mim.or.id – Kisah Nabi Adam ‘Alaihissalam Bapak Umat Manusia (Bag. 1)
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly
Penciptaan Adam ‘Alaihissalam: Khalifah di Bumi
Ketika kebijaksanaan yang sempurna, ilmu yang meliputi segala sesuatu, serta rahmat yang luas dari Allah menghendaki penciptaan Adam, bapak umat manusia, yang dimuliakan oleh Allah melebihi banyak makhluk yang Dia ciptakan, Allah memberitahukan para malaikat seraya berfirman,
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi” (QS. Al-Baqarah: 30), yaitu yang akan menggantikan makhluk-makhluk sebelumnya yang hanya diketahui oleh-Nya. Mereka (para malaikat) berkata,
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
“Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?”
(QS. Al-Baqarah: 30).
Hal ini mereka katakan sebagai bentuk pengagungan kepada Rabb mereka, serta penghormatan kepada-Nya, mengisyaratkan kemungkinan bahwa makhluk yang diciptakan ini mungkin menyerupai perilaku makhluk-makhluk sebelumnya, atau Allah telah memberitahukan mereka tentang penciptaan Adam dan apa yang akan terjadi dari sebagian keturunannya yang durhaka. Allah menjawab kepada malaikat,
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui” (QS. Al-Baqarah: 30), karena ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan Dia mengetahui manfaat dan maslahat yang tak terhitung jumlahnya yang akan muncul dari makhluk ini.
Allah pun mengenalkan diri-Nya kepada malaikat dengan kesempurnaan ilmu-Nya, dan wajib bagi makhluk-Nya untuk mengakui keluasan ilmu dan kebijaksanaan-Nya, yang salah satunya adalah bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu tanpa tujuan atau tanpa hikmah.
Kemudian Allah menjelaskan kepada malaikat secara rinci, dengan menciptakan Adam langsung dengan tangan-Nya sendiri sebagai bentuk pemuliaan di atas semua makhluk. Dia mengambil segenggam tanah dari seluruh penjuru bumi, yang terdiri dari bagian yang mudah dan hazn (bagian yang keras dan kasar), baik dan buruk, agar keturunannya mewarisi sifat-sifat ini. Awalnya, Adam diciptakan dari tanah, lalu Allah menambahkan air sehingga menjadi tanah liat.
Ketika air lama tertahan di atas tanah liat, tanah tersebut berubah menjadi lumpur hitam yang disebut hamā’ masnūn yaitu tanah liat hitam yang telah berubah. Kemudian Allah mengeringkannya setelah membentuknya, sehingga menjadi seperti tembikar yang bersuara nyaring. Dalam tahap-tahap ini, tubuh Adam hanyalah jasad tanpa roh. Ketika penciptaan jasadnya sempurna, Allah meniupkan roh ke dalamnya, sehingga jasad yang sebelumnya benda mati berubah menjadi makhluk hidup yang memiliki tulang, daging, urat, pembuluh darah, dan roh yang merupakan hakikat manusia. Allah mempersiapkan Adam untuk menerima segala ilmu dan kebaikan. Kemudian Allah menyempurnakan nikmat-Nya dengan mengajarkan kepada Adam nama-nama segala sesuatu.