spot_img

Kisah Nabi Hud ‘Alaihissalam

mim.or.id – Kisah Nabi Hud ‘Alaihissalam
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly

Allah Ta’ala mengutus Hud ‘alaihissalam kepada kaumnya, yaitu kaum ‘Ad yang pertama tinggal di Al-Ahqaf(1) – sebuah wilayah berpasir di Hadramaut-, karena mereka telah banyak berbuat kejahatan dan bersikap sombong terhadap hamba-hamba Allah. Mereka berkata,

وَقَالُوا۟ مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً

“Siapakah yang lebih kuat daripada kami?” (QS. Fushilat: 15). Dengan sikap kemusyrikan mereka kepada Allah dan penolakan terhadap para Rasul-Nya, maka Allah mengutus Hud ‘alaihissalam untuk mengajak mereka menyembah Allah Ta’ala saja dan melarang mereka dari kesyirikan serta kesombongan terhadap sesama hamba.

Hud ‘alaihissalam mengajak mereka dengan segala cara, mengingatkan mereka atas berbagai nikmat dunia yang Allah berikan, keluasan rezeki, dan kekuatan. Namun, mereka menolak seruannya dan menyombongkan diri dengan mengatakan,

مَآ أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا فَأْتِ بِـَٔايَةٍ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

“Kamu hanyalah manusia seperti kami, datangkanlah bukti jika kamu memang orang yang benar.” (QS. Asy-Syu’ara: 154). Mereka berdusta terhadap pernyataan ini, karena setiap nabi selalu diberi mukjizat oleh Allah Ta’ala, yang dengannya manusia dapat beriman.

Walaupun tidak ada bukti mukjizat lain dari para Rasul maka agama yang mereka bawa sendiri adalah bukti besar dari Allah Ta’ala karena penuh hikmah, teratur dalam kebaikan untuk setiap zaman, serta kebenaran berita dan ajaran untuk setiap kebaikan dan larangan atas segala keburukan. Setiap Rasul membenarkan yang datang sebelumnya dan menjadi saksi atas kebenarannya, serta diteruskan oleh Rasul berikutnya.

Salah satu mukjizat khusus Hud ‘alaihissalam adalah keberaniannya untuk berdiri sendiri dalam dakwahnya, mengkritik pikiran mereka, menyalahkan keyakinan mereka, dan mengkritik berhala-berhala mereka, meskipun mereka adalah kaum yang penuh kekuatan dan kekuasaan.

Mereka menakut-nakuti Nabi Hud ‘alaihissalam dengan berhala-berhala mereka, mengatakan bahwa jika dia tidak berhenti, dia akan ditimpa kegilaan atau keburukan. Namun, Hud ‘alaihissalam menantang mereka secara terbuka dan berkata,

إِنِّىٓ أُشْهِدُ ٱللَّهَ وَٱشْهَدُوٓا۟ أَنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ * مِن دُونِهِۦ ۖ فَكِيدُونِى جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنظِرُونِ * إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya aku mempersaksikan Allah, dan saksikanlah olehmu bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sekutukan selain dari-Nya. Maka, jalankanlah tipu dayamu terhadapku semuanya dan janganlah kamu beri aku tangguh. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus.” (QS. Hud: 54-56).

Maka mereka tidak mampu mencelakainya.

Betapa besarnya tanda kekuasaan Allah Ta’ala dalam tantangan ini terhadap mereka yang begitu bersemangat memadamkan dakwahnya dengan segala cara. Ketika kesombongan mereka mencapai puncaknya, Hudpun ‘alaihissalam  berpaling dari mereka dan memperingatkan mereka akan turunnya azab.

Azab tersebut pun datang dari arah cakrawala pada saat mereka sedang sangat membutuhkan hujan, dan saat mereka bersuka cita menyambutnya, mereka berkata,

هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا

“Ini adalah awan yang akan membawa hujan bagi kita.” (QS. Al-Ahqaf: 24).

Namun, Allah Ta’ala berfirman,

بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِ

“Bukan! Itulah azab yang kamu minta agar segera datang.” (QS. Al-Ahqaf: 24)

Karena ucapan kalian,

فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

“Datangkanlah azab yang kamu janjikan kepada kami jika kamu benar.” (QS. Al-Ahqaf: 22).

رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ * تُدَمِّرُ كُلَّ شَىْءٍۭ

“Angin yang membawa azab yang pedih, menghancurkan segala sesuatu” (QS. Al-Ahqaf: 24-25) yang dilaluinya.

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى ٱلْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

“Angin tersebut dikirimkan kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari berturut-turut, dan kamu akan melihat kaum itu tergeletak mati seakan-akan mereka batang-batang pohon kurma yang lapuk” (QS. Al-Haqqah: 7).

فَأَصْبَحُوا۟ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا مَسَٰكِنُهُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْقَوْمَ ٱلْمُجْرِمِينَ

“Sehingga yang terlihat hanyalah reruntuhan rumah-rumah mereka. Demikianlah Kami membalas kaum yang berdosa.” (QS. Al-Ahqaf: 25).

Setelah sebelumnya mereka menikmati kehidupan yang gemilang, kemuliaan yang besar, dan berbagai kemudahan hidup, serta mereka ditakuti oleh bangsa-bangsa dan suku-suku sekitar, Allah Ta’ala mengirimkan kepada mereka angin yang sangat dingin dan bergemuruh selama beberapa hari yang celaka untuk merasakan azab yang menghinakan di dunia ini, dan azab akhirat lebih hina, dan mereka tidak akan mendapatkan pertolongan.

وَأُتْبِعُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ أَلَآ إِنَّ عَادًا كَفَرُوا۟ رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُودٍ

“Mereka diikuti dalam kehidupan dunia ini dengan kutukan, dan di Hari Kiamat. Ketahuilah bahwa kaum ‘Ad telah ingkar kepada Tuhan mereka. Ketahuilah bahwa ‘Ad, kaum Hud, telah jauh dari rahmat Allah.” (QS. Hud: 60).

Allah Ta’ala menyelamatkan Hud ‘alaihissalam dan orang-orang beriman yang bersamanya.

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda kekuasaan Allah.” (QS. Asy-Syu’ara: 139), yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah, memuliakan para Rasul dan pengikutnya, dan menolong mereka di dunia dan pada hari kesaksian.

Ini juga menjadi tanda untuk membatalkan kesyirikan, menunjukkan bahwa akibatnya adalah seburuk-buruknya akibat, serta tanda atas kebangkitan kembali pada hari kiamat.

(1) Al-Ahqaf adalah bentuk jamak dari ‘حِقْفُ’ yang berarti bukit pasir miring. Di sini, yang dimaksud adalah lembah antara Oman dan tanah Mahrah menurut Ibnu Abbas. Ada juga yang berpendapat bahwa Al-Ahqaf adalah hamparan pasir antara Oman dan Hadramaut.

Sebelumnya: Faedah dari Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam
Selanjutnya: Faedah dari Kisah Nabi Hud’Alaihissalam

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.