyallahu anhu beliau pernah mendapatkan hadiah dari Muawiyah sebanyak 70.000 dirham dikirimkan kepadanya hari itu juga dibagikan oleh Aisyah yang dibantu oleh pembantunya yaitu barirah dibagikan sampai habis hari itu juga begitu masuk waktu magrib dan Aisyah pada hari itu sedang puasa kemudian Aisyah berkata kepada barirah “ ya barirah coba datangkan hidangan buka puasa hari ini” Barirah kemudian mengatakan wahai istri Rasulullah tidak ada lagi yang tersisa dan andaikan engkau mengatakan kepadaku sisakan 1 dirham untuk buka puasa maka aku akan lakukan” kemudian Aisyah kemudian mengatakan aku lupa, andaikan engkau mengingatkanku maka aku akan sampaikan kepadamu”. Demikianlah sifat Aisyah Radiyallahu anha yang langsung di didik oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah di dalam mencari (rezeki), karena sesungguhnya setiap yang yang bernyawa tidak akan pernah mati sampai dia menyempurnakan rezekinya, meskipun kadang terlambat datang untuknya, maka bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari (rezeki), (yaitu) ambillah apa yang telah dihalalkan tinggalkanlah apa yang telah diharamkan.” (HR. Ibnu Majah).

 Reski ada 2 yaitu ada reski yang dicari dan ada reski yang mencari kita, reski yang dicari yaitu Allah berikan sesuai dengan keadilannya dan reski yang mencari kita adalah Reski yang sesuai dengan kelembutan dan keluasan Rahmat Allah Subhanahu wata’ala. Wallahu ‘alam Bisshowab.

Kaya Sepanjang Masa Sesi II kunjungi Link : https://mim.or.id/rekap-materi-talim-kaya-sepanjang-masa-sesi-ii/

……………………………………………………………………..

REKAP TALIM “ KAYA SEPANJANG MASA  “

Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I

@Masjid Nurul Hikmah – MIM

08 Muharram 1438 H

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.