spot_img

Kisah Nabi Musa dengan Khadir Sesi 5

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan sampai ketika keduanya tiba pada sebuah kampung keduanya lapar dan ingin makan, keduanya minta untuk dijamuh oleh penduduk kampung itu tapi penduduk kampung ini rata – rata penduduknya kikir tidak mau menjamuh keduanya padahal mereka kelaparan, jika ada ibnu sabil yang terpaksa mengambil barang orang karena tidak memiliki lagi perbekalan maka itu halal baginya jika tidak ada jalan sama sekali, ini disebutkan dalam hukum fiqih namun jangan dibuka lebar – lebar nanti salah digunakan.

Tidak ada yang memberikan makanan dan minuman kepada kedunya, mereka terus berjalan sampai keduanya mendapati dikampung itu sebuah dinding yang hampir rubuh, keduanya kemudian menegakkan dinding rumah yang hampir rubuh itu, jadi Musa dan Khadir menegakkan kedua dinding tersebut setelah itu Khadir langsung pergi meninggalkan tempat itu Musa kemudian berkata yang disebutkan dalam firman Allah:

فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا

“Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”. (QS. Al-Kahfi: 77).

Jadi seakan akan Musa berkata”Kita tidak dijamuh oleh penduduk kampung ini tapi kita sudah membantu salah satu penduduk dari mereka dan menegakkan dinding yang rubuh minimal mereka memberikan kepada kita upah dari apa yang kita kerjakan tadi supaya kita membeli makanan, kita sudah capek dan berkeringat”.

Namun Khadir berkata:

قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

“Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS. Al-Kahfi: 78).

Tetapi sebelum berpisah Khadir menjelaskan ta’wil dari peristiwa yang dilalui oleh keduaya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا

“Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera”. (QS. Al-Kahfi: 79).

Jadi sebelum berpisah Khadir menjelaskan itu agar kemudian tidak ada prasangka buruk dari dalam diri Musa, ini pentingnya tabayyun bukan hanya orang yang tabayyun kepada kita akan tetapi kita menjelaskan sesuatu yang nanti orang salah sangka, oleh karenanya Nabi ketika I’tikaf dijenguk oleh istrinya yang bernama Shofiyah Radhiyallahu ‘anha Nabi hendak mengantarnya pulang kerumahnya karena sudah malam akhirnya Nabi keluar mengantar Shofiyah, ditengah jalan ada 2 orang sahabat yang melihat Rasulullah bersama dengan Shofiyah begitu keduanya melihat Rasulullah keduanya lari, Nabi kemudian lari dan mengejarnya dan berkata:”Berhenti kalian berdua, ketahuilah sesungguhnya wanita yang bersamaku ini adalah Shofiyah bukan siapa – siapa”, keduanya mengatakan:”Ya Rasulullah bagaimana mungkin kami ragu kepada anda“. Rasulullah berkata:”Saya tidak mengkhawatirkan itu tetapi syaithan itu berjalan dalam tubuh manusia pada peredaran darahnya“. Kata ulama kita yang dikhawatirkan oleh Nabi jangan sampai ada sedikit keraguan di dalam hati mereka yang menyebabkan mereka kufur kepada Allah karena ragu kepada Rasul itu berbahaya, makanya Nabi yang langsung menjelaskan walaupun tidak diminta oleh mereka, inilah pentingnya yang disebut dengan tasabbuts dan tabayyun.

Oleh karena itu jika ada ikhwah yang tiba – tiba kita lihat dijalan sedang membonceng perempuan jangan langsung disebar harus tabayyun terlebih dahulu jangan sampai wanita itu adalah neneknya atau saudaranya, boleh jadi ketika tidak tabayyun maka pada akhirnya kita menyesal dengan apa yang kita lakukan.

Khadir menjelaskan:“Adapun perahu yang saya lubangi itu ketahuilah disebrang lautan tempat yang hendak kita tuju disana ada raja yang dzalim dan raja yang dzalim ini merampas perahu milik rakyatnya dan perahu yang dirampas itu adalah perahu yang baik – baik, makanya saya sengaja melubangi sedikit perahu ini agar ditambal kembali oleh pemiliknya sehingga ketika sang raja melihatnya perahu ini ada aibnya maka dia tidak jadi ambil makanya saya kasihan pada pemilik perahu itu”.

Musa berkata:”Lalu bagaimana dengan anak kecil yang engkau bunuh”. Khadir berkata:

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا

“Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran”. (QS. Al-Kahfi: 80).

Ini menunjukkan bahwasanya beliau Nabi karena mendapatkan wahyu dari Allah, Allah sudah menyampaikan kepada Khadir bahwasanya anak ini jika sudah dewasa atau besar maka dia durhaka kepada kedua orang tuanya dan membuat orang tuanya ini tersiksa dan orang tuanya adalah orang yang sholeh daripada dia nanti masuk neraka lebih baik dia dimatikan agar tempatnya di surga, mungkin orang tuanya sedih dengan kematian anaknya tetapi tidak mendapatkan kedurhakaan anak ini pada keduanya ketika telah dewasa, jadi Khadir telah mendapatkan wahyu dari Allah Subhananhu wata’ala dan pelajaran positif yang bisa kita ambil terutama bagi ikhwah yang sudah menikah dan belum dikaruniai keturunan jangan berburuk sangka kepada Allah, boleh jadi ketika tidak punya anak lebih baik dan Allah yang lebih tahu makanya diakhir surah Asy-Syura Allah berfirman:

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ , أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا ۖ وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Asy-Syura: 49-50).

Seakan Allah hendak menyampaikan kepada kita:”Wahai hambaku aku maha kuasa memberikan sebagaimana yang kalian inginkan tapi aku yang lebih tahu apa yang terbaik untukmu“, karena betapa banyak orang yang sekarang ini punya anak dia berharap andaikan dia tidak punya anak, bahkan ada yang tidak mengakui anaknya, dia mengeluarkan anaknya dari kartu keluarga.

Terakhir adapun dinding rumah yang ditegakkan itu milik 2 anak yatim dan dibawah dinding yang rubuh itu ada harta warisan peninggalan kedua orang tuanya, keduanya ini adalah orang yang sholeh sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS. Al-Kahfi: 82).

Disini faidah jika kita menginginkan kasholehan buat anak-anak kita maka mulailah pada diri kita, disinilah mengapa salah seorang sahabat bernana Ibnu Mas’ud Radhyallahu anhu ketika beliau qiyamullail dan anaknya sedang tidur didekatnya setiap kali beliau hendak menyelesaikan qiyamullailnya ia menengok melihat wajah anaknya maka dia berdiri lagi bertakbir menambah rakaatnya ia berkata kepada anaknya yang masih kecil:”Ini semua untukmu wahai anakku”. Oleh karenanya jika kita ingin anak – anak kita dijaga maka jagalah Allah Subhanahu wata’ala.

Bahkan sebagian buku tafsir menyebutkan bahwasanya kedua orang tua dari anak yatim ini bukan bapak dan ibunya secara langsung tetapi kakeknya yang ke 7, lihatlah bagaimana Allah menjaga keturunannya inilah makna jagalah Allah maka Allah akan menjagamu sampai pada keturunan dan seterusnya.

Coba lihat bagaimana Allah memperjalankan 2 Nabi yang mulia untuk membetulkan 2 dinding anak yatim ini mengapa keduanya membetulkan dinding rumah milik anak yatim ini karena jika dibiarkan rubuh dikhawatirkan datang penduduk kampung memperbaiki dan menggali kembali pondasinya maka dia mendapati harta itu kemudian dia ambil, mengapa mereka mengambil harta tersebut karena mereka adalah orang yang kikir dan biasanya orang yang kikir itu rakus apa buktinya Nabi Musa dan Khadir tidak dijamu mereka minta makan tapi tidak diberi, oleh kerenanya keduanya membetulkan dinding yang rubuh tersebut agar harta milik anak yatim tersebut terjaga sampai ketika mereka dewasa mereka mengambil harta warisan tersebut.

Khadir berkata:”Dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. Maka berakhirlah perjalanan Khadir dan Musa dengan berbagai faidah yang Allah Subhanahu wata’ala sengaja kisahkan dalam surah Al-Kahfi yang kita baca setiap pekannya agar kemudian kita mengambil ibrah dan pelajaran di dalamnya, semoga Allah Subhanhau wata’ala mengumpulkan kita di surga dan mendengarkan langsung kisahnya dari kedua Nabi yang mulia ini.    

………………………………………………

Wallahu a’lam bisshowab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis, 22 Rabiul Akhir 1441 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.