mim.or.id – Kisah Kedua Anak Nabi Adam ‘Alaihissalam
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴿٢٧﴾ لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ ﴿٢٨﴾ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴿٢٩﴾ فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٣٠﴾ فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَى أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ ﴿٣١﴾
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah kedua anak Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka, dan tidak diterima dari yang lain. Dia berkata, ‘Sungguh, aku pasti membunuhmu.’ Yang lain menjawab: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Jika engkau mengulurkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan mengulurkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb seluruh alam.’ Sungguh, aku ingin engkau kembali dengan dosa membunuhku dan dosamu sendiri, sehingga engkau menjadi penghuni neraka. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang zalim.’ Maka hawa nafsu anak Adam yang lain itu membujuknya untuk membunuh saudaranya, lalu dia membunuhnya, dan jadilah dia termasuk orang-orang yang rugi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak yang mengorek-ngorek tanah untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana seharusnya dia menutupi mayat saudaranya. Dia berkata, ‘Oh celakalah aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menutupi mayat saudaraku?’ Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang menyesal.” (QS. Al-Ma’idah: 27-31)
Maksudnya adalah ceritakan kepada manusia, dan beritahukan kepada mereka tentang kejadian yang terjadi pada kedua anak Adam dengan hak, bacaan sebuah kisah yang memberikan pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran, sebagai kebenaran yang tidak mengandung kebohongan, serius dan bukan main-main.
Tampak bahwa kedua anak Adam tersebut adalah anak kandungnya, sebagaimana ditunjukkan oleh konteks ayat dan pendapat mayoritas mufasir. Ceritakanlah kepada mereka tentang kisah keduanya ketika keduanya mempersembahkan kurban, yang kemudian menyebabkan kejadian seperti yang disebutkan dalam kisah ini.
Saat keduanya mempersembahkan kurban, masing-masing mengeluarkan sesuatu dari harta mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kurban diterima dari salah seorang, dan tidak diterima dari yang lain, dan mereka mengetahui hal itu melalui wahyu dari langit, atau dari kebiasaan yang sudah ada di kalangan umat-umat terdahulu, yaitu tanda diterimanya kurban oleh Allah adalah turunnya api dari langit yang membakar kurban tersebut.
Anak yang kurbannya tidak diterima berkata kepada saudaranya dengan penuh dengki dan kebencian, “Sungguh, aku akan membunuhmu.” Saudaranya menjawab dengan lembut, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” Seolah-olah dia berkata apa dosaku dan kesalahanku yang membuatmu ingin membunuhku, kecuali karena aku bertakwa kepada Allah, yang di mana takwa kepada Allah adalah kewajiban bagi diriku, dirimu, dan setiap orang?!
Pendapat yang paling sahih dalam menafsirkan “orang-orang yang bertakwa” di sini adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dalam tindakan tersebut, dengan melakukannya ikhlas karena Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya ﷺ.
Kemudian dia berkata kepada saudaranya bahwa dia tidak bermaksud membunuhnya, baik sebagai permulaan maupun sebagai pembelaan diri, dengan mengatakan, “Jika engkau mengulurkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan mengulurkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.” Dia menekankan bahwa itu bukan karena kelemahan atau ketidakberdayaan, tetapi karena dia takut kepada Allah, Rabb seluruh alam.
Orang yang takut kepada Allah tidak akan berani melakukan dosa, apalagi dosa besar. Ini juga merupakan peringatan bagi saudaranya bahwa dia seharusnya bertakwa kepada Allah dan takut akan akibatnya.
“Sesungguhnya aku ingin engkau kembali dengan dosaku dan dosamu,” artinya jika harus memilih antara membunuh atau dibunuh, dia lebih memilih dibunuh, sehingga saudaranya akan memikul dosa dari kedua perbuatannya.
“Sehingga engkau menjadi penghuni neraka, dan itulah balasan bagi orang-orang yang zalim.” Ini menunjukkan bahwa membunuh adalah salah satu dosa besar yang menyebabkan seseorang masuk neraka.
Namun, saudaranya yang jahat itu tidak mendengarkan dan tidak mau berhenti. Hawa nafsunya terus memerintahkan untuk membunuh saudaranya yang seharusnya dia hormati, baik menurut syariat maupun menurut naluri manusia.
Akhirnya, dia membunuhnya dan menjadi termasuk orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat. Dia juga menjadi orang pertama yang memulai dosa pembunuhan, dan siapa pun yang melakukan kejahatan ini setelahnya, dia akan mendapatkan bagian dari dosanya sampai hari kiamat.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih, bahwa setiap jiwa yang dibunuh, setengah dari darahnya akan dibebankan kepada anak Adam yang pertama, karena dia adalah orang pertama yang memulai kejahatan pembunuhan.
Setelah dia membunuh saudaranya, dia tidak tahu harus berbuat apa terhadap jenazahnya, karena itu adalah kematian pertama di antara anak-anak Adam.
Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak yang mengais-ngais tanah untuk menunjukkan kepadanya bagaimana cara menguburkan jenazah saudaranya. Gagak itu mengubur gagak lain yang sudah mati. Allah menunjukkan kepadanya bagaimana seharusnya dia menutupi jenazah saudaranya, karena tubuh orang yang sudah mati adalah aib (harus ditutupi). Lalu dia menjadi orang yang menyesal. Begitulah akibat dari perbuatan dosa, penyesalan dan kerugian yang akan menimpa pelakunya.