mim.or.id – Setelah melewati bulan Ramadhan sebulan penuh, akhirnya kita tiba pada hari kemenangan tepatnya hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1446. Untuk itu, kami menyajikan Khutbah Idul Fitri 1446 H dengan tema ”JANGAN PUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN AL-QUR’AN!’.
Naskah selengkapnya:

‘JANGAN PUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN AL-QUR’AN!‘
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa liLlahil hamd!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Di pagi yang penuh berkah dan keindahan ini, setinggi-tingginya ungkapan puji dan syukur kita persembahkan hanya kepada Allah Azza wa Jalla, satu-satuNya yang berhak untuk disembah. Allah yang Mahabesar, yang telah mengaruniakan untuk kita kesempatan menyempurnakan ibadah puasa dan ibadah kita lainnya di bulan Ramadhan.
Maka ungkapan takbir dan tahmid kita, kaum muslimin, menggemuruh di seluruh lapisan bumi hingga langit, sebagai sebuah pengakuan akan keMahabesaran Allah dan keMahapemurahanNya atas semua nikmat iman dan kehidupan ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa liLlahil hamd!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Bulan Ramadhan telah berlalu dengan semua kenangannya. Bulan Ramadhan telah berlalu dengan semua memorinya. Tapi, jejak-jejak keshalihan, ketaatan dan penghambaan kita di sepanjang Ramadhan itu seharusnya jangan pernah pergi dan hilang. Salah satunya adalah jejak-jejak keshalihan kita bersama dengan al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ﴾
Artinya:
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia, dan (sebagai) penjelasan terhadap petunjuk dan pembeda (antara yang haq dan batil)…” (Surah al-Baqarah: 185).
Maka, jika kita ingin mengabadikan kenangan indah kita bersama Ramadhan yang mulia itu, lanjutkanlah hubungan mesra yang selama ini telah kita bangun dengan al-Qur’an selama bulan Ramadhan. Hubungan mesra yang berlanjut ke jenjang lebih tinggi dari sekadar membaca atau melafalkan ayat-ayatnya. Namun dilanjutkan dengan usaha-usaha Tadabbur kita terhadap kedalaman pesan dan maknanya. Allah Ta’ala berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (٢٩)
Artinya:
“(Al-Qur’an adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad), (kitab) yang diberkahi, agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya, dan agar orang-orang yang berakal dari mengambil peringatannya.” (Surah Shad: 29).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa liLlahil hamd!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Jika kita mentadabburi al-Qur’an, maka al-Qur’an akan mengubah begitu banyak perspektif, paradigma dan cara pandang kita terhadap banyak hal di dunia. Al-Qur’an akan mengobrak-abrik semua definisi duniawi ini yang selama ini bersarang dan menguasai jiwa dan pikiran kita.
Jika selama ini misalnya, kita mendefinisikan kebahagiaan dan kesuksesan itu dengan takaran dan ukuran duniawi, maka al-Qur’an datang untuk menghancurkan dan meluruskan semua cara pandang itu.
Bukan, kebahagiaan itu bukan diukur dengan seberapa trilyun rupiah dan dolar yang kita koleksi di rekening kita, atau seberapa banyak unit properti yang tercatat atas nama kita!.
Bukan, kesuksesan itu bukan diukur oleh seberapa tinggi pendidikan dan gelar yang kita raih, atau seberapa tinggi jabatan dan posisi yang kita duduki!.
Tidak, semua itu sama sekali tidak pernah bisa memberikan kebahagiaan pada manusia. Semua itu tidak akan pernah membuat manusia itu layak disebut sebagai “manusia sukses”.
Lihatlah Fir’aun, dan renungkanlah: apakah ia pernah bahagia dengan semua kekuasaan dan kekayaannya? Bahkan untuk membuatnya gelisah, tidak tenang dan galau tak bertepi, Allah Azza wa Jalla cukup membuatnya bermimpi buruk: tentang kehadiran seorang anak laki-laki Bani Israil yang akan menghancurkannya bersama dengan semua kekuasaan dan kekayaannya! Anak laki-laki Bani Israil yang kemudian kenal sebagai Nabi Musa ‘alaihissalam…
Bahkan, untuk menghancurkan hidupnya beserta semua kekuasaan dan kekayaannya, Allah Ta’ala hanya perlu memerintahkan salah satu laut ciptaannya untuk itu. Lalu berakhirlah kisah manusia bernama Fir’aun yang mengklaim diri sebagai Tuhan!
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa liLlahil hamd!
Karena itu, jamaah sekalian. al-Qur’an datang dengan definisi kebahagiaan dari Sang Pencipta manusia itu sendiri, yang paling tahu tentang apa yang paling tepat untuk kehidupan manusia itu sendiri, yaitu Allah Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman tentang rumus utama kebahagiaan dan ketenangan manusia itu:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (28) ﴾ الرعد
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka tenang-bahagia dengan mengingat Allah. (Karena) ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati itu akan tenang.” (Surah al-Ra’d: 28).
Yah, kita hanya bisa hidup bahagia dan tenang jika di sepanjang hidup ini kita terus membangun hubungan dengan Allah Azza wa Jalla. Dengan cara apa? Dengan cara menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Bukan dengan sekadar melafalkan NamaNya, lalu mengabaikan aturan dan batasanNya. Inilah manusia sukses yang sesungguhnya: manusia yang menjaga komitmen kehambaanNya kepada Allah Ta’ala.
Sementara sebaliknya, al-Qur’an mendefinisikan manusia yang sengsara dan pecundang adalah mereka yang jauh dari Allah, lalai dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) ﴾ طه
Artinya:
“Dan siapa saja yang berpaling dari mengingatKu, maka ia pasti mendapatkan kehidupan yang sempit (di dunia) dan akan Kami bangkitkan pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Ia) bertanya: ‘Wahai Tuhanku, kenapa Engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sebelum aku bisa melihat?’” (Surah Thaha: 124-125).
Tapi apa jawaban Allah untuk mereka? Allah Ta’ala mengatakan:
قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127)
Artinya:
“(Allah) berkata: ‘Seperti itulah ayat-ayat Kami datang padamu, tapi engkau melalaikannya, maka begitu pulalah hari ini kamu diabaikan. Seperti itulah Kami membalas siapa saja yang melampaui batas dan tidak beriman pada ayat-ayat Tuhannya, dan sungguh adzab Akhirat itu lebih keras dan abadi.” (Surah Thaha 126-127).
Karena itu, jamaah sekalian, tidak akan pernah ada manusia zhalim dan pendurhaka yang bahagia hidup dan hatinya, meski mereka tampak tertawa, berlimpah harta, bermaksiat sesuka hati, dan melanggar panduan kebahagiaan yang sudah Allah Ta’ala tetapkan untuk mereka!.
Para pemimpin yang zhalim tidak akan pernah bahagia hidupnya sepanjang sejarah manusia. Para pejabat korup tidak akan pernah bahagia hidupnya meski bergelimang harta hingga tujuh turunan. Para pezina tidak akan pernah bahagia hidupnya, meski terlihat senang-senang mengumbar nafsu dan menjual diri. Para pelaku LGBT tidak akan pernah bahagia hidupnya, meski mereka pikir mereka sedang mengikut jalan hidupnya.
Intinya: kebahagiaan sejati dan hakiki kita sebagai manusia hanya ada dan hadir jika kita berusaha mengikuti panduan Allah dan RasulNya serta jalan fitrah kita yang suci.
Itulah sebabnya, ketika manusia melanggar panduan itu, melanggar jalan fitrahnya, kehidupannya akan mengalami trouble dan masalah. Semakin besar dan jauh pelanggaran itu, maka semakin besar pula kerusakan dan kehancuran yang terjadi. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41) ﴾ الروم
Artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat maupun lautan disebabkan apa yang telah diperbuat oleh tangan-tangan manusia, (itu semua) agar Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat apa) yang telah mereka perbuat, agar supaya mereka mau kembali (bertaubat).” (Surah al-Rum: 41).
Karena itu, berbagai bencana yang terjadi sudah pasti adalah hukuman dan peringatan Allah Ta’ala kepada kita, bahwa kita sudah melampaui batas.
Berbagai bencana alam, seperti banjir yang belakangan ini terjadi di berbagai kawasan yang seharusnya tidak berpotensi banjir, apa penyebabnya? Terlepas dari semua analisis para ahli geologi dan tata kota, kita harus ingat bahwa penyebabnya karena ada manusia serakah membangun atau menambang semaunya demi keuntungan besar. Penyebabnya karena ada manusia yang rela disuap untuk mengeluarkan izin pembangunan dan pertambangan itu.
Berbagai bencana sosial, seperti semakin maraknya perzinahan, perselingkuhan dan perilaku seks menyimpang LGBT, apa penyebabnya? Terlepas dari apapun analisis para sosiolog, tapi kita tidak boleh lupa bahwa penyebabnya adalah karena kita mendiamkan, membiarkan bahkan menormalisasikan semua penyimpangan itu. Penyebabnya karena kita terlalu sibuk mengejar dunia, sehingga lupa mendidik diri dan keluarga untuk mengenal Allah dan RasulNya. Penyebabnya karena kita terlalu banyak memakan harta haram, seperti hasil korupsi. Wallahul Musta’an….
Karena itu, tidak mengherankan jika keberkahan dicabut dari kehidupan kita. Apa kurangnya kekayaan negeri bernama Indonesia ini? Hasil pertambangannya saja jauh lebih banyak dan beragam dari Saudi Arabia yang hanya mengandalkan minyak bumi. Tapi penegakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hingga hari ini masih menjadi utopia alias angan-angan.
Kita seringkali lupa, bahwa keberkahan itu hanya akan turun saat kita berkomitmen kembali kepada Allah, kembali meniti jalan taubat, meniti jalan taqwa seperti yang dipesankan Ramadhan untuk kita. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴾ [الأعراف: 96].
Artinya:
“Seandainya penduduk Negeri itu beriman dan bertaqwa, maka pasti Kami bukakan (jalan-jalan) keberkahan dari langit dan bumi. Namun mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami pun menghukum mereka disebabkan apa yang telah mereka perbuat.” (Surah al-A’raf: 96).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa liLlahil hamd!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Satu hal penting yang harus kita ingat adalah bahwa “keberkahan” itu tidak selalu dan tidak semestinya identik dengan keberlimpahan dunia. Karena ada banyak manusia berlimpah harta, tapi kehidupannya tidak ada keberkahan setitik pun. Ada banyak negara yang berlimpah fasilitas, tapi kehidupannya tidak ada keberkahan sedikit pun.
Karena hakikat “keberkahan” itu sesungguhnya adalah jika kehidupan kita di dunia ini sepenuhnya berjalan di atas jalan-jalan keshalihan yang menuntun kita selamat di Akhirat hingga mencapai cita-cita tertinggi kita semua, yaitu Surga Allah Ta’ala.
Itulah sebabnya, manusia paling diberkahi adalah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meski hidup beliau jauh dari batas kelayakan kita hari ini. Itulah sebabnya, negara yang paling diberkahi adalah Negara Madinah yang dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meski infrastrukturnya sangat jauh kualitasnya dibanding kita hari ini.
Kenapa? Karena cahaya iman dan taqwa pada Allah Ta’ala bersinar menaungi kehidupan mereka setiap harinya.
Karena itu, jamaah sekalian, mengulangi pesan kami di awal khutbah tadi: pesan penting yang ditinggalkan bulan Ramadhan untuk kita semua adalah “Jangan putuskan hubungan mesra kita dengan al-Qur’an”. Al-Qur’an adalah kitab yang diberkahi oleh Allah Azza wa Jallam, maka siapapun yang hidup dibersamai dan membersamai al-Qur’an, baik sebagai pribadi maupun masyarakat, maka ia akan diliputi oleh keberkahan dari langit dan bumi, insya Allah.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa liLlahilhamd…
Kaum muslimin yang berbahagia!
Dari al-Qur’an, kita juga belajar untuk selalu optimis menghadapi dan menjalani kehidupan ini. Seberat apapun ujian yang terjadi, seorang muslim terus belajar bahwa kehidupan dunia ini memang sepenuhnya akan berputar dari satu ujian kepada ujian yang lainnya. Allah Ta’ala menegaskan SunnatuLlah ini dengan mengatakan:
﴿وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)﴾ سورة البقرة
Artinya:
“Dan sungguh Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, (kehilangan) jiwa dan buah-buahan, namun berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (Surah al-Baqarah: 155).
Itulah yang menjadi salah satu rahasia penting keteguhan suadara-saudara kita di Gaza hingga hari ini. Mereka bisa punya 1001 alasan untuk pergi meninggalkan Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah Zionis Yahudi, tapi mereka tidak melakukannya. Mereka bertahan dan melanjutkan jihad mempertahankan bumi al-Aqsha, dengan segala kekurangan dan pengkhianatan yang terjadi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa liLlahilhamd…
Keteguhan seperti itu hanya bisa lahir dari jiwa yang yakin dan optimis kepada janji Allah Ta’ala. Termasuk janji Allah untuk menumbangkan orang-orang zhalim.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللَّهَ عزَّ وجلَّ يُمْلِي لِلظّالِمِ، فإذا أخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ،
Artinya:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla itu akan memberi tenggat waktu bagi orang yang zhalim. Maka ketika Dia menghukumnya, Dia tidak akan melepaskannya”.
Lalu beliau membaca (firman Allah):
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ ﴾ [هود: 102]
“Dan demikianlah hukuman Tuhanmu jika Ia menghukum negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sungguh hukumanNya sangat menyakitkan dan keras.” (Surah Hud: 102). (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan kita bisa melihat contoh nyata itu pada runtuhnya rezim keluarga Asad di Suriah belum lama ini. Rezim Syiah Ismailiyyah yang telah berkuasa selama kurang lebih 60 tahun, dengan cara membantai dan memenjarakan ratusan ribu rakyatnya sendiri secara zhalim. Namun dalam hitungan 12 hari saja, penguasa zhalim Basyar Asad itu tumbang dan melarikan diri ke Rusia.
Maka dari al-Qur’an kita belajar untuk menjaga optimisme kita, sembari kita memantaskan diri menjadi hamba-hamba yang layak mendapatkan pertolongan Allah Azza wa Jalla.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa liLlahilhamd…
Kaum muslimin yang berbahagia!
Sebagai kelanjutan jejak keshalihan kita di bulan Ramadhan, jangan lewatkan kesempatan berpuasa 6 hari di bulan Syawal. Keutamaannya sangat besar, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَن صامَ رَمَضانَ ثُمَّ أتْبَعَهُ سِتًّا مِن شَوَّالٍ، كانَ كَصِيامِ الدَّهْرِ.
Artinya:
“Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, lalu mengikutkannya dengan (puasa) 6 hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa 1 tahun.” (HR. Muslim).
Akhirnya, marilah kita menundukkan hati dan segenap diri kita untuk memohon dengan sepenuh jiwa kepada Allah, Sang Maha Mendengar, Sang Maha Melihat, Sang Maha Mengetahui, Satu-satuNya Dzat yang Mahakuasa untuk mengabulkan semua doa, pinta dan harapan kita.
Rabbana, lihatlah kami para hamba-Mu yang lemah dan penuh dosa ini. Setiap hari, bahkan di setiap hembusan nafas ini, kami tak luput dari kelam dosa yang melalaikan. Tapi, RahmatMu tak putus-putusnya hadir untuk kami. AmpunanMu selalu terbuka untuk kedurhakaan kami. Maka ampunilah kami, ya Allah…Ampuni kami hamba-hambaMu yang payah ini. Ampuni kami hamba-hambaMu yang selalu lupa dan lupa ini, ya Allah…
Rabbana, wahai Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah kedua orang tua kami. Rahmati perjalanan mereka di dunia ini hingga tiba di Surga Firdaus-Mu, ya Allah…Liputi mereka dengan ampunanMu. Ampuni kami, ya Allah, yang selalu payah dalam membahagiakan ayah-bunda kami. Ampuni kami yang selalu payah mengukir jejak bakti kepada mereka, ya Allah.
Rabbana, kami titipkan negeri indah tanah air kami ini padaMu. Lindungilah negeri ini dari segala keburukan dan kejahatan. Jauhkan kami, rakyat negeri ini, dari kezhaliman dan tipu daya. Anugrahkan untuk kami para pemimpin yang menegakkan keadilan, yang ikhlas bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya.
Rabbana, timpakanlah hukuman yang setimpal kepada siapapun merusak dan berbuat khianat terhadap Indonesia kami ini. Berikan hukuman yang setimpal kepada para koruptor rakus yang telah merusak seluruh tatanan di Negeri kami yang tercinta ini. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa untuk melakukan apa saja yang Kau kehendaki, ya Allah…
Rabbana, kami titipkan saudara-saudara kami yang hari ini masih terpuruk dalam derita, dalam penjajahan kaum Zionis di Palestina. Kami titipkan saudara-saudara kami di manapun mereka, saudara-saudara kami itu melewati hari-hari penuh duka. Kami mohon lindungilah mereka dengan kasih-sayangMu, ya Allah. Anugrahkan kesabaran dan kekuatan tak habis-habisnya untuk mereka, ya Allah.
Rabbana, kami titipkan anak-anak kami kepada-Mu, ya Allah. Kami titipkan generasi muda kami kepadaMu, ya Allah. Tarbiyahlah mereka dengan kasih sayangMu. Tuntunlah mereka berjalan di atas jejak hamba-hambaMu yang shalih. Jagalah mereka dari semua bentuk kekufuran dan kenistaan. Ya Allah, ya Rabbana, perkenankan kami, hamba-hambaMu yang penuh kekurangan ini, kelak tetap dapat menikmati doa-doa indah dari anak-anak kami meski jasad ini telah terkubur dalam kelam dan gelapnya alam kubur.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ الْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ