mim.or.id, Makassar – Bulan Ramadhan merupakan bulan ampunan. Didalam bulan yang mulia ini, pintu-pintu ampunan dibuka selebar mungkin. Seperti dalam hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (H.R. Bukhari ).
Sebentar lagi bulan yang penuh kemuliaan ini akan segera pergi. Lantas, perlu dipertanyakan kepada diri masing-masing, apakah kita menjadi orang yang beruntung atau malah sebaliknya menjadi orang yang merugi.
Tak sedikit orang yang melewatkan Ramadhan begitu saja. Padahal, disebutkan bahwa orang-orang yang celaka dan merugi ialah mereka yang mendapati bulan Ramadhan kemudian dia keluar dari bulan Ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni.
Namun, tak jarang juga dijumpai seseorang berubah menjadi alim hanya pada bulan Ramadhan saja. Setelah itu, dia kembali menjadi orang yang lalai dari agama.
Padahal orang-orang yang demikian, dikatakan sebagai seburuk-buruknya kaum. Seperti yang dikatakkan oleh Imam Ahmad.
Beliau mengatakan, “Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah SWT di bulan Ramadhan saja.”
Sifat yang demikian merupakan hal yang tak terpuji. Misalnya, ada seseorang saat Ramadhan berhijab namun keluar dari Ramadhan dia lepas hijab atau mereka yang shalat hanya saat bulan Ramadhan saja.
Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa orang-orang yang merugi ialah mereka yang tidak diampuni dosanya saat keluar dari Ramadhan, bahkan tidak ada kebaikan yang dibawanya saat Ramadhan pergi.
Begitupun sebaliknya, jika dosa-dosa seseorang diampuni dan membawa kebaikan bukan sekadar dalam bulan Ramadhan itu saja, maka seseorang itu tergolong dalam orang-orang yang beruntung