spot_img

Kisah Sebuah Toga Wisuda

Laila tidak pernah mengenal kuttab [1] desa seperti kebanyakan anak-anak. Karena ia adalah anak seorang tuan besar. Ayahnya menganggapnya sebagai “primadona” rumah mereka. Ia biasa memandang ke arah desa dan anak-anak di sana dari sebuah “menara gading”. Ia telah membuat sebuah pembatas psikologis yang menakutkan dengan anak-anak itu. Pagar istananya yang tinggi itu menggambarkan kesombongan para penghuninya…

Ayah Laila menyewakan seorang guru bahasa asing untuk Laila. Sedangkan soal pakaian, maka pakaiannya khusus didatangkan dari Pierre Cardin dan Cristian Dior…Lalu Sekolah Saint George adalah tempat belajar pertamanya.

Laila tumbuh semakin dewasa. Ia benar-benar telah terwarnai dan dipenuhi dengan kekaguman pada peradaban Barat. Dan ketika ia mendapatkan beasiswa dari kampus untuk berangkat ke Sorbonne, judul tesis yang ia pilih adalah “Urgensi Pemikiran Barat dalam Membangun Peradaban Manusia”!!! Dan ia berhasil menyelesaikannya.

Selama 4 tahun di Sorbonne, ia berhasil menyelesaikan tesisnya…Tidak terbayangkan, betapa sering ia bermimpi memasuki acara wisuda kelulusannya, toga wisuda dan foto kenang-kenangannya…Ah, kini tiba waktunya untuk membeli pakaian dan toga wisuda untuk momen terpenting di sepanjang sejarah studinya…

Ia turun ke jalan-jalan Kota Paris untuk membeli pakaian dan toga wisudanya…dan saat ia berjalan pulang, ia singgah menemui sahabatnya, Anne, agar ikut serta merasakan kegembiraannya. Entah mengapa, Anne tiba-tiba bertanya padanya:

“Apakah engkau tahu, wahai Lailah, kisah asal-muasal toga ini?”

 “Tidak…Aku tidak pernah bertanya pada diriku sendiri sekalipun tentang itu. Yang aku tahu adalah bahwa ini merupakan salah satu budaya Barat…,” jawab Laila.

“Tidak, Laila…Dahulu universitas-universitas Andalusia yang muslim pernah menjadi pusat-pusat ilmu dan peradaban di Barat. Para lulusannya –yang merupakan orang-orang Barat- dengan bangga mengenakan jubah Arab yang mirip dengan pakaian wisuda ini, agar mereka bisa dibedakan dan dianggap sebagai bagian dari kalangan istimewa di tengah masyarakat Eropa dengan ilmu dan peradaban yang telah mereka pelajari dari para sarjana-sarjana Muslim. Hingga akhirnya pakaian itu kemudian menjadi budaya Barat,” papar Anne.

Jawaban itu seperti sebuah hantaman keras bagi Laila! Yah, dia yang telah menghabiskan hidupnya sejak kecil dalam pelukan sekolah-sekolah berpemikiran Barat…sejak “Saint George” hingga “Sorbonne”.

Laila mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata: “Jadi dari kami semuanya berasal??! Kami-lah yang menjadi pondasi peradaban manusia??!

Ia teringat pada kata-kata neneknya: “Wahai anakku, kepribadian Islam itu adalah kepribadian yang lurus.”

Laila kembali dari Sorbonne dengan membawa ijazah magisternya…namun hatinya sesak mengingat kekuasaan Andalusia yang hilang…sesak karena telah melewati tahun-tahun yang panjang untuk meneliti tentang urgensi pemikiran Barat…

Laila akhirnya kembali tapi dengan pemikiran yang baru, dan sebuah misi baru. Misi itu adalah bagaimana mengajari mahasiswi-mahasiswinya di Universitas tentang urgensi pemikiran Islam dalam membangun peradaban kemanusiaan…dan bagaimana menghindarkan anak-anak kita dari sisi-sisi negatif yang selama ini kita terjatuh di dalamnya.

Laila akhirnya kembali dan ia tidak lagi pernah memandang kuttab-kuttab itu dari menara gadingnya. Ia kini memandangnya dengan pandangan penuh penghormatan dan penghargaan…

Hari-hari berlalu. Laila kini telah menikah. Dan ia akhirnya mengirim anak-anaknya belajar di kuttab itu, agar mereka kelak dapat mengembalikan kejayaan nenek moyang mereka…al-Ghafiqi dan Ibnu Ziyad [2].


Alih Bahasa:
Muhammad Ihsan Zainuddin
Pembina https://kuliahislamonline.com
Sumber: Qashash Mu’atstsirah Jiddan Lil Fatayat


[1] Kuttab adalah semacam sekolah-sekolah dasar di negeri-negeri Islam yang mengajarkan membaca dan menghafal al-Qur’an, menulis dan membaca (penj).

[2] Keduanya adalah tokoh penting yang berperan di Andalus (penj).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.