mim.or.id – Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam (Bag. 2)
(Diterjemahkan dan disadur dari kitab Qashash al-quran lil ‘allamah as-sa’dy disusun oleh fayiz bin sayyaf bin as-suraih)
Oleh: Sayyid Syadly
Ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam menyampaikan seruan untuk ikhlas kepada Allah, menganggap bodoh pandangan-pandangan mereka, serta memperingatkan mereka tentang azab dunia dan akhirat, mereka berkata,
مَا نَرَىٰكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِىَ ٱلرَّأْىِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍۭ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَٰذِبِينَ
“Kami tidak melihatmu melainkan hanyalah seorang manusia biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu kecuali orang-orang rendahan di antara kami yang berpikiran dangkal. Kami tidak melihat adanya kelebihan padamu atas kami, bahkan kami menganggap kalian sebagai pendusta” (Hud: 27).
Mereka pun meminta Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk mengusir orang-orang beriman yang bersamanya seraya menyombongkan diri dan menolak kebenaran serta merendahkan makhluk lainnya. Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam menjelaskan kepada mereka bahwa dirinya tidak dalam kesesatan, melainkan justru dirinya yang menghilangkan kesesatan dari umat.
Beliau menegaskan bahwa dirinya adalah utusan yang amanah, dengan bukti-bukti yang jelas dari Rabbnya. Nabi Nuh ‘alaihissalam juga menekankan bahwa orang-orang yang beriman tidak boleh diusir, melainkan mereka berhak dihormati dan dimuliakan.
Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak mengklaim sesuatu yang akan menyaingi Rabb dengan berkata,
وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ إِنِّى مَلَكٌ وَلَآ أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِىٓ أَعْيُنُكُمْ لَن يُؤْتِيَهُمُ ٱللَّهُ خَيْرًا
“Dan aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa aku memiliki perbendaharaan Allah, aku tidak mengetahui yang gaib, dan aku tidak mengatakan bahwa aku adalah malaikat, dan tidak pula aku mengatakan bahwa orang-orang yang hina di mata kalian tidak akan diberikan kebaikan oleh Allah” (Hud: 31).
Nabi Nuh ‘alaihissalam terus-menerus menyeru mereka, siang dan malam, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Namun seruannya hanya membuat mereka semakin lari dan menjauh, serta menolak. Mereka bahkan saling berpesan untuk tetap teguh pada penyembahan selain Allah dan mempertahankannya. Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam pun berkata,
قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًا * وَمَكَرُوا۟ مَكْرًا كُبَّارًا * وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
“Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan mengikuti orang-orang yang hartanya dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya. Dan mereka telah melakukan tipu daya yang sangat besar, dan berkata: ‘Jangan sekali-kali kalian meninggalkan tuhan-tuhan kalian, jangan pula meninggalkan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr'” (Nuh: 21-23).
Ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam melihat bahwa peringatan yang diberikannya tidak lagi bermanfaat bagi mereka, dan setiap generasi yang datang lebih jahat dari sebelumnya, beliau berdoa,
رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًا * إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا
“Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak-anak yang durhaka lagi kafir” (Nuh: 26-27).