spot_img

Meraih Cahaya dari Sabar dan Sholat

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

نْ أَبِي مَالِكٍ الحَارِثِ بنِ عَاصِم الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:) الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، والحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الميزانَ، وسُبْحَانَ اللهِ والحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ – أَو تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ والأَرْضِ، وَالصَّلاةُ نُورٌ، والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَو عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَو مُوبِقُهَا. رواه مسلم.

Dari Abi Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-‘Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:”Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Kebersihan (suci) itu sebagian dari iman, (ucapan) alhamdulillah memenuhi timbangan, (ucapan) subhanallah dan alhamdulillah memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi, shalat itu cahaya, sedekah itu burhan, sabar itu cahaya dan Al-Qur’an itu hujjah bagimu atau akan mejadi musuhmu. Setiap manusia bekerja, lalu ia menjual dirinya, kemudian perkerjaannya itu menyelamatkannya atau mencelakakannya”. (HR Muslim).

Beberapa Faedah dari Hadist

Dalam bahasa arab jika disebut (Atthuhuru) menggunakan dhoimma  maka yang dimaksudkan adalah perbuatannya ketika bersuci dan jika disebut (Atthahuru) dengan menggunakan fathah maka yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan untuk bersuci

Kalau Al Wudhu perbuatan seseorang ketika ia berwudhu adapun Al Wadhu dengan fathah adalah hal yang digunakan untuk bersuci. Inilah makna secara bahasa yang disebutkan oleh para ulama kita walaupun sebagian ulama meengatakan tidak ada bedanya semuanya dibaca dengan dhomma sebagaimana disebutkan oleh Al Khalil Ahmad Rahimahullah.

Sebagian ulama mengatakan yang maksud iman dalam hadist diatas adalah sholat sehingga menjadi kesucian separuh dari sholat makna ini disebutkan oleh banyak ulama karena penamaan lain dari sholat adalah Al Iman sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ

Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu”. (QS. Al-Baqarah : 143).

Iman dalam ayat diatas adalah sholat karena ayat ini turun ketika peristiwa kiblat dipalingkan dari Baitul Maqdis mengarah ke Ka’bah, lalu para sahabat bertanya bagaimana dengan sholat kami yang lalu dan bagaimana sholatnya orang – orang yang telah meninggal yang menghadap ke baitul maqdis Allah kemudian menurunkan ayat diatas. ayat ini juga menunjukkan begaimana Rasulullah senantiasa menyelisihi orang yahudi dalam beribadah sehingga orang yahudi menjadi geram ketika mereka mengetahui bahwa arah kiblat umat islam dipalingkan dari Baitul Maqdis ke Ka’bah karena orang yahudi mereka beribadah menghadap Baitul Maqdis.

Iman dan Islam

Iman jika disebutkan secara sendirian maka mancakup makna Islam, jika disebutkan Al-Islam secara sendirian maka ia mencakup makna Iman namun jika disebutkan Iman dan Islam secara berdampingan maka Iman di dalam hati dan Islam perbuatan anggota tubuh. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa dalil.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19).  Ayat ini mencakup semua yang berkaitan dengan iman, aqidah, tauhid begitupula dengan ayat yang telah kita sebutkan diatas “Allah tidak akan menyia – menyiakan imanmu” ayat ini mencakup islam namu jika disebutkan secara berdampingan maka masing – masing memiliki makna yang berbeda inilah yang disebut oleh para ulama:“2 kata yang jika berkumpul berpisah, jika berpisah dia berkumpul”.

Sebab Azab Kubur yang Dianggap Remeh

Jadi Allah mengatakan kebersihan sebagian dari iman karena Allah tidak menerima sholat tanpa bersuci dan orang yang junud kemudian tidak mandi junub maka tidak diterima sholatnya oleh Allah Subhanahu wata’ala dan diantara sebab azab kubur yang paling banyak adalah ketika seseorang tidak suci dari istinja (membuang kotoran) sebagaimana disebutkan dalam hadist:

مَرَّ النَّبِيُّ n بِقَبْرَينِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَا فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Nabi melewati dua kuburan. Beliau bersabda:”Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan tidaklah keduanya diazab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia”. Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya:”Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?”, Beliau menjawab:”Mudah-mudahan diringankan azab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering”. (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas).

Bukan suatu perkara yang besar maksudnya adalah sesuatu yang remeh yang dianggap ringan oleh manusia, Dalam hadist lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ  صلى الله عليه وسلم اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ, فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْهُ – رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيّ

وَلِلْحَاكِمِ: – أَكْثَرُ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْ اَلْبَوْلِ – وَهُوَ صَحِيحُ اَلْإِسْنَاد ِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Bersihkanlah diri dari kencing. Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas kencing tersebut”. (HR. Ad Daruquthni) dalam riwayat Hakim “Kebanyakan siksa kubur gara-gara (bekas) kencing”. Sanad hadits ini shahih.

Terkadang sebagian manusia ketika menempuh perjalanan jarak jauh antar kota kebanyakan diantara mereka kita temukan membuang air kecil dipinggir jalan sambil berdiri tanpa membersihkan, padahal hal ini merupakan perbuatan yang dianggap remeh yang cukup menjadi azab yang pedih dialam kubur.

Kesucian Secara Hissiyah dan Maknawiyah

Makna yang lain dari kesucian diatas adalah kesucian secara hissiyah maupun maknawiyah, Islam memerintahkan kepada kita untuk memperhatkan 2 hal ini. Allah menyebutkan dalam ayat tentang orang musrik najis, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَٰذَا ۚ وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah : 28). Sebagian ulama mengatakan najis yang dimaksud dalam ayat diatas  adalah najis yang sifatnya hissiyah yaitu badan mereka najis mengapa demikian karena ketika mereka junub mereka tidak mandi junub, pendapat ini adalah pendapat yang lemah. Adapun pendapat yang shahih najis yang dimaksud adalah aqidahnya adapun jazadnya tidak najis dengan dalil, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah makan hidangan salah seorng wanita khaibar dan beliau memakan makanan tersebut, andaikan jazad mereka najis maka beliau tidak akan makan dari hidangan seorang wanita yang meracuni beliau.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim yang beriman kita diperintahkan untuk mensucikan diri baik secara hissiyah maupun maknawiyah atau secara dhahir maupun batin karena Allah memerintahkan Nabinya dari hal tersebut, segaimana dalam firman Allah yang artinya:

Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!, Dan Tuhanmu agungkanlah!, Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah”. (QS. Al-Mudatsir :1-6).  Ulama kita mengatakan ayat ini meresmikan Muhammad menjadi Nabi untuk menyampaikan risalah adapun ayat “Iqra bismirabbikal ‘ala” meresmikan muhammad menjadi Rasul, jadi Rasulullah diperintahkan untuk Qiyamullail diakhir ayat mengatakan dan pakaianmu sucikan bermakna secara dhahir adapun yang sifatnya batin adalah mensucikan diri dari kesyirikan, penyakit –penyakit hati, dll.

Islam Menganjurkan Bersuci

Islam sangat memerintahkan kepada kita untuk bersuci dan senantiasa bersih, bahkan Rasulullah sebelum beliau masuk ke dalam rumahnya amalan yang ia lakukan adalah bersiwak, beliau memperhatikan penampilannya bahkan beliau pernah melihat seorang sahabat dengan rambut yang berantakan beliau berkata:”Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu untuk merapikan rambutnya“, Begitula sebagian sahabat ada yang menggunakan pakaian lusuh padahal ia mampu Nabi lalu berkata kepadanya:”Allah senang melihat sisa nikmat yang engkau kenakan”, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu pernah mematuk –matuk rambutnya didepan cermin ketika beliau ditanya ia mengatakan:”Saya senang berdandan untuk sitriku, sebagaimana saya senang ketika istriku berdandan untukku”. Jadi jangan kita menganggap islam adalah agama yang kumuh dan lusuh. Dalam hadist disebutkan:

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: ” نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْلِ الْبَصَلِ، وَالْكُرَّاثِ، فَغَلَبَتْنَا الْحَاجَةُ فَأَكَلْنَا مِنْهَا، فَقَالَ: مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ الْمُنْتِنَةِ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ الإِنْسُ “

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang memakan bawang merah dan bawang putih. Lalu ada satu keperluan yang menyebabkan kami memakannya. Beliau bersabda:”Barangsiapa yang memakan tanaman yang busuk baunya ini, maka janganlah mendekati masjid kami. Karena malaikat rahmat merasa terganggu sebagaimana manusia merasa terganggu (oleh bau busuknya)”. (HR. Muslim no. 563). Dalil ini mewakili segala yang berbau yang tidak disukai dan disenangi oleh manusia.

Jadi Keimanan kata para ulama ada yang sifatnya takliyah (berlepas dari kesyirikan dan semisalnya) dan ada tahliyah (perhiasan) menghiasi diri dengan amalan yang menambah keimanan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Bersambung (Meraih Cahaya dari Sabar dan Sholat Sesi 2)

Wallahu A’lam Bish Showaab



Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Jumat, 09 Muharram 1438 H

Fanspage : Harman Tajang

Kunjungi Media MIM:
Fans page: https://www.facebook.com/markaz.imam.malik.makassar/

Website : https://mim.or.id

Youtube : https://www.youtube.com/c/MimTvMakassar

Telegram : https://telegram.me/infokommim

Instagram : https://www.instagram.com/markaz_imam_malik/

ID LINE :  http://line.me/ti/p/%40nga7079p

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.