spot_img

Kitabul Jami’, Hadist Ke 9 Adab Memberi Salam Kepada Non Muslim Sesi 2

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kemudian Rasulullah bersabda: …..Dan jika kalian bertemu dengan mereka dijalan maka buatlah mereka tergeser ke jalan yang sempit“. (HR. Imam Muslim).

Islam adalah agama yang paling tinggi dan tidak ada agama yang lebih tinggi dari islam Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Mai’dah : 54).

Adapun di zaman sekarang terbalik jika disebutkan orang – orang kafir atau negara kafir hati kita bergetar dan takut sebagaimana jika disebut Amerika maka kita akan mengambarkan sebuah negara yang kuat dengan adidayanya padahal tidak ada yang kuat selain Allah Subhanahu wata’ala, ketahuilah sesungguhnya kehinaan yang didapatkan oleh kaum muslimin disebabkan karena mereka sendiri yang meninggalkan agamanya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ

“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi, kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma).

Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda:

تَدَاعَى عَلَيْكُمْ اْلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا قَالُوْا : أَمَنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ : لاَ، أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيُننَزِّ عَنَّ اللَّهُ الرَّهْبَةَ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ لَكُمْ، وَلَيُقْذِ فَنَّ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ، قَالُوْا : وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Telah berkumpul umat-umat untuk menghadapi kalian, sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul menghadapi piringnya”. Mereka berkata:”Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah ? Beliau menjawab:”Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn”. Mereka berkata:”Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab:”Cinta dunia dan takut akan mati”. (HR. Abu Daud (4297), Ahmad (5/287), dari hadits Tsaubah Radhiyallahu anhu, dan dishahihkan oelh Al-Albani dengan dua jalannya tersebut dalam As-Shahihah (958).

Segala sesuatu yang kita miliki dirampas dan direbut padahal jumlah kita mayoritas sampai – sampai seorang sahabat bertanya:“Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah ? Beliau menjawab:”Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian”,

Dahulu jika Rasulullah ingin menaklukkan suatu daerah baru satu bulan perjalanan bersama dengan para sahabat, kemudian kabar kedatangan beliau diketahui oleh musuh maka musuh sudah takut lebih dahulu bahkan mereka terkadang meninggalkan kampung halamannya sebelum Rasulullah datang ditempat tersebut, oleh karenanya rampasan perang ada 2 yaitu Ghanimah:”Rampasan yang didapatkan setelah perang atau yang didapatkan ketika menang dalam perang dan yang kedua adalah Al Fay, Al Fay adalah rampasan perang atau Ghanimah yang didapatkan tanpa peperangan disebabkan karena musuh ketakutan sehingga meninggalkan kampungnya, Rasulullah bersabda:
Saya diberikan kemenangan sebulan sebelum berjumpa dengan musuh”, hal ini terjadi di zaman Rasulullah dan para sahabat, adapun di zaman sekarang rasa takut telah dicabut dari dada – dada musuh kaum muslimin, dalam lanjutan hadist Rasulullah bersabda:”Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn”. Mereka berkata:”Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab:”Cinta dunia dan takut akan mati”. Banyak orang muslim menjual agamanya disebabkan karena terlalu cinta dunia padahal dunia hanya sementara.

Mungkin ada yang bertanya:”Kita diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam jangan memulai memberi salam kepada orang yahudi dan orang nasrani lalu bagaimana dengan hadist yang memerintahkan kita untuk memberi salam kepada yang kita kenal dan kepada yang tidak kita kenal, bagaimana jika kita memberi salam sedangkan dia adalah non muslim padahal sebelumnya kita tidak tahu bahwa dia adalah non muslim”, jawab:Diantara tanda dan ciri hari kiamat sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam hadistnya:

أَنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ

“Sesungguhnya dekatnya hari kiamat yaitu memberikan salam kepada orang yang khusus (yang ia kenal-pent.)”. (HR. Ahmad).
Tanda ini telah Nampak di zaman ini, jika kita menghadiri pengajian dan kita mendengarkan hadist dalam pengajian tentang memberi salam kepada orang yang dikenal dan orang yang tidak dikenal, sehingga setiap kita berjumpa dengan orang kita memberi salam kepadanya apakah dia non muslim atau orang muslim, mungkin ada yang bertanya jangan sampai dia orang non muslim maka dari sini berlaku qaidah:”Asal dari seseorang itu kita hukumi sebagai seorang muslim”, adapun jika kita memberi salam kepada seseorang kemudian ia menjawab salam kita dengan lengkap dan fasih kemudian ada yang memberi tahu kepada kita bahwa orang tersebut adalah non muslim, jika kita telah tahu bahwa dia adalah non muslim maka ketika berjumpa dengannya di hari berikutnya kita tidak lagi mengucapkan salam kepadanya. Tetapi jika di negeri yang mayoritas kaum muslimin maka kita banyak mengucapkan salam bahkan kepada setiap orang yang kita jumpai kecuali di daerah yang kita kenal minoritas orang muslim maka kita berhati – hati dalam memberi salam.
Juga dalam masalah ini ketika kita berpergian kemudian ditengah jalan kita singgah untuk menunaikan shalat disebuah masjid dan kita dalam keadaan masbuk, setelah wudhu maka kita langsung ikut dibelakang imam masjid itu, jangan kemudian ketika orang sedang sholat kita tidak ikut bersamanya dan menunggu mereka sampai selesai sholat apalagi kita bertanya kepada orang apakah imamnya ahli tauhid dan tidak berbuat syirik serta bid’ah, pertanyaan yang seperti ini termasuk perbuatan berlebih-lebihan, olehnya ikut langsung dibelakangnya tanpa bertanya.
Begitupula ketika disugukan makanan oleh saudara kita berupa ayam kemudian kita bertanya apakah ayam ini disembelih dengan nama Allah, maka bertanya yang seperti ini termasuk berlebih-lebihan dan jika ada yang bertanya seperti ini jangan dihiraukan, karena sebagai seorang muslim jika makanan disugukan kepada kita kemudian kita tahu bahwa yang menyugukan makanan adalah orang muslim maka jangan lagi bertanya tentang makanan tersebut apakah halal atau haram karena ini termasuk diantara perkara yang berlebih- lebihan, olehnya ambil makanannya dan baca bismillah. Sama halnya dalam memberi salam jangan kemudian setiap berjumpa dengan orang kita bertanya kepadanya apakah anda seorang muslim atau non muslim untuk kita beri salam kepadanya atau tidak karena ini termasuk diantara perkara yang berlebih – lebihan kecuali yang kita telah tahu bahwa orang tersebut non muslim maka jangan memberi salam kepadanya.

Umar Radhiyallahu ‘anhu pernah bersama dengan para sahabat kemudian tiba waktu sholat, beliau berwudhu pada saluran air kemudian sahabat yang lain juga ikut berwudhu, namun ada salah seorang yang bertanya dengan berkata:”Wahai pemilik air, apakah ini halal”, Umar kemudian berkata:”Wahai pemilik air jangan jawab pertanyaannya”.

Wallahu a’lam Bish Showaab 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.