spot_img

Pentingnya Niat & Keikhlasan (Bag. 1)

Imam nawawi mengatakan “Bismillah, kemudian beliau menyebutkan tentang bab keikhlasan dan menghadirkan niat dalam setiap perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan dan segala keadaan yang Nampak dan yang tersembunyi”.

Fungsi niat adalah untuk membedakan antara ibadah dan ibadah yang lain, niat tempatnya adalah di dalam hati dan melafadzkannya adalah bid’ah menurut kesepakatan para ulama.

Ketika ada seorang sahabat yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sholat, ketika nabi duduk di masjid tiba-tiba masuklah seorang lelaki yang melaksanakan sholat dengan tergesa-gesa, setelah itu ia datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian ia memberi salam dan Nabi menjawab salamnya dan berkata kembalilah engkau sholat karna sesungguhnya engkau belum sholat, 3 kali berturut-turut Rasulullah menyuruh untuk mengulangi sholatnya, kemudian seorang lelaki tersebut berkata demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran ya Rasulullah, saya tidak bisa lagi sholat lebih baik dari apa yang sudah saya kerjakan itu. Rasulullah kemudian mengajarkannya bagaimana tata cara sholat yang benar, Rasulullah berkata jika engkau hendak berdiri untuk sholat bertakbirlah (dan ini menunjukkan niat). Dan diantara faedah yang bisa diambil dari hadist ini adalah hendaknya jika melaksanakan sholat tumaninah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,bersabda :

Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya” (HR Ahmad no 11532, dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 986)

Suatu ketika ada seorang sahabat melihat seorang lelaki mengerjakan sholat dengan tergesa gesa setelah sholat ia ditanya “sejak kapan engkau sholat dengan cara seperti ini, ia kemudian berkata sejak 40 tahun yang lalu kemudian sahabat ini berkata “jika demikian engkau belum sholat sejak 40 tahun yang lalu dan andaikan engkau meninggal dalam keadaan sholatmu seperti ini maka engkau meninggal diluar fitrah islam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al Bayyinah :5 ).

Dan di ayat lain Allah subhanahu wata’ala  berfirman :

“ Katakanlah (Muhammad): ”Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam ”. (QS. Al An’am : 162 ).

Allah subhanahu wata’ala berfirman di ayat yang lain:

“Katakanlah: ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui’. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu “. (QS. Ali – Imran : 29).

Di hari kemudian Allah akan memperlakukan hambanya sesuai apa yang ada dalam hatinya bukan yang Nampak secara dzohir adapun didunia ini kita memperlakukan seseorang sesuai dengan yang Nampak atau dzohir adapun hatinya dikembalikan kepada Allah,

Perkataan para ulama ”kita menghukumi seseorang itu dengan yang Nampak dari dzohirnya

Dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala berfirman :

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksanya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imran: 30).

Dalam hadist yang sangat ditakutkan oleh orang – orang sholeh, bahkan ketika Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari Rasulullah beliau terjatuh dan tidak sadarkan diri karna dahsyatnya kandungan hadist tersebut. Abu Hurairah berkata: “ Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Ia menjawab, Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.

Allah berkata, Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Selanjutnya Rasulullah Sahallahu alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, “Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.

Kemudian Allah menanyakannya, Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu? Ia menjawab, Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena Engkau. Allah berkata, Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

Rasulullah Sahallahu alaihi wa sallam menceritakan orang selanjutnya yang pertama kali masuk neraka, “Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya, Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?

Dia menjawab, Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau. Allah berkata, Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka,” (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, dan derajadnya Shohih).

Disinilah pentingnya kita senangtiasa untuk intropeksi diri, merenung dan bertafakkur apakah yang selama ini kita kerjakan karna Allah atau karna yang lainnya, jika apa yang kita kerjakan selain dari Allah marilah kita bertaubat dan beristigfar kepada Allah subhanahu wata’ala. Diantara doa yang diajarkan oleh Rasulullah:

Allaahumma Innii A’udzu bika an Usyrika bika wa Anaa A’lamuhuu wa Astaghfiruka Limaa Laa A’lamuhu

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih).

Allaahumma Innaa Na’udzu bika min an Nusyrika bika wa Anaa A’lamuhuu wa Nastaghfiruka Limaa Laa A’lamuhu

Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari perbuatan syirik (menyekutukanmu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan kami memohon ampun kepadamu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad IV/403 dari Abu Musa al Asy’ari. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih al Targhib wa al Tarhib I/121-122 no. 36).

Apapun yang kita sembunyikan walaupun dalam hati – hati kita selama ia belum menjadi tekad untuk melakukan keburukan dan selama belum diucapkan dan dikerjakan maka masih diampunkan oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah memberi ampunan kepada umatku, apa yang menjadi bisikan dalam hati mereka, selama tidak dikerjakan atau diucapkan”. (HR. Ahmad & Bukhari).

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia.”Tsauban berkata; “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda:“Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) dengan apa-apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus (segera) melanggarnya.” (HR Ibnu Majah – 4235, dan dishahihkan oleh Al-Albani ).

 

Ada sebuah kisah yang sangat menarik yang terjadi dizaman Rasulullah seorang lelaki yang bernama Umair ibn Wahab ketika perang badar ia belum masuk islam dan ia disebut dalam biograpinya ia termasuk syaitan dari syaitan – syaitan Quraisy, ketika ia ikut perang badar ia berada di barisan orang-orang kafir anaknya yang bernama wahab ibnu  umair ditawan oleh kaum muslimin pada pedang badar  kemudian suatu hari Umair ibn Wahab berdua duaan disuatu tempat berdiskusi dengan gembong orang kafir Quraisy yang bernama Shofwan ibnu Umayyah dan mereka sangat merasakan sakit hati ketika dikalahkan pada perang badar dan bahkan umair ibn wahab berkata “andaikan saya tidak mengingat utang – utang saya yang bertumpuk dan anak saya yang ditawan maka saya akan ke madinah membunuh Muhammad, kemudian Shofwan berkata” kalau itu yang menjadi alasanmu maka saya yang akan menanggung utang – utangmu dan saya yang menanggung keluargamu nafkah yang saya berikan kepada keluargaku sama jumlah yang akan saya berikan kepada keluargamu, Umair ibn Wahab berkata “ betul” Shofwan berkata “ iya”. Umair ibn Wahab berkata “ jangan sampaikan kepada siapapun  cukup kita berdua yang mengetahui, Umair kemudian pulang ke rumahnya dan mengambil pedangnya semalam suntuk ia merendam pedangnya pada racun yang sudah ia siapkan kemudian berangkatlah dia ke Madinah ia langsung kemasjid Rasulullah dengan membawa pedang dibelakang punggungnya dengan cara membungkusnya kemudian ia dilihat oleh umar bin khattab Radiyallahu Anhu, umar berkata ini musuh Allah pasti dia datang dengan niat yang buruk maka bangunlah umar bin khattab beliau bangkit dan mengatakan kepada Rasulullah umair datang dengan niat yang buruk kamudian Rasulullah berkata “ suruh dia masuk apa yang dia inginkan” akhirnya umar menyeretnya ke hadapan Rasulullah, ia berkata kepada Rasulullah “ selamat pagi ya Rasulullah” Rasulullah kemudian berkata wahai Umair tuhan kami telah mengganti ucapan salam yang lebih baik dari pada ucapan – ucapan jahiliyah seperti kalian yaitu dengan salam penghuni surga yaitu Assalamu ‘alaikum, Rasulullah kemudian berkata ya umair apa yang mendorongmu untuk datang kemari, ia berkata “ anak ku ya Rasulullah kalian tawan dia, saya ingin kalian berbuat baik kepadanya, akan tetapi sebelumnya, lalu Rasulullah bertanya “mengapa engkau membawa pedang seperti itu” ia berkata “ini pedang yang buruk Ya Rasulullah yang tidak bermanfaat pada saat perang badar dahulu, kemudian Rasulullah berkata “ ya umair bukankah engkau berdua duaan dengan shofwan ibn umayyah di suatu tempat kemudian engkau berkata kepadanya andaikan bukan utang yang banyak dan keluarga yang banyak saya akan datang ke madinah dan membunuh Muhammad dan bukankah shofwan berkata kepadamu saya akan menanggung utang dan keluargamu dan berangkatlah dan engkau mengatakan jangan sampaikan kepada siapapun lalu umair keheranan dan berkata” ashadu annaka Rasulullah” ia langsung masuk islam.

Dari Umar Radiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya dan barangsiapa yang hijrahnya karna dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya , maka hijrahnya itu sesuai kemana ia hijrah”. (HR. Bukhari, Muslim).  Wallahu ‘alam Bisshowab.

 

 

……………………………………………………………………………………………………………..

Rekap Ta’lim Riyadhus Shalihin

 Ustadz Harman Tajang. Lc., M.H.I

@Masjid Al Ihsan Alauddin

Previous article
Next article

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.