spot_img

Nabi Nuh ‘alaihissalam dan Anaknya serta Keturunannya

mim.or.id – Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam (Bag. 4)
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly

Di tengah keadaan yang mencekam itu, Nabi Nuh ‘alaihissalam  melihat anaknya yang kafir, yang masih mengikuti keyakinan kaumnya. Anaknya menjauh dari ayahnya, bahkan dalam situasi seperti ini. Nabi Nuh ‘alaihissalam  melihat anaknya melarikan diri dari air yang mengalir deras, seperti halnya kaumnya. Maka dengan penuh kasih sayang, Nabi Nuh ‘alaihissalam  memanggilnya dan berkata,

يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ

“Wahai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang yang kafir” (Hud: 42).

Namun, kesombongan anaknya terus berlanjut, bahkan dalam situasi di mana kebenaran seharusnya sangat jelas bagi hati yang terbuka. Anaknya berkata,

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ

“Aku akan pergi ke gunung yang akan melindungiku dari air” (Hud: 43).

Mereka tidak pernah membayangkan bahwa air akan naik melebihi puncak gunung. Nabi Nuh pun menjawab,

قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ

“Tidak ada yang dapat melindungi hari ini dari ketetapan Allah, kecuali orang yang dirahmati-Nya” (Hud: 43).

Tidak ada gunung, benteng, atau apapun yang bisa melindungi kecuali dengan rahmat Allah. Dan rahmat-Nya pada saat itu hanya terletak pada menaiki kapal bersama Nabi Nuh.

وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ

“Ombak besar datang menghalangi mereka berdua (Nuh dan anaknya)” (Hud: 43), dan akhirnya anaknya termasuk orang-orang yang tenggelam.

Allah Ta’ala menenggelamkan semua orang kafir dan menyelamatkan Nabi Nuh ‘alaihissalam  serta semua orang yang bersamanya.

Ini menjadi tanda bahwa apa yang dibawa Nabi Nuh, berupa tauhid, risalah, kebangkitan, dan agama, adalah kebenaran. Siapa yang menentangnya, maka dia berada dalam kebatilan. Ini juga menjadi bukti bahwa balasan di dunia bagi orang-orang yang beriman adalah keselamatan dan kemuliaan, sedangkan bagi orang-orang kafir adalah kebinasaan dan kehinaan.

Setelah tujuan besar ini tercapai, Allah Ta’ala memerintahkan langit untuk berhenti menurunkan hujan dan bumi untuk menyerap air yang ada. Air pun surut perlahan-lahan, sedikit demi sedikit.

Setelah air surut, kapal Nabi Nuh berlabuh di Gunung Juudiy, yang merupakan gunung tinggi dan terkenal di sekitar wilayah Mosul.

Hal ini menunjukkan bahwa semua gunung telah terendam air dan banjir besar melampaui ketinggian gunung-gunung tersebut.

Nabi Nuh ‘alaihissalam merasa sedih atas kematian putranya, dan ia memohon kepada Rabbnya dengan penuh haru dan kerendahan hati,

رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ

“Ya Rabbku, sesungguhnya anakku adalah bagian dari keluargaku, dan janji-Mu adalah benar” (Hud: 45), yakni janji untuk menyelamatkan keluarganya, dan Engkau adalah yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

Namun, Allah menjawabnya,

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ

“Sesungguhnya dia bukanlah bagian dari keluargamu” (Hud: 46), yakni bukan dari mereka yang dijanjikan keselamatan, karena Allah telah menetapkan hal ini dengan syarat,

إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيْهِ ٱلْقَوْلُ

“Kecuali orang yang telah ditetapkan binasa” (Hud: 40).

Allah juga berfirman,

إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ

“Sesungguhnya perbuatannya tidaklah saleh” (Hud: 46), yang berarti bahwa permintaan Nabi Nuh untuk menyelamatkan putranya adalah tidak tepat karena putranya tetap berada dalam agama kaumnya yang sesat.

Allah kemudian memperingatkan Nabi Nuh,

فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

“Maka janganlah kamu meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya. Aku mengingatkan kamu agar jangan termasuk orang-orang yang bodoh” (Hud: 46).

Ini adalah teguran dari Allah kepada Nabi Nuh, sebagai pelajaran dan nasihat untuk tidak mengajukan doa yang didorong oleh kasih sayang duniawi saja. Sebab, seharusnya doa didasarkan pada ilmu dan keikhlasan dalam mencari keridhaan Allah.

Nabi Nuh pun merespons dengan berkata,

قَالَ رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

“Ya Rabbku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui ilmunya. Jika Engkau tidak mengampuni aku dan tidak merahmati aku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi” (Hud: 47).

Kemudian Allah berfirman,

قِيلَ يَٰنُوحُ ٱهْبِطْ بِسَلَٰمٍ مِّنَّا وَبَرَكَٰتٍ عَلَيْكَ وَعَلَىٰٓ أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ ۚ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dari Kami dan penuh keberkahan atasmu dan atas umat-umat (yang bersamamu), dan umat-umat yang lainnya. Di antara mereka ada yang akan Kami beri kesenangan hidup, kemudian akan ditimpa azab yang pedih” (Hud: 48).

Nabi Nuh pun turun dari kapal, dan Allah memberkati keturunannya, menjadikan mereka yang tersisa di bumi. Anak-anak Nabi Nuh, yaitu Yafits, memenuhi wilayah timur dengan keturunannya; Ham memenuhi wilayah barat; dan Sam memenuhi wilayah di antara keduanya.

Nabi Nuh hidup di antara kaumnya selama 950 tahun, dan setelah kaumnya dimusnahkan, beliau hidup sesuai kehendak Allah.

Nabi Nuh termasuk salah satu dari Ulul Azmi (para rasul yang memiliki keteguhan luar biasa), dan termasuk lima rasul yang memiliki hak untuk memberikan syafaat pada hari kiamat.

Beliau adalah rasul pertama yang diutus kepada manusia, dan disebut sebagai “bapak kedua umat manusia.” Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepadanya.

Sebelumnya: Bag. 3
Selanjutnya: Bag. 5 (Faedah dari Kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.