spot_img

Lidah Api Menjilat Bajuku

Untuk kalian semua aku menuliskan kalimat-kalimat ini…

Aku menulisnya dan Allah Mahatahu betapa aku sebenarnya tidak suka untuk menuliskannya…namun aku menuliskannya untuk kalian agar dapat menjadi pelajaran…

Aku tidak akan berbicara tentang seorang gadis yang dekat denganku…Gadis itu bukan ibu, saudari, bahkan sama sekali bukan sahabatku…Gadis itu adalah aku sendiri…

Benar sekali, kisah ini akulah pelaku utamanya…Peristiwa ini benar-benar terjadi pada diriku secara pribadi, dan ini menjadi sebab aku kembali kepada Allah. Dan inilah kisahku:

Waktu itu, aku masih di tingkat sekolah persiapan (kejuruan). Aku selalu meninggalkan shalat. Ia bagiku tidak penting dan aku tidak pernah menaruh perhatian terhadapnya…Aku mengerjakan dan tidak mengerjakannya pada saat yang sama…Aku berdiri menggerakkan tubuhku, namun demi Allah aku tidak tahu apa yang aku ucapkan dalam shalatku…

Di tingkat itu, aku begitu salah seorang guru wanitaku…Aku mencintainya hingga ia terus menjadi pengusik pikiranku. Jika aku berbicara, maka aku akan berbicara tentangnya. Jika aku menulis,maka aku akan menulis tentangnya…Bahkan jika aku tidur, ia akan selalu menjadi sosok tersendiri dalam mimpi-mimpuku…

Aku tidak akan berpanjang lebar kepada Anda…

Saat itu kami sedang menghadapi ujian untuk pelajaran yang diajarkan oleh ibu guru tersebut…Aku belajar…Lalu tiba-tiba aku sangat lapar dan ingin mencari sesuatu yang dapat dimakan. Aku pun pergi ke dapur…dan terjadilah musibah itu…

Aku tidak memperhatikan api mulai menjilat pakaianku, karena aku sibuk memikirkan ibu guru itu…

Ya, aku terbakar…tanganku, punggungku dan sebuah bagian rambutku…Benar sekali, api dunia telah menjilatku hingga meninggalkan bekas di tanganku; tangan yang selama ini aku perhatikan dan jaga keindahannya…dan kini ia telah terbakar…

Aku pun menyembunyikan diriku sepenuhnya…Ya, aku mulai menutupi diriku…aku telah merasakan api dunia…demi Allah, demi Allah, aku tidak lagi berani dekat-dekat dengan gas sejak hari itu. Bahkan menyalakan gas bagiku seperti sebuah ujian tes, bahkan lebih dari itu…di mana aku akan selalu gagal menyalakannya…dan aku tidak yakin akan dapat lulus darinya…

Saudaraku…

Aku tidak menuturkan kisahku ini untuk mendapatkan belas kasihan dari seorang pun…Aku tidak menceritakannya demi membanggakan bagaimana aku dulu…Aku mengisahkannya agar dapat menjadi pelajaran: Duhai, aku telah merasakan api dunia…demi Allah, aku hanya merasakannya beberapa detik…namun untuk mengobati bekas jilatannya, aku harus berobat selama 4 tahun dan itupun belum selesai…

Duhai, entah bagaimana jika itu adalah api neraka di akhirat…

Maka kisah ini aku tuliskan kepada kalian dan tidak ada yang aku harapkan selain doa kalian; semoga Tuhanku berkenan mengampuniku atas semua yang telah aku lakukan di tahun-tahun yang gelap itu…

Aku sendiri sekarang tidak mau lagi menyia-nyiakan kewajiban apapun. Aku pun selalu berusaha menunaikan shalat sunnah…Alhamdulillah

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kami sebagai pemilik hati yang keras…

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk Ashab al-Yamin; orang-orang yang menerima catatan amal mereka dengan tangan kanannya…

Ya Allah, bangkitkanlah kami bersama para nabi, shiddiqun, syuhada dan orang-orang shaleh…dan jadikanlah amal-amal kami selalu ikhlas karena Wajah-Mu, wahai Dzat yang Maha penyayang…

Alih Bahasa:
Muhammad Ihsan Zainuddin
Pembina https://kuliahislamonline.com
Sumber: Qashash Mu’atstsirah Jiddan Lil Fatayat

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.