mim.or.id – Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berpesan:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ﴾ [الإسراء: 23].
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah menetapkan: janganlah kalian beribadah kecuali kepadaNya, dan hendaklah (kalian) berbuat baik kepada kedua orang tua.” (Surah al-Isra’: 23).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua, menjaga hubungan dengan kedua orang tua, diposisikan oleh Allah Ta’ala sendiri setelah kewajiban beribadah dan mentauhidkan-Nya.
Dalam ayat ini pula menunjukkan bahwa amal shalih terbesar setelah ibadah dan tauhid kepada Allah Ta’ala adalah berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada orang tua adalah skala prioritas seorang hamba di dunia ini untuk membangun kebahagiaan kita di Akhirat kelak.
Karena begitu besarnya kewajiban berbakti pada keduanya, bahkan mengharuskan kita untuk melanjutkannya meski mereka telah tiada. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, bahwa ada seorang sahabat dari kalangan Anshar bertanya pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Baca Juga: Bijak dalam Bermedia Sosial, 3 Tips Menurut Islam agar Selamat!
“Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa (kewajiban) berbakti pada kedua orangtuaku yang harus kutunaikan setelah mereka meninggal dunia?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
نَعَمْ، اَلصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا، وَاْلاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لاَ تُوْصَلُ إِلاَّ بِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا
Artinya:
“Iya, mendoakan keduanya, memohon ampunkan untuk keduanya, menunaikan janji mereka setelah (kepergian) mereka, menyambung hubungan kerabat yang tak tersambungkan kecuali dengan keduanya, serta memuliakan sahabat mereka berdua.” (HR. Ahmad)
Karena itu, tidak mengherankan, dengan besarnya kewajiban berbakti pada kedua orang tua itu, besar pula balasan Allah Azza wa Jalla bagi siapapun yang berkomitmen untuk berbakti kepada ayah-bundanya.
Meskipun untuk itu ada banyak ujian yang tidak mudah untuk dilalui. Apalagi jika ayah-bunda itu telah memasuki usia lanjutnya, maka sudah pasti dibutuh-kan kesabaran yang berlimpah untuk menunaikan kewajiban berbakti kepada mereka.
Salah satu keutamaan penting berbakti kepada ayah-bunda adalah ia menjadi sumber hadirnya keridhaan Allah Ta’ala dalam hidup kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا اْلوَالِدَيْنِ
Artinya:
“Keridhaan Allah itu ada dalam keridhaan kedua orang tua…” (HR. Al-Tirmidzi).
Itulah sebabnya, salah satu model manusia yang didoakan celaka oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang masih sempat mendapati kedua orang tuanya hidup, namun ia tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk berbakti kepada mereka.
Baca Juga: Barangsiapa yang Berputus Asa dari Rahmat-Nya, Itulah Orang-orang yang ‘Sesat’
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ؛ أَحَدَهُمَا، أَوْ كِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Artinya:
“Celakalah, kemudian celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya saat lanjut usia, salah seorang atau kedua-duanya, namun ia tidak masuk Surga.” (HR. Muslim).
Maka, semoga kita semua dapat merenungkan pesan-pesan Allah dan Rasul-Nya, terutama dalam menjalani sisa-sisa kesempatan kita dalam berinteraksi dan bermuamalah dengan kedua orang tua kita.